Part 9: Her Mom and Sist

201 21 5
                                    

"Angkat please.." gumam Arjun sambil menempelkan ponselnya di telinga. Arsya baru saja pulang dari apartment-nya dan kini ia tengah sibuk menelpon seseorang yang tak kunjung mengangkatnya.

Ini adalah panggilan keempatnya, kenapa belum diangkat?

"Hallo.."

"AKHIRNYA DIANGKAT JUGA! LO KEMANA AJA SIH?!" kesal Arjun.

"Udah baik gue angkat juga," sahut orang itu. "Ada apaan?"

"Lo pernah ke IKEA?" tanya Arjun to the point.

"Ya pernah lah. Kenapa?"

"Di IKEA ada apa aja?" 

Suara telpon hening sejenak.

"Bang lo kuper banget ya?" jawaban Dian barusan membuat Arjun menghela napas panjang.

"Emang," jawab Arjun singkat.

"Mau ngapain lo ke IKEA?" 

"Gue.. mau nyari coffee maker," jawab Arjun dengan suara gugupnya.

"Lah, bukannya udah punya?"

"Bukan buat gue sih.."

"Terus?" tanya Dian lalu telepon kembali hening. "AH GUE TAHU! LO MAU CARIIN BUAT KAK ARSYA KAN?! NGAKU LO!!"

"Yaudah, lo udah tau juga," ucap Arjun sambil menghela napas. "Kasih tahu gue dong, di IKEA ada apaan aja."

"Emang di Jogja gaada IKEA?" tanya Dian.

"Mana gue tahu, kan biasanya gue belanja di pasar," balas Arjun. 

"Ya lagian lo biasa ke pasar pake acara gegayaan ke IKEA segala," ucap Dian. "Gue kasih tahu ya, harga di pasar sama di IKEA tuh bisa sampe 100x lipatnya."

"Lo meragukan kekayaan gue?" balas Arjun. "Udah, lo kasih tau aja spot-spot lucu di IKEA."

"Dasar lo," balas Dian. "Lagian lo ngapain si segala ajak-ajak Kak Arsya ke IKEA? Beli gituan di olshop banyak, murah-murah. Lagi temen lo juga banyak yang punya coffee shop, kenapa lo ga tanya aja ke mereka?"

"Lo niat bantuin gue gak sih? Gue nemu di internet pokoknya, udah lo kalo gak ikhlas mana bisa ke Korea pake duit gue," balas Arjun kesal.

"OALAH GUE TAHU! LO MAU SOK-SOK AN IKEA DATE KAN?! Ye ngaku lo, dasar modus!" balas Dian. "Gue pasti bantuin lo, asal lo serius sama Kak Arsya."

"Iya, lagi gue usahain."

"Usahain apa?"

"Udah lah, Yan, jangan bikin gue malu. Kasih tahu aja apa yang harus gue lakuin!" kesal Arjun karena Dian tak kunjung membagikan kiat-kiat jitunya.

"Iya-iya, gak sabaran banget. Jadi lo harus..."

Dan malam ini Arjun habiskan untuk menelpon adek perempuannya yang cerewet nan bawel itu. 


••


Arjun menarik napas berkali-kali sebelum turun dari mobil. Jujur, ia gugup karena sudah lama sekali ia tidak datang langsung menjemput wanita. 

Setelah turun, Arjun kembali mengatur napasnya, lalu menekan bel rumah. Pintu dibuka dan nampaklah gadis remaja dengan senyum lebarnya. Itu Firli, teman Dian.

"EH, ada Kak Arjun, masuk dulu, Kak!" ajak Firli sambil melebarkan pintunya.

Arjun hanya mengangguk dan mengikuti langkah Firli sampai akhirnya ia duduk di sofa.

Yes, Chef!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang