Bandel

920 120 33
                                    

Jeongin menyandarkan tubuh pada kursi taman belakang rumahnya. Diam-diam mengeluarkan sebungkus rokok dari saku celana kemudian mengambil satu batang rokok dari sana.

Dinyalakannya api rokok dengan pematik biru yang baru ia beli tadi sore di supermarket. Ia sesap dalam-dalam manis pahit nikotin pada bibirnya sebelum hembusan cincin asap ia terbangkan di langit malam.

Jeongin hendak kembali menyesap rokoknya sebelum batang itu ditarik begitu saja dari genggamannya.

Pemuda yang sudah berganti marga menjadi Hwang itu hendak melancarkan protes tetapi langsung terdiam ketika mendapati raut galak suaminya.

"Ngapain kamu?"

Anak bandel itu mendengus kesal. Ia memalingkan wajah tanpa mau menatap Hyunjin yang berwajah menyeramkam.

"Mas tanya sama kamu, Jeongin."

Dominan di antara keduanya menarik wajah Jeongin menghadapnya. Memaksa manik rubah itu bertatapan dengan obsidian miliknya.

"Gapapa."

Jeongin menepis kasar tangan Hyunjin di wajahnya sebelum melengos masuk ke dalam rumah melalui pintu kaca yang menghadap langsung ke ruang keluarga.

Baru saja akan menggeser pintu kaca, tangannya sudah keburu ditangkap oleh Hyunjin. Dibaliknya tubuh yang lebih muda kemudian ia dorong hingga membentur pintu kaca.

"Nakal, hm?"

Pria bermata rubah itu mendecih singkat. Enggan menatap mata tajam suaminya dan malah berusaha melepaskan diri dari cengkraman Hyunjin yang kuat.

"Lepas."

"Nggak."

Jeongin menatap nyalang Hyunjin ketika usahanya berakhir sia-sia. Sial, pria itu kuat sekali. Jeongin bahkan tak mampu mendorongnya pergi.

"Lepas."

Pria itu kembali mengulang permintaannya—lebih tepat perintahnya. Tapi Hyunjin masih tak bergeming.

"Jawab saya, Jeongin."

Mendengar nada menuntut dari Hyunjin, pria itu menghembuskan nafas kesal. Seiring dengan berhentinya gerakan dari tubuhnya yang memberontak.

"Mas, please, aku nggak mau debat."

Melihat kesayangannya menunduk dengan tangan terkulai digenggamannya, membuat hati Hyunjin tercubit sakit.

"Kenapa, hm? Mas ada salah ya sama kamu?"

Hyunjin tahu, Jeongin tak akan merokok untuk senang-senang saja. Suaminya itu baru akan menghisap nikotin apabila ada sesuatu yang membuatnya kesal dan mengganggu pikirannya.

"Nggak."

Melihat Jeongin yang masih tampak enggan menjawab, Hyunjin menghela nafas pasrah. Cengkramannya pada Jeongin mengendur, digantikan rangkulan mesra pada pria berusia duapuluh lima yang sudah ia nikahi selama tiga tahun.

"Yaudah. Masuk dulu yuk? Dingin ini."

Seteleh mendapat anggukan dari Jeongin, pria Hwang yang lebih tua membawa tubuh mungilnya untuk duduk di ruang keluarga.

Ia beranjak sebentar untuk membuatkan dua gelas teh hangat yang kiranya bisa menghangatkan tubuh mereka—juga mencairkan suasana yang entah sejak kapan berubah tegang.

"Diminum dulu, Je."

"Makasih, mas."

Hyunjin tersenyum lebar hingga eye smilenya tampak. Bahkan disaat seperti ini pun, Jeongin tetap gemas.

"Udah mau cerita?"

Adalah kata pertama yang terucap setelah lima menit keheningan hanya ditemani suara teh hangat yang diteguk.

Jeongin mengangguk ragu-ragu. Melihat suaminya memainkan jemari di pangkuan membuat Hyunjin mengerutkan kening bingung. Ia membuat kesalahan apa sih? Jeongin hanya memainkan jari jika sedang benar-benar gelisah.

"Tadi aku ke kantor mas."

Jeongin mengawali ceritanya. Di sampingnya Hyunjin setia mendengarkan dengan satu tangan menggenggam lembut jari Jeongin yang tampak lebih kecil dibanding miliknya.

"Kamu ke kantor mas? Kok nggak ketemu?"

Jeongin mengangguk kecil,

"Aku mau bawain bekal buat mas. Tapi pas aku mau masuk aku denger suara mas sama cewek."

Pria manis itu menunduk dalam-dalam dengan bibir yang ia gigit.

"Terus pas aku intip mas lagi pelukan sama cewek itu."

Mata Hyunjin membelalak lebar setelah  selesai mendengarkan cerita Jeongin. Cepat-cepat ia tangkup wajah cantik suaminya dengan kedua tangan. Hatinya mencelos ketika mata rubah itu memerah menahan air mata.

"Astaga sayang. Enggak gitu."

"Terus gimana? Itu cewek siapa? Aku nggak pernah lihat."

Hyunjin mengecupi kelopak mata kesayangannya lamat-lamat. Seolah sedang menyalurkan rasa sayang di tiap sentuhan bibirnya dan permukaan kulit halus milik Jeongin.

"Maaf, ya. Mas belum cerita sama kamu. Ryujin izin cuti selama dua bulan, cewek yang kamu lihat sekretaris mas sementara buat gantiin Ryujin."

Pout tampak kentara dari belah bibir tipis kepunyaan Hwang Jeongin. Pria itu tampaknya masih setengah kesal walau sudah mengetahui siapa perempuan yang tadi bersama suaminya.

"Terus ngapain peluk-peluk? Sambutan gitu? Mati aja kamu mas."

Mendengar kata-kata galak Jeongin malah membuat Hyunjin terkekeh geli. Ia mengusapkan hidung pada pipi berdimple milik manisnya.

"Tadi dia kepleset, tau. Lantainya licin abis di pel, eh dianya pake hak setinggi itu. Mas nolongin doang, kok. Sumpah, deh."

Jeongin mendengus. Lengannya ia bawa untuk menarik kerah kaos yang digunakan Hyunjin dan membawanya mendekat. Mata rubahnya mendelik tajam pada Hyunjin yang malah senyum-senyum seperti orang gila.

"Halah modus. Aku gasuka cewek itu. Pengganti Ryujin cari yang cowok aja."

Hyunjin mendaratkan satu kecupan pada bibir manis suaminya sebelum mendekap Jeongin erat-erat.

"Iya, sayang, iya. Besok mas pastiin cewek itu udah gaada di kantor lagi."

Jeongin tersenyum puas mendengar kata-kata Hyunjin. Ia melesak masuk pada pelukan hangat suaminya. Lagipula udara sedang dingin, cuddle sejenak tak masalah kan.

"Kamunya jangan galak-galak. Mas jadi gemes pengen makan kamu."

"Gak! Gak ada."

"Yaah. Sekali ya, sayang?"

"Hmm. Besok pagi aja sebelum berangkat kantor. Mau aku bikinin cupang biar cewek itu liat pas kamu mecat dia."

"Yes! Oke, deal."

Selesai.

Happy april fools day! Tenang saya ga aneh-aneh kok waktu april fools. Malah saya bikinin oneshoot yang gemes. Kurang baik apa coba saya .g

Wkwkwkw. Anywayy, thanks for readingg! Jangan lupa tinggalkan jejak berupa vote dan komen ya. Love u guys ❣

A Night Full Of StarsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang