7. Rendezvous

7 1 0
                                    

"Al? Lo ngapain di sini?"

Kiara menatap Kartala dengan tatapan kaget campur bingung. Ketika sedang asik mengerjakan tugas di depan laptopnya di meja panjang, tiba – tiba ada bayangan tinggi di depannya. Ternyata, seorang Kartala, yang terlihat sangat kasual dan santai dengan kaos putih, jaket abu - abu yang terkesan oversized dan celana hitam selutut.

"Tadi si Ezra minta tolong ke gue buat ngambil print poster yang lo tunggu. Awalnya dia yang mau ke sini tapi masih ada kerjaan." Kata Kartala. "Gue boleh ikut duduk, Ra?" Tanya Kartala dan menunjuk kursi kosong di depan Kiara.

"Kaku banget sih haha, duduk aja Al. Yakali lo mau berdiri terus." Ujar Kiara sembari tertawa kecil. "Tadi Ezra ngga bilang apa – apa ke gue tentang lo mau dateng sih but okay. Sebentar lagi sih seharusnya, gue udah tiga jam nungguin. Kayaknya waiter di sini benci deh sama gue, gak balik – balik soalnya haha."

"Haha tenang aja Ra. Sori ya, kalau gue santai banget gini. Eh, lo tadi langsung ke sini abis kelas?" Tanya Kartala sembari duduk.

"Iya, hari ini gue kelas dari pagi terus keliling kemana – mana, soalnya Abang gue dateng. Jadi aja gue terusin seharian di luar biar biar selesai semua." Ujar Kiara sembari tersenyum, walaupun dari mukanya kalau dia sudah menjalani satu hari yang melelahkan.

"Hoo, lo punya abang, Ra? Kerja atau gimana di Bandung?" Tanya Kartala, setengah tidak percaya kalau Kiara mempunyai kakak laki - laki.

"Lhaa kayak nggak percaya gitu, Al? Haha." Ujar Kiara, dilanjut dengan tawa kecil. "Iya, dia ada kerjaan. Gue anak bungsu tau, haha. Dikira gue anak tunggal atau gimana?"

"Sumpah gue nggak dapet vibes anak bungsu aja dari lo, Ra. Lo independent banget, dari yang gue liat dari lo selama ini sih." Ujar Kartala, dengan sedikit hati - hati. "By the way, lo dari tadi nunggu sambil nugas?"

"Yup! Masih ada banyak tugas gue buat kelas Operations sama Manufacturing, lumayan sih."

"Tentang apaan tuh?"

Tersenyum kecil, Kiara dengan senang hati menjelaskan panjang dan lebar kepada Kartala yang mendengarkan dengan mata penuh keingintahuan. Bidang mereka ternyata lumayan berpotongan, membuat obrolan mereka terus mengalir. Sebenarnya, Kiara juga ingin tertawa melihat Kartala yang terlihat sangat serius dan juga melontarkan beberapa argumen tetapi Kiara merasa sangat senang, karena untuk pertama kalinya merasa nyambung dengan seseorang tentang berbagai macam hal yang dia sukai.

Bunyi panggilan masuk dari percetakan pun memberhentikan obrolan mereka. Setelah ditunggu, akhirnya poster yang ditunggu telah selesai dicetak. Kartala dan Kiara membawa setumpuk poster tersebut menuju bagasi mobil, lalu masuk ke dalam mobil. Kartala, yang membawa bagian paling banyak, mengomel sedikit di dalam hati karena yakali Kiara mau bawa semua ini sendirian? Untung saja Ezra menyuruh dirinya untuk datang.

"Al, gue mau nanya." Tanya Kiara kepada Al, yang sedang memakai sabuk pengaman.

"Hmm? Apa Ra?" Tanya Kartala balik, sambil menengok ke arahnya.

"Yang lo bilang gue independen, is it a good thing or...?" Tanya Kiara, dengan mata penuh dengan pertanyaan.

"Hmm? Tengah – tengah. Kadang gue merasa nggak ada salahnya buat lo ngelepasin aja gitu? Sori gue jadi terkesan sok tau banget, Ra." Jawab Kartala sambil menghindar dari tatapan Kiara yang masih bertanya - tanya.

Kruk Kruk...

"Hahahaha, suara perut lo kedengeran banget Al." Suara tawa Kiara memecahkan kecanggungan sebelumnya. "Lha, lo belum makan?"

Kala SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang