TUJUH BELAS

800 58 3
                                    

Udah males ngetik jangan lupa vote, mau kalian vote mau enggak gue bakal nulis terus hahaha

.

.

.






.


"Nona ruby"

"Hey, kau yang waktu itu ya?"

"Iya nona, apa tuan kim sudah pulang?"

"Aku rasa dia akan kembali seminggu lagi"

Siang itu aku bertemu Ruby, dia tidak sejutek saudaranya. Dia sangat manis dan tentu saja laki laki yang bersamanya waktu lalu sangat beruntung. Dia sedang membuka halaman demi halaman buku yang ada di tangannya.

"Nona ruby baru pulang sekolah?"

"Em iya, aku langsung kemari karena aku ada tugas. Jangan panggil aku nona ya"

"Oh oya ruby, lalu kau suka buku puisi?"

"Tentu saja, buku ini akan membuatku terbantu untuk musikalisasi puisi"

"Wah kau bisa bernyanyi juga ruby?"

"Tidak begitu, hanya aku harus melakukannya"

Tiba tiba ada yang datang saat aku ingin bicara dengannya lebih jauh.

"J sudah selesai?"

"Iya lim, aku sudah menemukannya"

"Apa kau pemilik toko?"

"Lim dia teman dady"

"Oh maaf, aku limario"

"Aku Lalisa, kau teman ruby? Maksudku Jennie Ruby?"

"Iya aku temannya, aku akan lomba bersamanya"

Laki laki ini sangat tegas dalam segala hal, dia tidak pernah ragu akan hal apapun. Matanya menyoroti wajah dan mataku begitu tajam. Itu belum seberapa kau telah cemburu anak muda.

"Ruby, aku duluan ya. Lim aku duluan"

"Hati hati"

Lim hanya mengangguk padaku. Aku berlalu begitu saja. Kenapa setiap bertemu ruby selalu ada laki laki itu.

***

Aku dan Jennie akhirnya pulang ke rumah. Karena hari itu hari libur jadi semua orang berada di rumah. Aku dan kak jisoo pergi bersama ke rumah jennie dan aku sudah pamit untuk membeli buku.

"Kalian sudah kembali, apa bukunya ketemu?" Kak mino menyapa kami.

Jennie :

Aku duduk di soffa empuk dengan rose yang sedang asik menonton televisi dengan irene. Lim duduk di salah satu sudutnya menjaga jarak denganku.

"Iya kak, bukunya sudah ketemu"

"Cobalah sekarang kami ingin mendengarnya" kata kak mino

Lim adalah orang yang takut menolak keinginan orang lain. Rose memberikannya gitar tanpa menoleh mata rose terkunci pada kartun.

Aku duduk mendekati lim, tentu saja itu menjadi salah satu perhatian semua orang.

Lim memainkan gitarnya dengan lembut dan menatap wajahku lalu mataku.

Aku lihat rose juga melihat kami dengan tatapan yang tidak seperti biasanya.

***

Limario :

"J dalam menit kedua kau mulai melagukan ini dan langsung berpuisi"

"Baiklah lim"

Tentu saja aku merasa jantungku berdetak lebih cepat saat jennie duduk dengan begitu dekat. Dihadapan rose sekalipun, aku tidak bisa menolak tatapan jennie. Aku malah asik menatap mata kucing yang menghipnotisku dalam beberapa detik.

HIGH SCHOOL PARADISE (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang