Chapter 8: Jongin Story

3.7K 222 5
                                    

“Anyeong!” Jongin melangkahkan kakinya memasuki kamar rawat adiknya. Ditangannya ada beberapa kantung belanjaan. Dia tersenyum ketika melihat kedua adik kembarnya, Jeno dan Ji In, sedang bermain bersama diatas ranjang pasien Jeno. “OPPA!” “HYUNG!” Jongin menepuk kepala kedua adiknya sayang. Dia meletakkan kantung belanjaannya diatas meja, lalu duduk di kursi sebelah ranjang. “Bagaimana kabar kalian berdua?” Tanya Jongin sembari tersenyum manis. “Baik-baik saja oppa. Dokter bilang keadaan Jeno akan segera membaik.” Ujar Ji In. Jeno mengangguk senang, “Ne, dokter Park bilang. Aku akan segera sembuh dan boleh pulang kerumah.” “Baguslah kalau begitu.”

Ckleek… “Ah, kau sudah datang.” Ujar Luhan yang berjalan memasuki ruangan dengan menenteng sebuket bunga tulip merah. “Ne. Maaf membuatmu harus menjaga adik-adikku.” Luhan mengangguk santai sembari menata bunga kedalam pot, “Tidak apa-apa kok. Lagi pula aku senang menjaga mereka.” Jongin tersenyum tipis. “Tapi, kau dari mana saja?” Tanya Luhan. Jongin menggaruk pipinya gugup, “Ehm, dari rumah Kyung Soo. Aku menjenguknya karena dia sakit.” Luhan tersenyum sinis, “Oh, Kyung Soo? Ternyata dia bisa sakit juga.” Jongin menaikkan sebelah alisnya, “Maksudmu?” Luhan mengangkat bahu tidak peduli, “Sudahlah jangan dibahas. Aku hanya ingin mengingatkanmu saja tentang perjanjian kita.” Jongin tertegun, lalu mengangguk mengerti, “Aku mengerti.”

FLASHBACK

 

“Oppa! Oppa! Cepat kesini!” Terikan Ji In menggelegar dirumah minimalis milik keluarga Kim. Jongin segera bangkit dari tempat tidurnya dan berjalan dengan tertatih-tatih menuju kamar si kembar, seingatnya dia baru saja tertidur selama 10 menit setelah pulang dari shif malamnya di bar, sekarang apa yang membuat adik perempuannya itu tega mengganggu tidurnya. Dia meraih pintu kamar adiknya dan membukanya cepat, “Ada apa Ji In?” Tanyanya dengan suara mengantuk. Ji In terdiam, air mata menetes dari matanya, tubuhnya bergetar. “Oppa… Jeno…” Ujar Ji In dengan suara parau lalu menunjuk lantai.Jongin menaikkan sebelah alisnya, lalu menatap kelantai. “JENO!” Teriaknya terkejut. Jeno terbaring dilantai dengan mata terpejam, Tangan kecilnya memegangi dada sebelah kirinya. “Hyung sakit…” Erangnya. Sekelabat bayangan kembali terbayang dikepala Jongin. Dia pernah mengalami kejadian seperti ini, dulu. Tapi, yang terbaring dilantai saat itu bukan Jeno, tapi ayahnya. “TIDAK!TIDAK! JANGAN JENO!” Jongin mengerang frustasi. Dia mengangkat tubuh Jeno, “JI IN PANGGIL AMBULAN!”

 

Jongin terduduk lesu didepan ruang ICU. Ji In yang duduk disebelahnya menggenggam tangannya erat, berusaha member kekuatan pada oppa satu-satunya itu. “Jongin-ssi.” Seorang dokter keluar dari ruang ICU dengan wajah prihatin. “Bagaimana dokter? Apa yang terjadi dengan adik saya?” Tanya Jongin cepat. Kekhawatiran membuncah dalam kepalanya, matanya sudah berkaca-kaca. Sang dokter menghela nafas, “Saat ini, keadaan Jeno sudah membaik. Tapi,” “Tapia pa dokter?” Jongin bertanya tidak sabar. Sang dokter menatap Jongin dengan serius, “Dia mengalami penyakit yang sama dengan tuan Kim. Dan dia membutuhkan cangkok jantung secepatnya, kalau tidak… Mungkin dia akan bernasib sama dengan tuan Kim.”

 

Jongin terduduk sendiri dibangku taman. Taman sudah sepi karena hari sudah beranjak malam, tapi memang itu yang sedang dibutuhkan Jongin sekarang, tempat yang sepi. “Sial…” umpatnya pelan. Dia benar-benar tidak tahu lagi apa yang harus dilakukannya sekarang. Sejak ibunya meninggalkan mereka untu pria lain, penyakit jantung ayahnya bertambah parah. Dia tidak bisa bekerja lagi. Jadi, Jongin yang saat itu masih 15 tahun. Harus bekerja paruh waktu di beberapa tempat sekaligus. Tapi, karena terlalu parah, ayahnya tak terselamatkan. Jadi Jongin sebagai anak pertama harus merawat adik-adiknya seorang diri. Dan belum cukup dengan itu, sekarang Jeno memiliki penyakit yang sama dengan ayahnya. Bagaimana dia bisa menemukan uang untuk menyembuhkan Jeno? Gajinya hanya cukup untuk kebutuhan sehari-hari. 

LOVE HURT (Discontinued)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang