-6-

198 50 32
                                    

"APA?! JADI SETYA INI ADE LO?!" teriak Elsa heboh karena mendapati berita yang sangat mengejutkan.

"Ko gak cerita sama kita kalo lo punya ade La? Bahkan ade lo satu sekolah sama kita," tanya Jeje pada Lala dengan sedikit nada kecewa. Pasalnya mereka sudah berteman sejak awal masuk sekolah, tapi hal seperti ini ditutupi oleh Lala.

"Kita udah terlanjur tau lo gak mau ngomong sesuatu La?" tanya Caca yang tentu saja kecewa juga pada Lala.

Sedangkan Reyna? Ia hanya bisa diam menyimak obrolan ke-empat temannya. Namun tentu saja Reyna juga cukup terkejut dengan fakta yang baru ia ketahui. Siswa yang tadi ia tolong bernama Setya dan ternyata Setya adalah adik dari temannya yaitu Lala.

"Ahh sorry jadi gini suasananya. Sebelumnya gue minta maaf sama kalian, tapi gue punya alasan sendiri kenapa gue gak cerita tentang Setya ke kalian. Gue pengen cerita tapi gak bisa," jelas Lala sambil menunduk.

Reyna memperhatikan Lala cermat. Dari gerak-geriknya sudah terbaca bahwa Lala akan menangis. Dengan cepat ia mendekap Lala sambil mengelus-elus pelan pundak Lala. Benar saja beberapa detik kemudian Lala terisak sambil mengeluarkan air mata.

"Hubungan gue sama Setya kurang baik. Jadi Setya mau gue gak cerita apa-apa tentang dia ke temen-temen gue," ucap Lala di sela tangisannya.

Reyna semakin mempererat dekapannya pada Lala. Mereka ber-empat saling tatap merasa tidak enak sudah mendesak Lala. Tapi percuma semua sudah terjadi.

"La maaf bikin lo nangis. Kalau lo belum siap buat cerita sama kita it's ok, lebih baik lo tenangin diri lo," ucap Jeje lembut mengelus bahu Lala.

"La kita ke kelas aja ya?" ajak Reyna karena sedari tadi ada beberapa siswa lewat yang memperhatikan mereka. Untungnya Lala mengangguk mau.

.....

Reyna meregangkan badannya ketika bel pulang berbunyi. Hari pertama yang sungguh melelahkan. Ia memasukan alat tulisnya ke dalam tas kemudian memakai hoodie. Saat memakai hoodie tersebut Reyna mengalami sedikit kesulitan.

Tidak ada apa-apa, hanya saja Reyna memang selalu heboh saat memakai hoodie dan membuatnya kesulitan. Biasanya ia akan meminta bantuan pada teman sebangkunya, namun kali ini ia berusaha sendiri.

Tangannya bergerak ke kanan-kiri hingga mengenai pria di sampingnya—Javas. Tentu saja hal itu membuat Javas terganggu. Dengan segera ia menghempas tangan Reyna yang mengenai wajahnya.

"Duh bentar, ini gue susah pakenya. Bantuin dong," oceh Reyna pada Javas yang tentu saja diabaikan.

"Ah lupa, gue kan duduk sama tembok berjalan," celutuk Reyna lagi setelah ia berhasil memakai hoodie-nya.

Javas melirik Reyna yang baru saja mengatai dirinya tembok. Lirikannya bukan hanya sekali atau dua kali, namun berkali-kali sampai sebelum kelas benar-benar bubar.

Merasa terus diperhatikan Reyna langsung menghadap ke arah Javas secara tiba-tiba, tentu saja hal itu membuat Javas terkejut salah tingkah dan mengalihkan padangannya.

Melihat itu Reyna membekap mulutnya menahan tawa kemudian pergi meninggalkan kelas sambil berlari menyusul Lala dan kawan-kawannya.

Hampir saja Reyna meneriaki nama Lala namun seseorang menyentuh bahunya, membuat atensi Reyna pada Lala teralihkan. Segera Reyna menatap dua siswi cantik di hadapannya.

"Ada apa?" tanya Reyna.

"Kaka dipanggil sama Bu Faridha ke ruang guru," jawabnya

EndlessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang