03- Terkesan

5 1 0
                                    

Sebelumnya aku minta maaf yah readers tersayang, karena telat upload chapter ini...
Jadi gais, ada satu dan lain hal yang buat aku harus menunda ceritanya. Tapi, karena sekarang ceritanya udah aku up, so kalian enjoy yah baca kisah "Langit Nan Mendung"

NOTE: Di sini, aku menyebut orang yang membantu gadis dengan sebutan: Laki-laki itu. Tapi, aku juga kadang di beberapa paragraf, menggantinya dengan sebutan: dia. Jadi intinya, LAKI-LAKI ITU = DIA.

Aku sengaja menjelaskan diawal yah, Readers... Karena biar kalian paham juga baca ceritanya🤗❤

Semoga kalian suka yah sama cerita di chapter ini❤❤

***


Kamu sudah memulai cerita yang membuatku sangat terkesan.

~Gadis Sekala Mentari

***


Hanya satu yang kuingat.

Senyuman laki-laki itu, membuatku sedikit tenang.

......

Aku masih duduk terdiam di atas pasir pantai. Ditemani dengan lalu lalang angin, dan juga laki-laki itu masih ada di sampingku. Pecahan cangkang kerang yang melukai kening, berada tepat di hadapanku. Karena setelah jatuh, aku langsung duduk dan menikmati rasa sakit yang kurasakan.

Setelah laki-laki itu menghampiri dan berkata seakan peduli dengan kondisiku, aku pun mulai melupakan rasa sakit yang bercampur perih itu.

Sayang sekali, pandanganku semakin kabur untuk melihat wajahnya. Jadi, aku hanya dapat merasakan aroma wangi tubuhnya saja. Tetapi, ada satu yang aku lihat dengan samar-samar. Jaket berwarna hitam, dengan dasi oranye di dadanya itu terekam di memoriku.

Kulihat, ia masih memandangi wajahku. Lalu tak lama dari itu, tangannya menyentuh pundakku dengan lembut. Kemudian, aku mendengar hembusan napasnya tepat di hadapanku. "Sepertinya, luka kamu ini harus cepat diobatin deh sebelum infeksi" ujarnya.

"Ga perlu. Gue udah terluka, jauh sebelum jatuh seperti ini." jawabku, dengan air mata yang tak bisa disembunyikan lagi.

Setelah aku menjawab ucapannya, tiba-tiba napasku semakin tidak terkontrol. Lalu tanpa sadar, tanganku mengepal tangannya, dan memberi isyarat untuk tolong ambilkan inhalerku di dalam tas.

"Kamu punya riwayat asma?! Aku bantu kamu yah, sekarang kita ke...." ucapannya terhenti. Karena, aku merasa tak kuat lagi dan membutuhkan inhaler untuk napasku ini, jadi aku terpaksa memotong ucapannya.

"Di dalam tas tolong ambil..." ucapanku yang juga terpotong, karena napasku semakin sesak.

Aku melihat samar wajahnya, yang seolah panik dengan kondisiku. Ia pun mencoba menenangkan, sambil terus mengusap-usap bahuku.

"Iya, aku tau... Tapi kamunya yang tenang yah, jangan panik kayak gini." kedua tangannya itu sekarang menyentuh kulitku, lalu menggenggam erat telapak tanganku.

Aku merasakan hangatnya sentuhan tangan itu.

Kemudian, aku coba mengikuti ucapannya untuk tetap tenang. Tapi nyatanya, bayangan perkataan Safna dan Katya, bahkan segala ucapan mamah terus mengelilingi pikiranku. Karena itulah, aku tak akan bisa tenang kalau sudah seperti ini.

Langit Nan MendungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang