Bab 6. Berubah

154 7 1
                                    

Tak ada salahnya untuk melangkah di atas pecahan hati yang berserakan karena kita harus bisa melawan rasa sakit agar menemukan kembali jalan yang mulus.

******

Bella mendengkus saat Ari dan Juni mencecarnya dengan berbagai pertanyaan karena ia pulang sendiri dari hotel tanpa ditemani Gema yang sekarang sudah berstatus sebagai suaminya.

"Mas Gema ada urusan, Yah, Bu."

"Dia tidak bisa menjaga istrinya ya?" sindir Ari.

"Bukan begitu Yah, Mas Gema tadi nganterin Bella sampai depan gang kok terus katanya dia ada urusan jadi aku suruh pergi aja," alibi Bella. Padahal Gema tak mengantarnya pagi ini. Jangankan mengantarkan, mengirim pesan saja tidak.

"Syukurlah kalau gitu. Yaudah kamu istirahat kasihan janin kamu."

Bella mengangguk.

"Mba Tata di mana Bu?" tanya Bella.

"Kayaknya masih tidur, dia pulang larut malam."

Bella mengerti, kakaknya pasti sakit hati melihat pernikahannya dengan mantan pacar kakaknya itu.

"Pulang larut? Sama siapa Bu?"

"Sama laki-laki, katanya sih bosnya."

Bella melirik Ayahnya diam-diam dan tak menemukam raut wajah khawatir di dalam wajah Ayahnya.

"Ayah tidak khawatir kalau Mba Tata pulang malam?" tanya Bella.

"Agatha sudah dewasa pasti dia bisa menjaga dirinya sendiri." Ari meminum tehnya, kalau dilihat memang tak ada sedikit kecemasan di sana. Ari acuh tak acuh dengan Agatha.

"Tapi Mba Tata tetep anak gadis Ayah. Ibu juga, kenapa tidak khawatir?"

Bella juga merasakan kalau perhatian orang tua mereka berbeda, kalau ia menjadi Agatha pasti ia sudah menangis karena iri jika diperlakukan seperti itu.

Padahal Agatha adalah jembatan kesuksesan keluarganya, dulu Ari hanya tukang ojek pengkolan dan tak mudah bagi Agatha berjuang meraih mimpinya lalu sekarang Ari tak perlu bekerja panas-panasan di jalan karena Agatha sudah membangun ruko kecil-kecilan untuk Ayahnya, tapi kenapa Agatha malah diperlakukan berbeda?

"Agatha memang masih anak gadis Ayah tapi Ayah percaya sama dia."

"Demi apapun Ibu khawatir Bell, tapi syukur Tata tadi malam mengirim pesan ke Ibu kalau dia baik-baik aja."

******

Suasana rumah keluarganya pagi ini sangat sepi padahal hari ini adalah weekend. Biasanya Agatha akan mengobrol dan berbincang-bincang seputar kehidupannya kepada Bella, tapi kali ini untuk saling menyapa saja ada rasa canggung bagi keduanya.

Orang tuanya sedang menjaga ruko di seberang jalan dan suasana rumah benar-benar sepi. Bella sedang menonton tv sedangkan Agatha masih setia di kamarnya lalu Gema belum juga pulang.

Tak berselang lama pintu kamar Agatha akhirnya dibuka oleh si empunya. Tampilan Agatha terlihat sangat berantakan, matanya merah karena habis menangis, rambut panjangnya dicepol asal-asalan tapi bagaimanapun juga Agatha tetap cantik.

FATE : Forced MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang