BAB 4

185 88 145
                                    

Hallo everyone!!

Gimana kabarnya? Semoga lagi bahagia ya.

Happy reading
.
.
.
.
.
oOo

"Kak cepet itu temennya udah jemput. " Panggil mamahku dari arah ruang tengah.

"Hah? Siapa mah?" Balasku berteriak.

"Siapa yang jemput gue ya? perasaan ngga minta jemput siapa siapa deh. " Gumamku. Setelah nya aku cepat cepat membereskan buku dan bergegas keluar kamar.

"Ngapain lo kesini? " Yaampun ternyata dia, ngapain dia kesini? Tak lama aku merasakan lengan kiri ku di pukul dari belakang.

"Heh! ada temen jemput malah ditanya gitu. "

"Tadi siapa namanya?"

"Rafael tante. " Iya, yang kesini adalah Rafael saudara saudara.

"Oh iya Rafael, udah sarapan belum? yuk sarapan bareng. "

"Ngga usah tante, ngerepotin. "

"Engga kok, yuk sarapan bareng. " Kata mamah sambil menarik tangan Rafael menuju meja makan.

Di meja makan sudah ada Vino yang sudah duduk anteng.

"Cepet nasi nya di makan dek, nanti keburu telat kesekolah kalo makannya lama. " Tegur mamah ke Vino, yang dapat anggukan dari bocah itu.

"Ayo Rafael di makan sarapannya."

"Iya tante. " Balasnya sambil tersenyum

Selama sesi sarapan aku hanya diam. Setelah sarapan aku dan Rafael pamit berangkat ke sekolah.

"Lo ngapain jemput gue?" Tanyaku setelah motornya berjalan menjauhi rumahku.

"Emm... ya sekalian aja. " Jawabnya dengan, mungkin sedikit ragu.

"Sekalian? kita beda sekolah kalo lo lupa. "

"Ya emang kenapa si? ngga ada salahnya dong temen nganter temennya kesekolah? "

Aku menghembuskan nafasku. Berbicara dengan Rafael ini melelahkan. Gimana aku harus menjelaskannya kalau tindakannya ini bisa membuat tambah salah faham. Apalagi dia sering mengantar jemput Lisa kesekolah waktu mereka masih pacaran, pun temen sekelas sedikit banyak tau dengan hubungan Rafael dan Lisa. Jadi, jika mereka melihat aku di antar oleh Rafael, bagaimana? Aku ngga mau memperkeruh keadaan. Apa Rafael engga faham itu?

"Raf gue ngga mau Lisa tambah salah faham kalo liat lo anter gue kesekolah gini. " Kata ku pelan, aku ngga tau dia denger perkataanku atau ngga. Saat aku melihat kearah sepion ternyata dia sedang menatapku juga.

"Gue mau memperjuangkan lo Fi, jangan buat gue mundur sebelum berperang. Gue ralat kata kata gue kemarin. Gue mau lo Fi. "

Mendengar perkataannya badanku kaku untuk beberapa detik, lidahku kelu untuk protes perkataannya. Dia benar benar engga ngerti.

Tak terasa kami sudah hampir sampai di sekolahku. Aku minta di turunkan tidak terlalu dekat dengan gerbang utama sekolah karena tidak ingin orang yang kenal Rafael tau kalau dia mengantarku.

Non Come Previsto (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang