Part 1: Keinginan Mama

775 45 4
                                    

"Arjun dapat tawaran jadi juri di Mister Kitchen. Arjun bakalan menetap di Jakarta untuk sementara. Tapi setelahnya, please Mama biarin Arjun yang nentuin apa yang mau Arjun lakuin," ucap Arjun begitu ia sampai di Jakarta, tepatnya di rumahnya.

Rena terdiam lama. "Jun, apa itu sapaan kamu setelah lama nggak pulang?"

Giliran Arjun yang terdiam.

"Move on, Jun. Kenapa susah sekali?" lanjut Mamanya.

"Itu nggak segampang yang Mama ucapkan," balas Arjun. "Arjun mau sama dia atau nggak, tolong jangan dicampuri."

Rena menggelengkan kepalanya. "Mama nggak pernah nggak nurutin kamu, Jun. Tapi kenapa balasan kamu seperti ini ke Mama?"

Arjun terdiam. "Maaf."

Rena menghela napas panjang. "Kalau kamu nggak betah di sini karena sikap Mama, tolong kasih tahu Mama agar Mama bisa merubah diri."

Arjun menunduk dan memeluk ibunya. "Arjun minta maaf."

Rena menangis dan memeluk Arjun balik. Hari pertama mereka bertemu sepertinya kurang baik.

Untung saja Ardion–suami Rena sedang tidak di rumah. Kalau ia tahu putra keduanya seperti ini, Arjun akan habis hari itu juga.

"Weiii Bang Arjun!!" teriak Dian–adik bontotnya yang baru saja pulang sekolah, lengkap dengan seragam ketatnya.

Arjun menoleh dan tersenyum.

"Bang, bawa bakpia kukus kesukaan gue gaak?" tanya Dian sambil merepet ke arah Abangnya yang sedang memeluk Rena.

"Dian, sama abangnya kok gue-gue," protes Rena.

"Kebiasaan anak gaul, Ma," ucap Dian sambil memamerkan senyum kudanya. "Ada gak, Bang?"

"Ada di koper," ucap Arjun cuek.

"Cuek amat, Bang. Pasti ceweknya belom ketemu ya?" sindir Dian.

"Dian!" suara Rena meninggi sementara Arjun menunduk.

"Bang, jangan mau kalah sama Dian dong. Mantan Dian banyak, sekarang aja Dian mau dideketin dokter hayo," ucap Dian sambil mengobrak-abrik koper Arjun.

Arjun hanya menatap tingkah Dian. Adik kecilnya ini dulu sangatlah gemuk akibat selalu jadi juri percobaan masakannya.

Lama tak bertemu memang, jadi banyak yang berubah.

"Abang juga kalah sama Bang Manyu. Doi dah punya cewek," ucap Dian dengan senyum sumringah setelah menemukan kuenya.

"Bang Manyu jadi sama yang kemarin, Ma?"

Dian mengangguk. Arjun sempat ikut makan malam bersama waktu itu. Jadi ia tahu dengan siapa Kakaknya dekat.

"Itu berkat tangan ajaib Dian loh, Bang. Dian ini calon dokter cinta. Abang mau juga?" Dian menaik turunkan alisnya.

"Ngomong apaan sih lo, Yan? Gak jelas banget," ucap Arjun.

"Yah, belom tahu aja apa yang udah dikerjain sama adeknya ini. Awas ya Bang, sampe gue yang nemuin jodoh Abang, lo wajib kasih gue trip ke Korea!" ucap Dian berapi-api.

"Mana bisa?"

Dian meletakkan kuenya dan menatap Abangnya tajam.

"Saat seseorang merendahkan Dian, itu artinya seseorang itu akan memuji Dian pada akhirnya," ucap Dian. "Saat Abang meremehkan Dian, Dian yakin 100% Abang bakalan menemukan jodoh Abang kurang dari 6 bulan di sini, di Jakarta."

"WOW WOW keep calm sist. Pinter banget merangkai kata-katanya. Diajarin siapa?" ejek Arjun.

Dian melirik Rena yang mengendikkan bahunya. "Kurang dari enam bulan, cepet siapin paket trip liburan ke Korea. Tunggu aja ya, Bang. Ceweknya lagi aku proses. Diterawang dulu biar pas."

Yes, Chef!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang