Chapter 6a - My Loyal Assistant : Hide and Seek

545 28 0
                                    

Apa alasanku meninggalkan Raka sendirian di lorong? 

Ke toilet?  

Bukan.  

Bertemu Khansa?  

Enggak banget, malah jangan sampai deh.  

Lalu?  

Aku tidak bisa menghentikan senyumanku ini. Aku hanya mengamatinya dari lantai atas. Sudah ku duga, dia akan mencariku. Entah apa yang aku pikirkan, ini tak sekejam yang terjadi kok. Hanya menguji kesetiaan asistenku. Biasanya orang biasa akan langsung pulang jika orang yang menyuruhnya tinggal itu pergi tanpa alasan. Apa lagi tak ada nomor yang bisa ia telfon. Hihi. 

Ku lihat dia mendorong trollynya dan belok ke kiri. Melihat pengunjung satu per satu. Setelah nihil keberadaanku, ia berbalik ke arah sebaliknya. Mungkin ia berdoa ada sosokku dari kerumunan orang-orang itu. Kira-kira seperti ini, "Ya Tuhan, tolong pertemukan hamba-Mu ini dengan Arga". Tawaku tak terbendung-- 

Drrrt drrrtt drrrt 

Ck, siapa sih yang mengganggu acaraku ini?! Layar smartphoneku yang berkedip-kedip menampangkan nama Sandy, hah. Ku kira Khansa. 

"Halo" 

"AKHIRNYAAA diangkat juga~" 

"Ada apa?" 

"Posisimu lagi dimana??!" 

"Ada deh, memang kenapa?" 

"Kamu dicari Khansa!! Khansa bagaikan teroris di hariku yang cerah ini, disitu kadang saya merasa sedih" 

"Ck, abaikan saja dia" Ku pantau Raka yang masih bingung dan panik mencariku.  

"Gak bisa, Arga!! Aku mau pake alesan apa ke dia?" 

"Bilang aja ada urusan mendadak sama daddynya, jadi gak bisa menghubungi Khansa"  

"O, oke deh kalau itu mau mu. Heh, Arga, bisa gak sih gak nge-PHPin anak orang?" Ku balikkan badanku dan tak memperhatikan Raka lagi. 

"Udah deh, gak usah urus urusan orang lain" 

"Oh, ayolah. Khansa itu cantik, periang dan--" 

"Cerewet" Kali ini ku perhatikan lagi Raka yang masih saja mencariku. Dia membuka pintu toilet pria sebentar dan menutupnya lagi.  

"Btw kamu lagi dimana? Kenapa Khansa kamu cuekin gini? Gak biasanya" 

"Justru disitu kadang saya merasa sedih, Sand" 

"Yaelah, gak ada lawakan yang lain gitu?" 

"Terserah" Ku matikan telfon darinya. Gak penting.  

Setelah puas melihat Raka yang mencari-cariku selama lima belas menit, aku turun dari lantai atas dan kembali ke lorong terakhir kita bertemu tanpa meninggalkan jejak. Selama itulah Raka sudah mencariku di seluruh penjuru lantai dasar. Tak ku sangka ini lebih dari perkiraanku, bukan main.  

Ku cari nomor kontak yang baru aku tambahkan dan menelfonnya. Beberapa detik ada suara yang menjawab di ujung sana. Suara yang pas di telingaku. 

"Ha-lo, selamat siang? Dengan sia--" 

"Kamu dimana? Aku sudah ada di lorong yang tadi" 

"...darimana kamu--" 

"Ayo cepat kemari!" 

"Gulp...Ba, baik" 

Beberapa saat, suara trolly yang didorongnya menggema di lorong. Ku lihat sosoknya yang menunduk membawa barang belanjaan itu. 

Love is Simple [BxB]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang