8. Mid City Love

9 0 0
                                    

--

"Sori interupsi, budgeting kenapa hampir dua kali lipat dari tahun lalu?"

Suara Kartala menggema di antara sunyinya rapat BPH. Alma, yang bertugas sebagai bendahara, terdiam sejenak dan terlihat mengumpulkan kata - kata. Sebelah Kartala, ada Dio yang bertugas sebagai wakil ketua pelaksana, menggelengkan kepala atas pertanyaan yang sudah ia duga akan dilontarkan oleh Kartala.

"Acara kita besar, Al. Lebih besar dari yang tahun lalu karena memang yang bakal ngisi besar semua. Kita juga udah itung - itung dari jumlah tiket, sponsor, dan paid promote. Termasuk pengeluaran dari setiap divisi." Jawab Alma dengan tegas.

"Hmm, oke. Tapi kalau bisa dana keluar dibikin seminimal mungkin ya. Buat dekor, kalau kira - kira masih ada yang masih bisa dipake, Partnership dan Marketing, push terus. Paid promote dan promosi acara terus ditambah, lebih gencar lagi. Ticketing kalau perlu booth, langsung infoin aja ke logistik buat dicariin tempat."

Para koordinator divisi yang terkait pun langsung serius take note omongan Kartala untuk dilanjutkan kepada anggota masing - masing. Bagi Kartala, nggak perlu sering tatap muka dengan semua panitia besar karena pengalaman malah membuat anggota capek mendengarkan hal - hal yang nggak berkaitan dengan divisinya

"Oke, segini dulu rapat BPH dan koor hari ini. Makasih banyak buat kalian semua yang udah nyempetin datang sore - sore gini, padahal harusnya bisa jalan sama doi abis kelas," Canda Kartala. "Inget, GaFest ini bukan acara gue, Dio, atau APRES. Ini acara kita semua. Tangannya dulu yuk sebelum kita tutup rapatnya, biar semangat."

"Ganesha Festival 5.0, sukses!"

--

Atmosfer di salah satu meja besar coffee shop tersebut sangatlah tenang dan damai. Semua orang yang duduk, terlihat sedang fokus dengan pekerjaan masing - masing. Ada yang sedang membuka spreadsheet, Adobe Photoshop, sampai sibuk dengan telepon untuk pitching. Seorang pemuda berkacamata bulat tergesa - gesa mendekati meja tersebut, dengan muka lempengnya yang tidak pernah hilang.

"Sori gue telat, tadi rapat BPH lama bat." Ujar Ezra, menarik kursi yang letaknya tepat di tengah.

"Santai bang, kita tadi lanjut kok sambil ngerjain deadline masing - masing." Jawab Dovi yang sibuk dengan laptop di depannya.

"Mantap. Gue buka dulu ya. Assalamualaikum teman - teman Pubdok," Ezra membuka forum divisi publikasi dan dokumentasi tersebut. 

"Thank you banget buat kalian yang udah dateng di sini buat kerja bareng - bareng untuk acara GaFest. Gue juga mau minta maaf datang telat banget karena tadi rapat dulu sama BPH."

Setelah membuka, Ezra dan kawan - kawan Tim Publikasi Ganesha Festival memulai sharing sembari menyelesaikan tugas masing - masing di area outdoor cafe tersebut. Ezra, yang biasanya selalu diam di dalam forum, mengerahkan segala energi dan fokus untuk Project tahunan yang besar itu.

"Redaksi sama tim Folkative nggak kelar, cepetan. Mereka sudah minta."

"Design buat venue, gue udah nanya ke Bayu tapi katanya langsung tanyain Alya dulu, PIC dari acara."

"Ticketing perlu lebih gencar lagi, jadi kita harus print tiket lebih banyak lagi."

Tiga jam berlalu, waktu sudah menunjukkan pukul 22.00. Mereka telah mengupas hingga ke akar untuk segala persiapan acara Ganesha Festival. Ezra melihat sekitar, anak - anaknya terlihat dengan jelas sudah lelah. Beberapa juga sudah selesai dengan pekerjaan untuk acara dan sedang mengerjakan tugas kuliah.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 16, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kala SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang