"Eh, Reyna?" tanyanya lagi keheranan.
"Lala?!"
"OEMJI REYNA DISINI JUGA?! KYAAAAAAA," teriak Lala heboh.
Reyna bersyukur ternyata Lala berada di kelas yang sama dengannya, jadi ia tidak terlalu merasa sendiri.
Lala membantu Reyna untuk berdiri kemudian mereka memasuki kelas. Seisi kelas terutama kumpulan wanita cantik tadi memperhatikan mereka dengan tatapan bertanya, mungkin seperti 'Loh Reyna sama Lala saling kenal?' . Karena kepekaan Lala sudah mencapai stadium 4, ia langsung angkat bicara.
"Iya ini Reyna temen gue. Kita belum kenal lama sih, tapi udah lumayan akrab hahahahha," ucap Lala.
Saat pertemuan pertama, mereka banyak berbincang terutama Lala. Mulai dari membahas usia, mempertanyakan sekolah, alamat rumah, dan masih banyak lagi. Mungkin Reyna dan Lala menghabiskan waktu sekitar 3 jam untuk sekadar berbincang. Itulah mengapa Lala merasa dirinya cukup akrab dengan Reyna.
Mendengar perkataan Lala membuat Reyna agak kikuk. Pasalnya Lala mengatakan bahwa mereka akrab, padahal Reyna sendiri merasa tidak begitu akrab. Tapi yasudah lah Reyna merasa lega karena Lala menganggap dirinya akrab. Dengan begitu jika Reyna sedang mengalami kesulitan ia bisa meminta bantuan Lala tanpa ragu.
"Oh kalo gitu berarti Reyna temen kita juga. Salam kenal ya Reyna gue Elsa panggil aja El!" ucap gadis berambut pendek nan menggemaskan itu pada Reyna sembari mengulurkan tangan dan dibalas oleh Reyna.
"Cih sksd lo. Gue Cantika," timpal gadis bernama Cantika itu.
"Panggil Caca aja Rey, kalo manggil nama lengkap sakit kuping gue dengernya," sela El dan dibalas dengan delikan Caca.
"Gue Jesica, panggil aja Jeje," katanya sambil tersenyum.
"Wih kenalan ulang? Lucu ya ada Lala, Caca, Jeje, gak sekalian aja lo jadi Elel?" Reyna yang tadinya ingin berbincang jadi terpotong karena kehadiran cowok yang tiba-tiba.
"Eh sia lila pisan udah aing tungguin juga. Kirain gak bakal dateng anying," sapa cowok bertubuh jangkung dengan kulit sedikit gelap pada cowok yang tadi mengganggu acara perkenalan Reyna.
Tapi sapaannya tidak dihiraukan dan membuat ia ditertawakan oleh Reyna dan teman-temannya. Atensi cowok yang baru datang tadi mengarah pada Reyna, ia merasa baru melihat Reyna.
Jeje yang memperhatikan itu langsung buka suara.
"Kenapa lo liatin Reyna terus? Naksir?"
Hal itu sukses membuat gelak tawa cowok yang tadi ditanya. Kemudian ia menjawab.
"Hahaha, seorang Jeffrey naksir cewe? Apalagi modelan dia? Gak. Yang ada ni cewe yang bakal naksir gue," ucapnya dengan penuh kepercayaan diri sambil menatap Reyna. Kemudian ia pergi bersama temannya yang daritadi hanya menjadi penonton.
Reyna yang mendengar itu shock. Bisa-bisanya ada cowok se-pd Jeffrey. Bilang apa dia tadi? Modelan Reyna? Maksudnya Reyna ini gak menarik gitu? Tapi ya emang sih. Tapi kan- Ah sudahlah Reyna kesal sekali sekarang. Ia tak habis pikir kenapa sifat cowok tampan dikelasnya ini tidak sebanding dengan wajah tampannya.
Jeje memperhatikan wajah kusam Reyna dan mendekatinya.
"Lo gak usah terlalu mikirin omongan si Eri Na," ucap Jeje
"Ng Eri siapa?" tanya Reyna kebingungan atas ucapan Jeje.
"Maksud gue Jeffrey," jelas Jeje seraya tersenyum pada Reyna.
"Oke. Btw lo ko baru datang jam segini La? Ini udah lewat dua jam loh," tanya Reyna.
"Oh itu, gue bangun kesiangan soalnya semalem gue maraton drakor, terus di jalan juga macet parah huhuu. Tadinya gue gak mau sekolah tapi bunda maksa banget buat gue ke sekolah, bunda juga udah bilang ke Bu Faridha kalo gue bakal telat jadi mau gak mau gue sekolah," jelas Lala panjang lebar dengan nada yang malas.
"Lagian gak ngotak banget lo maraton di hari-hari sekolah gini La," komen Elsa setelah mendengar penjelasan dari Lala.
"Kalo cowok yang tadi? Ko baru dateng juga?" tanya Reyna lagi penasaran.
"Oh kalo si Jeffrey mah emang udah biasa Rey," jawab Lala
"Hooh, dia setiap hari dateng nya 2 jam setelah pelajaran dimulai Rey. Jadi lo gak usah aneh," tambah Elsa.
"Loh emang sekolah gak nindak lanjuti ya? Minimal panggil ortu nya ke sekolah atau kasih sp gitu," komentar Reyna yang masih sangat penasaran. Mendengar penuturan Reyna membuat Lala dan yang lainnya saling tatap bingung bagaimana menjelaskan pada Reyna.
Reyna yang melihat itu semakin bingung. Dan sialnya rasa penasaran Reyna semakin bertambah. Ia menatap teman-temannya dengan tatapan menuntut jawaban.
"Ah rey, lo bikin mereka bingung. Yang tau masalahnya Jeffrey disini cuma gue karena kita temen kecil. Lo kalo mau tanya tentang dia boleh ke gue tapi tau batasan aja," ucap Jeje sambil tersenyum disela keheningan. Reyna mengangguk mengerti.
Sepersekian detik kemudian Caca meninggalkan kumpulan tanpa bicara apapun. Lala yang melihat itu langsung bertanya sambil berteriak.
"CA KO PERGI SIH ANJ?!"
"MALES DENGERIN CELOTEHAN KALIAN," jawab Caca sambil mengacungkan jari tengah pada Lala.
"Kurang ajar emang si Caca Markuca," geram Elsa.
"Eumm guys kita gak akan ganti baju nih? Jam olahraga kayanya sebentar lagi," tanya Reyna dengan raut khawatir.
Jeje melihat benda yang melingkar di pergelangan tangannya, kemudian memberi tahu teman-temannya itu untuk segera berganti pakaian karena jam olahraga akan segera di mulai. Dengan langkah yang tergesa-gesa mereka segera menuju toilet.
Kini lapangan sudah di penuhi oleh siswa-siswi dari kelas Bu Faridha. Mereka tampak bersemangat untuk mengikuti pelajaran olahraga. Pak Gugun yang melihat wajah ceria anak-anak juga jadi bersemangat untuk mengajar.
.....
Kegiatan olahraga dihentikan saat bel istirahat berbunyi. Ada yang mengobrol dulu, mengganti seragam, ke kantin, dan ada yang masih asik bermain bola di tengah terik nya matahari.
Salah satu siswa menggiring bolanya ke tepi lapang dan menendang kuat-kuat bola tersebut ke arah jendela kelas, mengakibatkan kaca jendela tersebut pecah. Setelah melakukan aksinya ia berlari menuju kantin dan diikuti kawanannya.
"KYAAAAA INI SIAPA YANG PECAHIN KACA?!!!"
Here! Jeffrey
anyeong gaiseuu mau ngingetin kalau uda baca sampe sini jangan lupa vote sama komen nya yaa!!!
btw baru kali ini gue up nya tengah malem shshsh
KAMU SEDANG MEMBACA
Endless
Romance[15+] Reyna Kharisma adalah gadis sma yang kehidupannya biasa saja. Namun semua menjadi luar biasa setelah ia pindah ke sekolah baru. Bahasa Narasi baku. Dialog non-baku.