Pukul empat subuh hari itu, udara Kota Bandung terasa lebih dingin dari biasanya. Walaupun dingin sampai ke ubun – ubun, ratusan mahasiswa baru dari Institut kebanggaan bangsa ini sudah siap dengan peralatan perang mereka untuk memulai masa orientasi yang notabenenya keras, tegas, dan disiplin. Mereka berbondong – bondong berjalann sepanjang jalan Ganeca menuju pintu utama lapangan terbuka Saraga sembari membawa tas berisi logistik yang sudah ditentukan sebelum nya. Para senior dari berbagai lintas jurusan pun sudah siap menyambut adik – adik mereka. Termasuk salah satunya adalah laki – laki berbadan tinggi dan bermuka galak yang sedang sibuk membantu rekan nya, yaitu Kartala Gardapati Yudhantara, yang lebih sering dipanggil dengan nama kerennya yaitu Al.
Menjabat sebagai koordinator divisi logistik dalam acara ospek kampus tahun ini, awalnya Kartala ngga mengira akan sesibuk itu. Setelah senang diterima jurusan yang ia inginkan, Kartala harus menelan kenyataan pahit bahwa masih ada serangkaian acara ospek jurusan yang harus ia lalui bersama dengan kepanitiaan – kepanitiaan lainnya. Walaupun karena itu Kartala jadi menetap di kosan dan jarang pulang untuk ketemu keluarga, ditambah lagi rasa capek karena hampir setiap hari selalu ada rapat yang durasinya ngga menentu, Kartala tetap enjoy dan entah mengapa selalau berenergi.
"Al, diminta anak acara buat cek mic di panggung. Katanya kurang. Cepetan."
Tiba – tiba Kaisar, koordinator protokoler, mendatangi Kartala yang sedang membantu anak publikasi memasang banner.
"Hah? Waduh bentaran, gue gabisa ninggalin ini Sar. Anak – anak juga lagi ngecek tempat buat nanti pada pos – posan." Jawab Kartala tanpa melihat Kaisar, tatapan nya lurus membenarkan letak banner tersebut.
"Udah gapapa sih Al, udah naik juga bannernya. Udah sana pergi lo, dari pada kena semprot koornya," Jawab Aan, salah satu dari anggota publikasi. "Makasih Al udah mau diribetin. Badan lo menjulang tinggi sih. Bentar lagi pasti banyak maba yang naksir nih."
"Haha sa ae lo An, yaudah gue cabut ke panggung Al. Kalau perlu apa – apa, infoin aja ke logistik oke. Duluan!" Ujar Kartala sambil memakai jaket almamater kebanggaannya kembali, kemudian berjalan bersama Kaisar.
"Nyet, kenapa lagi si Cintaka? Kayaknya kemaren udah gue cek dan ricek dah mic sama sound system panggung. Ngapa dibilang masih kurang?" Dumel Kartala ke Kaisar.
"Berisik bego, pelan – pelan. Di kanan lo banyak maba." Mereka berdua berjalan dengan cepat dan tegas melewati maba yang sedang mengumpul di lapangan Saraga, menjawab salam dan senyuman mereka dengan anggukan kecil. Memang begitu prosedurnya, maba harus menjalani 3S sedangkan panitia harus tegas dan disiplin.
"Biasa lah anak SBM, inter pula. Perfeksionis ambis banget lah. Lo inget waktu mereka ngadain acara drama gitu, itu tuh ternyata buat matkul mereka anjir. Gue denger juga mereka dapet duit gede dari orang tua." Lanjut Kaisar. "Anak Teknik kayak kita can't relate lah."
"Wado keras juga Al. Iya lah, makan di kantin Umi aja masih sering nunggak tiap bulan. Untung ganteng." Ujar Kartala. "Oh iya, mana si ganteng Ezra? Lagi nyari mangsa maba cantik buat difoto ya?" Tanya Kartala sembari melihat sekitar dengan tujuan mencari orang yang ia tuju dan itung – itung buat tepe – tepe—tebar pesona sama maba.
"Kedengeran woi, Kartala!" Tiba – tiba, terdengar suara orang yang Kartala cari sejak tadi. Berputar, terlihat sosok laki – laki berbadan tinggi dengan kameranya, berdiri di depan barak panitia.
"Ezra kesayangan gue!" Kartala dan Kaisar mendekati orang yang hanya memberi tatapan lurus tersebut.
Ezra Manendra Sadewa nama panjangnya, merupakan salah satu teman perdana yang Kartala temukan di kampus yang entah mengapa berasa jodoh bagi nya. Satu fakultas, satu jurusan, satu himpunan, satu kosan pula. Karena banyak kesamaan di antara mereka, Kartala terkadang merasa ada saingan ketatnya. Ezra dan Kartala kemudian berkenalan dengan Kaisar Alvaro Dewo di acara Makrab himpunan dan mereka bertiga menjadi dekat dengan cepat. Ganteng, asik, pinter pula. Ngga heran popularitas mereka ngga hanya antar jurusan, tetapi sampai lintas angkatan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kala Senja
Fiksi PenggemarBandung 2019. Dua orang yang tepat, bertemu di waktu yang tepat. Tetapi, akankah tepat untuk selamanya? -- This is the first story that I ever post on the Internet. Before then, I only write for my own satisfaction. I decided to send it here becaus...