Berubah

6.3K 427 16
                                    

Happy reading🦋❤️

Esokan harinya tepat pukul 06.00 pagi. Hari ini adalah hari dimana papi dan mami pulang dari thailand. Farrel dan caca menunggu didepan rumah untuk menyambut kedua orang tuanya.

"Bang, itu mobil papi bang," tunjuk caca kearah mobil putih melaju kearahnya.

Papi dan mami keluar dari mobil. Mereka langsung memeluk kedua anak mereka.

"Mami papi, mana brightnya?" tanya caca yang sedari tadi tak melihat papi maminya membawa bright.

Mami menyenggol lengan papi. Papi malah menyenggol balik lengan mami. Mami yang kesal dengan ulah papi langsung menginjak kaki kanan lelaki itu dengan kakinya yang menyebabkan papi merintih kesakitan.

"Maap honeyku. Brightnya ketinggalan di bandara," bohong mami.

"Oh ya udah, gapapa mam," ucap caca.

Papi,mami dan farrel terkejut dengan jawaban caca. Tidak biasanya caca seperti itu. Biasanya ia akan rewel sampai-sampai menangis hingga lusa ketika keinginannya tidak dituruti. Di sisi lain mami dan papi lega, akhirnya mereka tidak perlu membuat banyak alasan untuk berbohong kepada anaknya.

"Papi sama mami ga mau masuk?" tanya caca.

"Eh ayo-ayo kita masuk semua," ajak papi.

Jam menunjukan pukul 07.00,  Caca dan farrel bersiap-siap berangkat sekolah setelah menyambut kedua orang tua mereka tadi pagi.

Ketika dalam perjalanan. Caca lebih banyak diam. Tidak biasanya caca seperti itu. Farrel yang merasa ada yang aneh pada adiknya berusaha membuka topik.

"Dik, kamu mau permen lolipop ga?"

"Ga usah bang. Nanti kita telat lagi," ucap datar caca.

"Adik kenapa? Adik punya masalah? Sini cerita sama abang." farrel mengelus kepala caca dengan tangan kirinya sedangkan tangan kanannya ia pakai untuk menyetir.

"Caca ga papa kak farrel," ucap caca berusaha meyakini abangnya.

"Pasti mikirin vano ya?" tebak farrel.

Caca diam membisu ketika farrel menyebut nama vano. Rasa sakit itu muncul lagi. Rasanya ingin sekali ia menangis di pelukan abangnya. Tetapi ia berusaha tegar agar tidak terlihat lemah.

"Kalau pengen nangis, nangis aja. Ga usah keliatan sok tegar gitu. Abang ga suka caca yang tertutup gini sama abang," kesal farrel ketika menyadari raut wajah caca tadi ketika ia menyebut nama vano.

Caca tidak kuat lagi menahan air matanya agar tidak terjatuh. Ia meruntuhkan tangisan di dalam dekapan farrel. Farrel segera menepikan mobil di pinggir jalan lalu ia mengelus kepala adiknya dengan lembut.

"Abang tau caca orang yang kuat. Jangan karena cowo caca jadi putus asa gini. Nanti abang cariin caca cowo yang lebih ganteng dari vano." Farrel berusaha menghibur caca yang terus menerus menangis di dalam pelukannya.

Caca mendongakkan kepala menatap abangnya. Farrel segera menghapus air mata adiknya dengan jemari tangan. Ia mempunyai ide agar adiknya tidak terus menerus sedih.

"Ca, nanti kamu ajak temen-temen kamu kerumah ya. Nanti abang juga ngajak temen abang kerumah. Kita party bareng gimana?" bujuk farrel.

"Aye aye captain," balas caca memberi hormat kepada farrel.

Farrel yang gemas dengan tingkah adiknya, lantas mencubit pipi tembamnya.

"Nah gini dong, baru namanya adik abang!"

Sampainya caca disekolah, dengan tidak sengaja seseorang menabrak dirinya. Vano, cowo itu lah yang menabrak dirinya tadi. Ketika vano ingin meminta maaf. Caca melewati vano dengan cepat. Vano merasakan sesak ketika caca melewatinya begitu saja. Dari arah berlawanan dela datang menghampiri vano.

Caca Story [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang