Dalam memori Hyunjin, Jeongin terlihat paling cantik ketika ia tersenyum hingga kecup malaikatnya terlihat jelas—bukan ketika ia tersenyum dengan air mata pada pelupuknya.
Jeongin memejam dengan bayang imaji menari gelisah di sela pikiran. Membayangkan kedua lengan kokoh yang senantiasa menggenggam si laras panjang berganti mengungkungnya panas.
Jeongin kembali membuka kedua netranya yang sewarna karamel hangat, menyorot tajam pada pria berbaju hitam yang tengah menumpu lengan pada sandaran sofa—sedang kesayangannya berada diantara dekapan.
Ia menatap dari kejauhan, dibatasi pintu kaca yang kadang ia lupakan keberadaannya. Kedua netranya masih terpusat pada tubuh tegap dengan hitam melingkupi—auranya, pakaiannya, semuanya.
Jemarinya saling meremas gelisah, menggigiti bibir sewarna delima dengan manik berkilat gelap. Ia menginginkan Hyunjin, dan Yang Jeongin selalu mendapatkan apa yang ia inginkan.
Tungkai kakinya yang panjang ia bawa melewati pintu kaca yang menjadi pembatas keduanya. Mantab dan tanpa keraguan sama sekali. Tipikal Yang Jeongin—anggota termuda divisi satu.
"Hyunjin." Sapanya ketika ia telah berdiri tepat dihadapan pria dalam imajinya.
Pria yang dipanggil menolehkan pandang pada Jeongin. Menatapnya lurus dengan netra sekelam malam, juga seringai pada belah bibirnya. Tampan. Yah, pria itu selalu tampan, selalu.
"Berkencanlah denganku."
Seketika siulan memenuhi ruangan kaca tersebut. Tentu saja, berasal dari anggota divisi satu lain yang juga berada disana.
Yang Jeongin, baru saja menyatakan perasaan di depan teman satu regunya tanpa malu. Not that he hadn't done that before. Jeongin sudah melakukannya, countless times. Tapi siulan menggoda itu tetap ada disana mengiringi ungkapannya.
Seringai pada wajah tampan Hyunjin kian melebar. Tubuh tegapnya bangkit secara tiba-tiba, melingkupi tubuh Jeongin yang lebih mungil—memaksanya untuk mendongak demi menatap yang lebih tua.
Pria Hwang dengan kemampuan sniper terbaik di divisinya itu mendekatkan wajah. Jeongin merasakan deru nafas hangat Hyunjin menimpa permukaan kulitnya. Ia memejamkan mata, siap—atau lebih tepatnya berharap akan sebuah ciuman.
Tapi yang ia dapatkan malah usakan lembut pada bagian kepala.
Jeongin membuka mata spontan, menatap kesal pria yang tersenyum di hadapannya.
"Sebaiknya kau tidur saja, kid."
Kemudian melangkah pergi meninggalkannya dengan penolakan yang kesekian.
Yang Jeongin selalu mendapatkan apa yang ia inginkan. Kecuali Hwang Hyunjin.
"Menyerah sajalah."
Atensinya beralih pada ketua divisinya—Christoper Bang. Pria itu menaikkan sebelah alis ketika Jeongin balas menatapnya tajam.
"Kenapa? Aku benarkan? Ia hanya memandangmu sebagai anak kecil, Je."
Jeongin mendecak kesal sebelum berjalan cepat meninggalkan ruangan itu. Suasana hatinya memburuk seketika.
Benar, Hyunjin selalu menganggapnya sebagai anak kecil. Hanya karena umurnya yang berbeda delapan tahun darinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Night Full Of Stars
FanfictionHyunjeong Short Story! In Bahasa. Hwang Hyunjin! Top Yang Jeongin! Bottom