Empat

1 0 0
                                    


Seperti hari-hari sebelumnya jika Papa dan Mamanya masih berada di luar kota, setiap pagi Aira selalu mendarat di rumah Arini, Bunda Reinda, membantu wanita yang tetap cantik meskipun telah memiliki tiga orang anak itu untuk membantu mengusung makanan dari dapur menuju meja makan. Aira sangat dekat dengan keluarga Reinda terutama Arini dan Ica.

Bagi Aira, keluarga Reinda adalah keluarga keduanya jika Mama dan Papanya sedang melakukan perjalanan bisnis ke luar. Keluarga Reinda yang sangat hangat, membuatnya selalu betah berada diantara mereka.

Reinda adalah anak kedua dari tiga bersaudara, dan satu lagi yang masih berada di kandungan Mamanya. Kakak dan Adik Reinda berjenis kelamin perempuan. Menjadi anak laki-laki satu-satunya, Reinda mempunyai sisi manja jika sudah berada dekat keluarganya dan Aira, serta sisi tegas yang sedikit garang jika menyangkut urusan melindungi mereka yang tercinta.

"Pagi Bunda, pagi Teh Ira!" Sapa Risya, adik Reinda yang masih duduk di bangku kelas satu sekolah dasar.

"Pagi juga Ica!"

Aira mengulas senyum pada Risya yang sudah rapi dengan seragam sekolah putih-merahnya duduk di kursi meja makan. Tidak lama kemudian, muncul Teh Risa dan Arnest, Ayah Reinda, dengan pakaian kantornya.

"Nda mana, Ma?" Tanya Arnest ketika menyadari kursi Reinda masih kosong.

"Ica tau dimana Bang Nda! Pasti belum bangun dia, Yah. Bang Nda kan sukanya tidur terus, kalau bangun pasti siang!" Cerocos Risya dengan pipi gembulnya yang menggemaskan.

Risa mengangguk setuju dengan Risya. Risa ini mewarisi sifat Ayahnya yang pendiam. Sedangkan Reinda dan Risya dari segi sifatnya lebih mirip dengan Bundanya yang bawel.

Arini mencubit gemas pipi putrinya, "Kalau gitu coba Ica bangunin Abangnya, mau?"

Risya menggeleng cepat, "Nggak mau dong Bun, Bang Renda kan susah bangun. Bisa-bisa nanti Ica telat sekolah gara-gara abang."

"Teh Ira aja Bun yang disuruh bangunin Abang. Kalau sama Teh Ira, abang pasti langsung. Kalau sama Ica, boro-boro bangun. Pasti nanti Bang Nda peluk sama cium-cium Ica lagi, nanti dandanan Ica jadi rusak." Cetus Risya seraya mengerucutkan bibirnya lucu.

Melihat itu, semua orang yang berada di meja makan refleks tertawa, bahkan Mbak Lastri, asisten rumah tangga mereka yang sedang menata meja makan pun menghentikan aktivitasnya dan ikut tertawa mendengar celotehan Risya.

"Aira, Bunda bisa minta tolong bangunkan Renda?"

Aira mengangguk pelan. Tanpa banyak bicara, cewek itu melenggang meninggalkan meja makan, lalu naik menuju lantai atas tempat kamar Reinda berada.

Aira adalah satu-satunya cewek yang pernah masuk ke dalam kamar Reinda selain keluarganya. Aira bahkan pernah ketiduran di kamar Reinda, yang membuat cowok itu mengeluh keesokan paginya karena tidak bisa tidur di kamar tamu.

Aira adalah sahabat kesayangan Reinda. Apapun rela Reinda lakukan untuk Aira. Reinda bahkan dengan senang hati belajar karate sekedar ingin melindungi Aira yang ketika duduk di sekolah dasar sering mendapat gangguan dari teman-temannya.

Aira yang sudah sering berkunjung ke kamar Reinda, langsung masuk begitu saja tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu. Dilihatnya cowok itu yang masih tertidur di kasurnya dengan posisi yang tidak karu-karuan.

"Rein, bangun!" Ujar Aira sembari menarik pelan kaki Reinda yang hampir terjuntai di pinggir kasur.

Aira mendesah pelan ketika dilihatnya Reinda hanya menggeliat pelan tanpa membuka matanya.

"Rein, udah jam tujuh, lo nggak sekolah?!" Seru Aira dengan suara yang lebih kencang dari sebelumnya.

"RE!"

AM I [IN]VISIBLE?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang