"Rey, ayo bangun makan malem dulu," seru seorang wanita membangunkan putri tercintanya.
"Hnggg iyaa," jawab sang putri lesu dengan mata yang masih terpejam.
"Ah kebiasaan kamu susah bangun. Pokonya nanti turun, makan malem dulu baru boleh tidur lagi. Kalau gak turun-turun makanan nya mama habisin," titahnya kemudian ia pergi. Namun sang putri masih setia menindih kasurnya.
Cukup lama kemudian Reyna tiba-tiba terbangun sambil sedikit mengangkat tangan dan kakinya. Wajahnya juga seperti orang yang sangat terkejut.
"Sialan. Tadi mimpi jatoh dimana ya?" monolognya sambil meggaruk kepala.
"Au deh, jadi gak ngantuk lagi kan tck. Makan aja deh," sambil meregangkan badannya, Reyna berjalan menuju toilet dan segera menghampiri meja makan.
Namun di meja tidak ada makanan sama sekali. Reyna berjalan menuju dapur untuk melihat apakah ada makanan atau tidak. Ternyata di dapur juga tidak ada apa-apa selain alat memasak.
Reyna diam sebentar sambil memejamkan matanya. Dia masih belum sadar sepenuhnya. Tak mau ambil pusing, Reyna berjalan menuju kamar mama untuk menanyakan dimana makanan yang tadi mamanya tawarkan.
Sesampainya di depan pintu kamar, ia mengetok pintu dengan kekuatan yang lumayan besar dan tak kunjung ada jawaban. Karena malas untuk menunggu lebih lama, Reyna langsung masuk dan ternyata di sana tidak ada siapa-siapa. Hmm membagongkan.
"Tck, kemana sih? Kebiasaan banget pergi gak bilang-bilang," monolog Reyna sambil berkacak pinggang. Tak mau ambil pusing, Reyna kembali menuju kamarnya untuk menelepon mama.
.....
"Kok gak bilang sih. Lagian mama juga gak cape apa? Kita itu baru istirahat gak lebih dari 3 jam, masa langsung pergi. Ini udah jam tujuh malem, mana gak ninggalin aku makanan juga ahhh sebel banget deh," kata Reyna pada mamanya.
"Aduh lagian mama kan udah bilang cepet makan kalo gak mau dihabisin. Kamu nya kebo sih hihihi. Kamu kalo laper banget beli makanan aja keluar sayang, tadi mama lihat banyak warung kaki lima yang masih pada buka. Mama udah tinggalin uang juga di meja kerja," jelas mama Reyna panjang lebar.
"Huft, sebenernya gak apa-apa ko aku gak makan juga. Lagian kalo di tidurin rasa laper nya ilang. Ini mama gak istirahat banget loh?" omel Reyna pada mamanya.
"Aduh sayang gak boleh gitu, kalo laper ya kamu makan. Mama gak capek ko kamu tenang aja. Sekarang kamu beli makan terus tidur ya, besok sekolah. Maaf mama harus matikan telepon nya selamat malam sayang," jawabnya sambil tersenyum di seberang sana. Kemudian sambungan terputus.
Kondisi seperti ini sudah sering terjadi sebenarnya. Namun setiap hal ini terjadi Reyna selalu merasa kesal dan marah. Pasalnya jika mama pergi malam, baru akan pulang saat dini hari belum lagi ada jam kerja siang. Ia sangat khawatir dengan keadaan mamanya. Tapi mamanya tetap berisi keras bahwa ia tak apa-apa.
Reyna mengerti. Mengingat ayahnya sudah dipanggil oleh Yang Maha Kuasa, membuat mama harus menjadi tulang punggung keluarga.
Sebelumnya mama Reyna juga bekerja, tapi tidak se mati-matian ini. Hal ini membuat dirinya jarang memiliki waktu yang lama bersama mamanya.Sesekali mereka bisa bertemu dan menghabiskan waktu untuk bermain sepuasnya. Kadang Reyna bertanya pada mamanya 'gimana kalo aku berhenti sekolah dan fokus bantuin mama aja? Lagian di sekolah juga aku bosen banget. Dan bisa bantu meringankan beban mama jugaaa!'
Bukannya men-support, mama justru kontra dengan pemikiran Reyna. Bagaimanapun sekolah lebih penting di usia Reyna ini daripada bekerja, dan dengan Reyna sekolah serta belajar dengan giat saja sudah membantu meringankan beban mama. Reyna juga harus sehat jangan mikirin yang aneh-aneh. Kurang lebih itu tanggapannya.
"ARGGHHHH KESEL BANGET POKONYA!!!" teriak Reyna tiba-tiba.
Ia berjalan menuju ruang kerja mama dengan langkah yang tidak ikhlas. Setelah menemukan apa yang dicari, Reyna pergi untuk membeli makanan. Sebenarnya ia sudah tidak lapar, namun bosan jika harus berada di rumah. Jadi lebih baik keluar mencari udara segar.
Ternyata benar ucapan mama Reyna tadi, masih banyak warung kaki lima yang buka. Reyna jadi bingung sendiri harus beli apa karena semua terlihat enak. Tapi ada yang sangat menarik perhatiannya, yaitu pecel lele. Hoho itu makanan terbaik yang pernah ada menurut Reyna. Segera saja ia menghampiri tempat itu.
Setelah memesan Reyna harus menunggu karena banyak yang pesan sebelum dirinya. Karena tak mau menunggu sambil duduk sendirian, ia memilih pergi menuju Indomei untuk membeli beberapa camilan.
Saat sedang memilih makanan, tiba-tiba ada seseorang yang menepuk pundaknya sangat kencang. Hal itu membuat Reyna terkejut dan segera membalikan badannya.
Ia mendapati seorang wanita yang sibuk membuka jaketnya dan memberikannya pada Reyna. Reyna mengernyit bingung.
"Kenapa ya mbak?" tanya Reyna.
Yang di tanya tidak menjawab sama sekali. Dia malah terus menyodorkan jaketnya. Reyna jadi agak ketakutan dan jengkel dibuatnya. Oh ayolah kau punya mulut, kenapa tidak menjawab pertanyaanku? Menyebalkan. Begitu batinnya.
Karena jaketnya tak kunjung di ambil, akhirnya wanita tadi membuka suara.
"Tembus mbak," katanya.
Tunggu. Apa? Reyna tidak mengerti.
"Kamu lagi menstruasi kan mbak? Itu tembus banyak banget. Ini pakai jaket saya dulu daripada di liatin banyak orang," ucap wanita tersebut masih dengan menyodorkan jaketnya.
Malu. Sangat malu. Perasaan yang sekarang Reyna rasakan. Dengan cepat Reyna mengambil jaket tersebut dan langsung memakaikan pada pinggangnya untuk menutupi bagian pantat. Segera saja ia berlari ke bagian pembalut dan bergegas menuju kasir, namun antrean sangat panjang. Reyna berdecak kesal. Ahhh kenapa dimana-mana antrean nya panjang sih. Gerutu Reyna dalam hati.
Tiba-tiba pundaknya ditepuk lagi oleh wanita yang tadi. Kali ini ia menyodorkan pembalut yang Reyna tebak itu barang belanjaannya. Reyna sedikit ragu, tapi si pemilik mengizinkannya dengan sepenuh hati. Langsung saja Reyna mengambil pembalut itu dan menuju toilet yang ada di sana.
guys, kalo kalian sempet baca sampe sini vote yaaa~
ini cerita pertama yg gue buat, pastinya banyak kekurangan. menerima kritik dan saran!💚
KAMU SEDANG MEMBACA
Endless
Romance[15+] Reyna Kharisma adalah gadis sma yang kehidupannya biasa saja. Namun semua menjadi luar biasa setelah ia pindah ke sekolah baru. Bahasa Narasi baku. Dialog non-baku.