Vote!
Mayleen terbangun dari mimpi buruknya. Nafasnya memburu kencang. Keringat dinginnya bercucuran. Matanya menatap nyalang seisi ruangan.
Maniknya bersitatap dengan manik hazel seorang perempuan. Gadis berhanfu pink itu menatapnya senang. "Akhirnya kau bangun juga."
"Dimana aku?" Mayleen berusaha duduk lalu memijit kepalanya yang terasa pusing.
"Jangan paksakan dirimu untuk bangun." Tegur gadis cantik itu, tak lain tak bukan Xiao Qi.
Mayleen terdiam kaku kala teringat dengan fakta menyakitkan yang pria berambut putih itu katakan padanya sebelum pingsan.
"Aku ingin bertemu dengan pria itu. Dimana dia sekarang?" Tanya Mayleen tergesa-gesa dan panik.
Xiao Qi menatapnya aneh. "Pria siapa?"
"Pria berambut putih itu. Aku butuh penjelasan darinya."
"Tentang apa?"
"Jangan banyak tanya! Cepat panggilkan saja dia!" Teriak Mayleen kesal.
Xiao Qi terlihat tak kalah kesal dari Mayleen. Saking kesalnya gadis itu mengebrak meja kasar. "Jangan berteriak padaku! Kau pikir kau siapa hah sampai berani berteriak padaku?!"
Mayleen tercengang. Rupanya wajah polos dan manis yang dilihatnya di awal tadi hanya lah sebuah topeng belaka. Gadis di dekatnya itu sangat lah garang.
Mayleen berusaha mengatur emosinya. "Tolong panggilkan dia untukku. Aku ingin menanyakan tentang kekasihku padanya. Aku mohon." Demi Weilong, dia bahkan rela merendahkan harga dirinya pada orang lain. Ya, hanya demi Weilong. Kekasih tercintanya.
"Baiklah. Tunggu sebentar." Xiao Qi terlihat tidak tega dan langsung pergi.
Sembari menunggu, Mayleen komat Kamit di dalam hati. Berharap apa yang diucapkan pria tadi tidak lah benar meskipun itu sangat mustahil.
Tapi, Mayleen masih berharap apa yang diucapkan pria itu hanyalah sebuah kebohongan untuk menakut-nakutinya.
Suara langkah kaki terdengar, membuat Mayleen mengalihkan pandangan ke sana.
Pria berambut putih dan Xiao Qi terlihat sedang berjalan ke arahnya dengan wajah datar.
"Kenapa kau mengatakan mereka semua mati oleh musuh? Apakah semuanya benar-benar sudah mati? Apakah kau melihatnya sendiri?" Mayleen langsung mencecar pria itu dengan pertanyaannya.
"Anggota sekte ku tidak Sengaja datang ke tempat itu dan menemukan banyak mayat di sana."
"Lalu, dimana mayat mereka sekarang?"
"Sudah kami kuburkan."
"Apakah tidak ada satu orang pun yang tersisa? Kalian sudah benar-benar memeriksanya?" Mayleen masih berusaha menyangkal namun melihat anggukan pria itu, tubuhnya melemas seketika. Air matanya mengalir deras.
"Ah ya, aku ingat. Kalung yang kau pakai itu mirip dengan kalung yang dipakai salah satu mayat."
Tangisan Mayleen semakin pecah mendengar perkataan Xiao Qi. Ia semakin yakin pria yang dicintainya sudah meninggal dunia.
Tangisannya terdengar begitu menyayat hati pendengar. Termasuk Xiao Qi. Gadis itu mendadak iba melihat Mayleen.
Dia beringsut mendekat dan memeluk tubuh Mayleen pelan. "Menangis lah sepuasmu dan setelah itu relakanlah kepergiannya agar dia bisa tenang di atas sana." Gumamnya.
Mayleen membalas pelukan itu, membenamkan wajahnya di bahu Xiao Qi, dan menangis semakin keras.
****
Suruhan Xiao Qi mengantarkan Mayleen dengan selamat sampai di Kekaisaran Wu.
Orang itu berpamitan padanya tapi Mayleen tidak memberikan reaksi sedikit pun.
Mayleen begitu tenggelam dalam kesedihannya atas kehilangan Weilong.
Mayleen seperti tidak punya gairah hidup sedikit pun sedari tadi.
Kesadarannya seolah diambil paksa oleh kenyataan menyakitkan.
Mayleen begitu terpuruk dan tidak bisa menerima kenyataan menyakitkan tersebut.
Kakinya terus melangkah namun tatapannya terlihat sangat kosong.
Kini, dia tidak bisa lagi melihat pria yang dicintainya karena berbeda alam.
Kini, dia tidak bisa lagi menghabiskan waktu bersama pria yang dicintainya.
Kini, dia harus sendirian lagi di zaman kuno ini. Tanpa cinta, kasih sayang, dan perhatian.
Mayleen sangat mencintai Weilong tapi kenapa mereka selalu dipisahkan?!
Kenapa mereka tidak pernah dibiarkan hidup bersama oleh sang pencipta?!
Kenapa?!
"Jangan terlalu larut dalam kesedihanmu, Mayleen. Ayo, semangat!"
Rose selalu memberikan kata penyemangat untuknya tapi kenapa dia tidak bisa merasa semangat sedikit pun?
Malah air matanya semakin ingin berdesakan keluar.
"Astaga, Mayleen. Kau menangis lagi." Ujar Rose terkejut.
Rose duduk di bahu Mayleen sambil menatap gadis itu prihatin.
"Berhenti lah, menangis. Daripada menangis lebih baik kau melakukan misi mu. Bukan kah selama ini kau menganggap Weilong sebagai Albert? Yang kau cintai sebenarnya itu Albert, 'kan? Lantas kenapa tidak melakukan misi mu saja supaya bisa cepat kembali ke zaman mu dan hidup bersama Albert? Di sana kau bisa melihatnya lagi, bahkan menikah dengannya. Cinta kalian tidak akan terhalang lagi oleh Pangeran Wu Tianzhi. Kalian bisa menghabiskan waktu berdua, tanpa gangguan siapa pun."
Air mata Mayleen berhenti menetes. Tubuhnya tersentak kaget.
Benar!
Yang diucapkan Rose sangat lah benar!
Selama ini dia menganggap Weilong sebagai Albert karena wajah mereka sama.
Sementara, Albertnya masih hidup. Di zamannya.
Dengan kata lain, jika dia berhasil melakukan misi, masa dia bisa kembali ke zamannya dan bersama Albert lagi!
Rose tersenyum senang melihat Mayleen kembali semangat dan tidak seterpuruk tadi lagi.
"Biar ku katakan ketiga misimu yang tersisa, terserah kau ingin melakukan yang mana lebih dulu."
Mayleen mendengarkan ucapan Rose dengan serius. "Menyelamatkan Kekaisaran Wu dari kehancuran, membuat Pangeran Wu Tianzhi normal, dan membuat Pangeran Wu Tianzhi menyatakan perasaan padamu."
Mayleen tersenyum miring. "Baiklah. Aku akan melakukan semua misi ku itu agar bisa kembali ke tubuh asliku."
"Ini baru benar! Maka dari itu, mulai sekarang fokus lah ke misimu."
Mayleen menatap Rose sendu secara tiba-tiba. "Tapi aku masih tidak sanggup kehilangan Weilong. Aku sangat mencintainya." Dan Mayleen kembali menangis terisak-isak. Membuat Rose menghela nafas kasar.
"MAYLEEN!!"
-Tbc-
#2#
Kehilangan orang yang dicintai memang membuat kita sangat terpuruk . Lebih terpuruk daripada diselingkuhi :)
Klw menurut kalian mana yg lebih menyakitkan?
Ditinggal mati atau diselingkuhi?
KAMU SEDANG MEMBACA
Mayleen And Gay Prince
FantasyJiwa Anaya tak sengaja terlempar ke zaman kuno akibat dikhianati oleh rekan kerja yang merangkap sebagai sahabatnya. Terlahir kembali di tubuh seorang putri sampah perdana Mentri membuat Anaya tidak lagi percaya dengan siapa pun karena tidak ingin d...