Chapter 4 - The day that will never be forgotten

835 38 15
                                    

-Raka PoV-

"HAAH... haah... hahh... hahhh" gulp. 

Aku terbangun dengan kondisi nafas yang memburu. Aku berusaha untuk duduk, namun gagal karena kesadaranku masih belum pulih sepenuhnya. Segera ku hirup nafas dalam-dalam dan meyakinkan pikiranku tidak kosong. Mimpi buruk. Kali ini yang paling parah dan yang paling kurasakan efeknya di tubuhku. Merinding yang ku rasakan, rasa licin yang menjalar. Siluman ular yang ada di mimpiku itu melilit dari leher hingga ke badan. Aku tak tahu apa yang ia inginkan, tapi siluman ular putih yang kira-kira berdiameter sepuluh senti itu terus saja melilit tubuhku hingga kedua tanganku masih terasa berat sampai sekarang. 

Ya Tuhan, aku lupa tidak membaca doa sebelum tidur. Aku benar-benar khilaf.  

Hampir saja aku melupakan seseorang yang tengah tidur di sampingku. Aku menoleh ke arah Arga yang sama sekali tidak berubah posisinya. Apa Arga tidak terganggu olehku?  

Ku akui setiap tenda disini itu agak luas untuk tidur bertiga sekalipun. Apalagi alas tidurnya bukan alas tidur biasa, yang pasti empuk dan nyaman, sehingga aku menyadari kasurku tidak lebih bagus dengan yang ini. Hah. Mereka memang kaya, tak sepadan denganku. Aku ingin kembali ke habitat asal sekarang.

-Arga PoV-

"Ja...ngan... Mmnh" 

"Dia bangun?!" 

Deg Deg 

Huff...  

Aku menghembuskan nafas dengan lega, sangat lega, saat ku dongakkan kepalaku pelan-pelan. Dalam dua detik, aku mengancing baju Raka yang agak kusut itu secepat mungkin. Segera aku memposisikan tubuhku untuk berbaring seperti semula. Setelah mengatur nafasku kembali, aku berpura-pura tidur untuk tidak ketahuan.  

"HAAH... haah... hahh... hahhh" 

Tuh kan, dia bangun. Untung saja aku tak meneruskannya. Berharap dia tidak akan tahu kalau ada sesuatu yang terjadi barusan. 

Setelah sekian menit, ia duduk dari tidurnya dan menoleh ke arahku. Wajahnya yang samar karena keadaan tenda yang gelap ini membuatku tidak bisa jelas memandangnya. Ku pejamkan saja mataku hingga semuanya kembali normal. Cih, sialan. Honestly, aku masih belum bisa tidur dengan nyenyak karena apa yang ku lakukan tadi.

~

Setelah semuanya sarapan, para gadis sudah meninggalkan rumah ini. Biasa, perawatan rutin. Eits, tapi itu tidak berlaku untuk Dhea. Dhea bukan mereka, tapi seorang gamer yang selalu menunggu hujan turun di kala malam minggu dan hari libur lainnya. Sedangkan Johan pergi untuk mengisi acara di sebuah hotel. Jadi, sekarang hanya ada aku, Denny, Sandy, dan Raka.  

Oh ya, setelah mengantarkan para gadis di depan gerbang, Raka menanyakan sesuatu yang membuatku sedikit canggung. 

Raka : "Mmm, bolehkah aku bertanya sesuatu?" 

Aku : "Silahkan" 

Raka : "Apa semalam banyak nyamuk? Ku kira di dalam tenda ada beberapa. Kulitku jadi merah, ajaibnya gak ada yang bentol satu pun. Apalagi yang di leher (menunjuk tengkuk lehernya)

Aku : "Mu, mungkin kau benar. Nyamuk jaman sekarang kan sudah berevolusi menjadi hampir tak terlihat. Cara menghisapnya pun aneh"  

Raka : "Benarkah? Aku baru tahu kalau nyamuk bisa berevolusi seperti itu" 

Arg, payah. Argumen macam apa itu. Untung saja dia langsung percaya tanpa berpikir dua kali. Selamat. 

Aku berniat untuk mengantarnya pulang segera. Namun tertunda karena kejadian yang benar-benar menahan Raka untuk pulang. 

Love is Simple [BxB]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang