Part 4: Musibah

473 43 7
                                    

"Wow.." Arsya memandang kagum masakan yang baru saja disajikan Arjun di meja makan.

Ia menoleh lalu menunjukkan kedua jempolnya. "Kamu keren banget, Ar!"

Arjun melepas apronnya dan menggantungkannya di ujung dapur.

"Ini cuma masakan rumah biasa, jangan dibesar-besarkan," ucap Arjun.

Arsya memandangnya dengan mata berbinar. "Bagi kamu biasa kalau bagi saya ini luar biasa!"

Arjun tersenyum tipis. "Bukan ini yang penting. Kamu lihat cara saya memasak tadi kan?"

Arsya mengangguk.

"Itu yang penting. Hari ini saya dulu yang masak, besok-besok gantian kamu," ucap Arjun membuat Arsya mengangguk antusias.

"Ya sudah ayo kita makan!" ajak Arjun lalu duduk di hadapan meja makan.

Arsya segera menarik kursi di hadapan Arjun. "Maaf ya Ar, saya lebih suka duduk berhadap-hadapan daripada di samping."

Arjun mengangguk lalu sedetik kemudian ia mengambil makanan.

Mereka makan dalam diam. Arjun memperhatikan ekspresi Arsya yang berganti-ganti tiap ia menyicip makanan.

"Kenapa?"

Arsya tersenyum lebar. "ENAK BANGET PARAH!"

"Coba review," balas Arjun.

Arsya terlihat berpikir. "Nggak tahu pokoknya enak."

Arjun memutar bola matanya. "Saya butuh kritik dan saran untuk masakannya. Kamu bilang 'kepedesan' kek, 'keasinan' kek, saya nggak bakal marah."

"Top banget pokoknya, enak banget, pas rasanya," ucap Arsya dengan mata berbinar. "Jadi pengen punya suami yang bisa masak."

Arjun tersedak mendengar pernyataan spontan Arsya barusan.

Arsya buru-buru menuangkan air ke gelas dan memberikannya pada Arjun. Ia berdiri dan berjalan mendekat ke arah Arjun, lalu menepuk-nepuk punggungnya. "Kok bisa keselek ya? Padahal makanan kamu enak banget loh."

Arjun menoleh dan melotot ke arah Arsya. "Kamu pikir makanan yang nggak enak bisa bikin keselek?"

Arsya mengendikkan bahu. "Mungkin."

Arjun menggelengkan kepalanya, tak paham lagi dengan Arsya yang kelewat polos tapi menjengkelkan. "Saya jitak kepala kamu boleh?"

Arsya mendelik lalu membentuk tanda silang di depan kepalanya. "Weits, nggak boleh."

Arjun melipat kedua tangannya di depan dada sembari menarik napas panjang. "Bisa gila saya ketemu sama kamu terus."

"WEITSSSS," ujar Arsya. "Jangan lupa ya kalau kamu sudah janji sama saya mau ngajarin saya masak. Saya pernah baca quotes yang bilang 'Lelaki sejati adalah lelaki yang menepat-- wrhmwhmwmh'." Belum selesai Arsya berujar, Arjun menutup mulut Arsya dengan tangannya, berusaha menghentikan ocehannya.

"Berisik banget sih," ucap Arjun lalu melepas tangannya.

Arsya memanyunkan bibirnya. "Awas ya kamu."

"Gak usah awas-awas. Sekarang, cuci piring sama peralatan yang di dapur tadi!"

Arsya menatap garang Arjun sambil memberesi makanan yang ada di meja.

••

"Saya pamit dulu, terima kasih atas ilmu dan makanannya," ucap Arsya sambil mengangkat dua kresek makanan yang ia bawa pulang.

Yes, Chef!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang