Arsya tertawa renyah mendengarkan penuturan Arjun barusan.
"Kok diketawain sih?" Arjun menggaruk kepala belakangnya sambil terus berkonsentrasi pada jalanan.
"Kamu lucu," ucap Arsya singkat.
Arjun menoleh. "Hah?"
"Saya kira kamu mau ngomong serius apaan, ternyata cuman perkara nggak pernah ke IKEA," balas Arsya singkat sambil menoleh.
"Emangnya kamu pengin saya ngomong serius tentang apa, Sya?" Arjun ikut menoleh membuat mata mereka bertemu.
Arsya menggelengkan kepalanya sambil menatap lurus jalanan. "Ya.. enggak ada sih."
Arsya berdeham dan beralih menatap kaca di sampingnya. Hal itu membuat Arjun tertawa lalu tangannya bergerak mengacak rambut Arsya pelan. "Ih lucu banget kalo salting."
Arsya menoleh, menatap Arjun. "S-siapa yang salting?"
"Kamu?"
Arsya menggelengkan kepalanya. "Eng-enggak kok!" Ia membenarkan rambutnya pelan. "Saya nggak salting."
Arjun tertawa dan mulai melajukan mobilnya menuju parkiran. "Kita parkir di sini aja ya."
Arsya mengangguk pelan lalu mereka turun dari mobil. Sore ini langit cerah, suasana daerah Tangerang Selatan panas-panas dingin. Iya, Arjun memilih IKEA Alam Sutera untuk tempat 'nge-date' nya hari ini.
"Yuk," ajak Arjun membuat Arsya berjalan di sampingnya. "Jujur saya nggak tahu modelan IKEA gimana, Sya."
Arsya tertawa pelan. "Terus kenapa ngajak saya ke sini? Saya kira kamu tahu isinya bagaimana."
"Soalnya tempatnya bagus," balas Arjun.
"Di sini ada coffee maker? Jangan-jangan nggak ada.." panik Arsya.
"Ada kok, tapi ya gitu.."
"Gitu gimana, Ar?"
"Pricey hehe. Kita jalan-jalan aja gimana, Sya? Nanti masalah coffee maker gampang deh. Temen saya banyak," ucap Arjun.
Arsya menoleh lalu menganggukkan kepalanya pelan. "Saya nurut kamu aja."
Arjun menghentikan langkahnya tiba-tiba. "Saya mau kamu jangan nurut sama saya atau siapapun itu. Saya pengin denger opini kamu. Bukan cuma saya sih, pasti orang lain pengin denger gimana perasaan kamu."
"Iya, maaf ya," ucap Arsya sambil menundukkan kepalanya.
Arjun mengangkat dagu Arsya dan menatapnya. Ia tersenyum sebentar lalu kembali mengelus rambutnya. "Nanti kalau ada apa-apa dibilangin, oke?"
Arsya secara reflek menganggukkan kepalanya.
"Yaudah ayo jalan lagi," ajak Arjun lalu kembali berjalan di samping Arsya yang sempat membeku sejenak.
"Arjun," panggil Arsya.
Arjun menoleh. "Kenapa, Sya?"
"Kamu kenapa pegang kepala saya terus?"
Arjun kembali menghentikan langkahnya. "Soalnya kamu lucu."
Arsya menundukkan kepalanya, tersipu malu. "Jangan gitu, Ar.."
Arjun yang melihat tingkah Arsya yang semakin menggemaskan malah menarik tangannya. "Ayo buruan."
Arsya mengikuti Arjun perlahan. Ia merasakan ada yang aneh dengan dirinya. Perutnya seakan.. dipenuhi kupu-kupu! Dia ingin melayang saat ini juga.
Mereka berjalan mengelilingi IKEA cukup lama. Desain furniturnya yang disesuaikan seolah berada di rumah membuat mereka betah berlama-lama di dalam sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Yes, Chef!
RomanceArjuna Agustinus, pria tampan nan manis itu ternyata punya sisi dinginnya. Chef andal itu mempunyai cabang restonya di mana-mana. Sikapnya yang dingin itu tidak membuat kaum hawa menyerah akan dirinya. Tapi yang ada dalam fokusnya tidak berpihak pad...