BAB 3

256 112 209
                                    

Hai guys!!!

Gimana hari ini? Semoga baik baik saja.

Happy reading guys
.
.
.
.

oOo


Sofia POV

"Haha apa sih Raf, lo ngeprank gue ya?" Aku tertawa merasa lucu dengan perkataan Rafael.

"Gue serius. " kata Rafael dengan wajah datar.

Mendengar ucapan Rafael tawa ku pun berhenti.

"Mak- maksud lo, lo suka sama gue beneran? " Aku bertanya untuk memastikan. Dan dibalas anggukan oleh Rafael.

Seketika  kepalaku merasa pusing, sebenarnya ada apa dengan hari ini?

"Jangan bilang lo putus sama Lisa juga karena ini? " aku hanya berdoa, semoga mereka putus bukan karna Rafael yang mengaku suka padaku.

Mata Rafael membulat mungkin dia kaget dengan pertanyaanku.

"Sorry. " katanya sambil menunduk.

Aku lemas mendengar satu kata itu, jadi ini alasan Lisa berpacaran dengan Alvin? Tapikan, aku ngga tau ini semua. Lagian kenapa juga Alvin mengajak jadian Lisa?

"Lo gila ya? " Tanpa sadar suaraku naik satu oktaf.

"Fi gue juga ngga bisa buat nentuin buat suka sama siapa, gue nyaman sama lo, gue nyerasa lo bisa ngertiin gue. "Ucap rafael sambil menggenggam tanganku.

"Raf tapi rasa itu ngga seharusnya ada, lo tau dengan pasti gue sama Lisa itu sahabatan. "

"Tapi gue ngga bisa mencegah rasa itu Fi, rasa itu datang dengan sendiri nya. Lagian gue udah putus sama Lisa. " Aku melepaskan genggaman Rafael. Ini salah, aku ngga bisa menghianati temanku sendiri meskipun mereka sudah putus, tetap saja rasanya seperti menghianati sahabat sendiri.

"Lo tau? lo bisa menghancurkan persahabatan gue. "

"Sorry. Tapi, gue cuma mau jujur aja sama perasaan gue ke lo, gue ngga bakal maksa lo buat jadi pacar gue. "

"Huhft. " aku menghembuskan nafas kasar. Sebenarnya apa mau Rafael ini.

"Ya, perasaan lo itu urusan lo. Tapi masalahnya itu kenapa lo harus bilang sama Lisa kalo lo suka sama gue? Dia bisa salah faham sama gue Raf. "

Terserah lah Rafael mau tersinggung atau engga, aku cuma engga mau pertemananku hancur cuma masalah kaya gini.

Aku pun mengambil handphone di meja bersiap untuk pergi. Baru selangkah aku berjalan, aku merasakan tanganku di genggam. Pasti Rafael, siapa lagi.

"Apaan si? gue mau pulang. " kataku sambil melepaskan genggaman Rafael tapi Rafael sepertinya enggan melepaskan genggaman itu.

"Fi gue ngga ada maksud buat ngerusak persahabatan kalian. Gue kan udah bilang, banyak faktor yang buat kami putus."

"Tetep aja Raf, lo tau? bahkan sekarang Lisa udah pacaran sama Alvin. " Nafasku memburu saat mengucapkan itu, entahlah rasanya masih sesak mengingat mereka telah jadian.

"Hah? " Wajah Rafael terkejuat, apa mungkin dia tidak tau?

"Alvin mana maksud lo? "

"Ya Alvin temen Bima lah, Alvin mana lagi? " Jawabku sedikit sewot, menjengkelkan. Kenapa mau di perjelas coba.

"Bukannya Alvin lagi deket sama lo?" tanya nya dengan muka bingung.

Aku menghembuskan nafas kasar.
"Teuing ah, awas aing mau pulang. " Melepaskan genggaman Rafael akupun keluar cafe. Males rasanya membahas hubungan Lisa dan Alvin.
Bikin panas hati.

Setelah di depan cafe Rafael menghampiri aku lagi. Aduh mau apa si ini orang.

"Fi gue anter  aja ya pulangnya. "Tawar Rafael.

"Engga usah gue sendiri aja. "

"Jam segini udah susah kalo mau cari angkot Fi, gue anter aja, ya? "

Aku membuka handphone, tertera jam disana 17.19 , memang benar jam segini pasti bakal susah banget cari angkot. Mau pake go-jek tapi lumayan uangnya bisa buat beli seblak. Yaudahlah ikut Rafael aja, gratis ini.

"Yaudah, ayo. "

"Oke tunggu sini sebentar, gue ambil motor dulu. "

"Hmm. " Setelah itu Rafael menuju motornya.

oOo

"Yaudah gue pulang ya Fi. " Setelah aku turun dari motor nya, Rafael langsung mau pamit pulang.

"iya, makasih udah nganterin. "

"iya. Udah sana masuk" Jawabnya sambil mengacak rambutku.

"Ih apaan si lo. " aku menjauhkan tangannya dari kepalaku.

Apaan banget deh Rafael ini, kalo aku baper gimana coba. Kan cewe lemah banget kalo di pegang kepalanya. Rambut yang di acak, hati yang berantakan. Itu si kata pepatah. Aku si ngga tau ya.

"Udah sana lo masuk. " Mendengar kata itu aku pun masuk takut ada drama lagi. Tak lama aku mendengar suara motornya dinyalakan, lalu perlahan lahan suara motornya menjauh.

"Assalamualaikum." Salamku

"Waalaikumsalam, abis main ya? di anter cowo lagi. "

"Ngapa emang, sirik aja lo. " Timpalku sambil melepas sepatu.

"Pacar kak Fi ya? pacaran mulu. "

"Heh pacaran pacaran, kaya tau aja lo bocah. "

Bener bener deh bocah jaman sekarang masih kelas 4 sd udah tau kata pacaran. Dia  adikku, Vino.

Kadang aku suka bingung kenapa orang orang selalu rukun dengan kakak atau adiknya, tidak seperti aku dan Vino. Selalu ada saja yang di perdebatkan. Ya walau nanti baikkan lagi.

Biar aku kasih tau adik ku ini manja banget, cengeng, jahil, pengadu juga mentang mentang anak bungsu. Tapi walau begitu aku tetep sayang kok, karena Vino adalah saudara satu satu ku.

Setelah melepas sepatu dan kaos kaki, aku pergi ke kamar mandi, lalu ke kamar. Merebahkan tubuh di kasur.

Hari yang melelahkan. Dimulai dari Lisa dan Alvin ditambah dengan Rafael. Kenapa harus di waktu yang bersamaan seperti ini coba? Dan kenapa harus di waktu kelas 12 ini, bikin nambahin fikiran aja.


***

Hai guys

Aku buat ceritanya pake sudut pandang satu lagi Soalnya aku belum terlalu bisa buat cerita sudut pandang ketiga😴
Tapi aku bakal belajar lagi kok.

Segini dulu ceritanya😉

Koreksi Typo ya

Jangan lupa vote and comment

see you 😘

Non Come Previsto (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang