Reinda memang tidak berbakat di bidang akademik, namun jika sudah menyangkut bidang olahraga, maka jangan lagi ditanya, karena Reinda adalah ahlinya. Sejak smp, Reinda selalu rutin membawa pulang piala berbagai kejuaraan olahraga, entah itu basket, karate, renang, futsal, pokoknya apapun itu Reinda selalu bisa menjadi juara
Jika sewaktu duduk di bangku smp Reinda akan dengan senang hati mengikuti segala jenis ekstrakurikuler yang berbau olahrga. Maka sekarang Reinda hanya akan mengikuti ekstrakurikuler karate dan sepak bola saja.
Alasannya, Reinda ingin lebih fokus berlatih di sekolah sepak bola Garuda yang telah diikutinya sejak duduk di kelas dua smp. Dalam beberapa bulan ke depan klubnya akan mengikuti turnamen tingkat nasional yang jika berhasil menang, maka para anggotanya bisa mengikuti seleksi masuk tim nasional Indonesia. Menjadi anggota timnas Indonesia adalah impian kedua Reinda yang ingin diraihnya dengan kerja keras.
Maka dari itu, disinilah Aira berada sekarang. Dibawah pohon rindang di dekat sudut kiri lapangan, Aira duduk dengan dua botol air mineral dan satu buah handuk yang selalu rutin Aira bawa setiap kali menemani Reinda latihan.
Jika Reinda cinta pada segala hal yang berhubungan dengan olahraga, maka Aira adalah sebaliknya. Cewek cantik berambut panjang itu lebih suka berkutat pada buku-buku tercintanya. Aira adalah penggemar fanatik berbagai jenis buku. Aira pernah mendapat nilai merah di mata pelajaran olahraga, padahal di mata pelajaran lain Aira selalu mendapat nilai yang hampir mendekati sempurna.
"Cewek tuh bro, gila bening bener."
"Deketin jangan? Jarang-jarang liat bidadari baca buku."
Aira bergerak tidak nyaman ketika beberapa cowok yang lewat mencoba menggodanya. Berkali-kali Aira mencoba memberi kode pada Reinda untuk segera menyudahi latihannya, tapi cowok itu seperti sengaja tidak mempedulikan Aira. Bahkan Reinda secara terang-terangan membuang muka ketika matanya bertabrakan dengan mata Aira.
Dua jam sudah berlalu, sang surya sudah akan berganti dengan ratu malam. Hari hampir gelap tapi sama sekali tak ada tanda-tanda dari Reinda maupun teman-temannya akan menghentikan latihan.
Semakin gelap, lapangan sepak bola ini malah semakin ramai dipadati oleh cewek-cewek yang sibuk berganjen ria mencoba mendekati cowok-cowok klub sepak bola yang terkenal hitam manis dan tentu saja... hot coyyy!!
"Rein semangat mainnya!"
"Rein ganteng notice aku dongggg."
"Rein sayangku, cintaku blaem blaem."
"Kok Rein makin hari makin hot? Gila sih padahal dulu biasa aja."
"Rein ku, gantengku. Makin cinta nih aku."
Mendengar teriakan dari para cewek itu, Aira mendecih, "Tuh cewek-cewek rabun jauh apa ya? Reinda ganteng? Iya kali kalo dilihat dari ujung monas pake sedotan buntu."
Berhubung ini hari Sabtu, maka tempat ini adalah sasaran tepat bagi cewek-cewek jomblo kesepian untuk nongkrong-nongkrong cantik sambil liatin cogan.
Aira memutar bola matanya kesal ketika gerombolan cewek alay itu mulai berdiri melingkari lapangan dari jarak dekat, membuat Aira semakin tidak bisa memperhatikan keberadaan Reinda dengan jelas, dan itu sangat menyebalkan! Apalagi ditambah dengan Reinda yang sedang dalam mode ngambeknya, benar-benar membuat Aira kesal sendiri.
"Aira?"
Sebuah tepukan membuat Aira berjengit kaget. Aira menggerakkan lehernya pelan, takut-takut yang memanggilnya ini bukan manusia, pasalnya ini sudah hampir maghrib dan Aira sedang duduk di bawah pohon rindang sendirian.
KAMU SEDANG MEMBACA
AM I [IN]VISIBLE?
Teen FictionKau benar, tak ada satupun yang harus dimengerti kecuali diri sendiri.