CW ⚠️ : Angst
Based on Serayu, Sepanjang Angin Akan Berembus
Pada batas temu antara langit dan bumi, kedua pemuda berada di balik pagar pembatas jembatan. Bersama angin yang berembus pelan serta gemerisik air pada sungai yang tenang.
Di kaki langit, warna jingga mulai merayap naik. Mentari tersenyum pedih pada bumi—ia harus pergi.
Kedua pemuda itu—Hyunjin dan Jeongin, namanya. Seorang di antara mereka tampak bersemangat menunggu senja datang, sedang yang lain hanya sabar menantikan senja yang dimaksud—seolah keduanya tak pernah melihat senja seumur hidup mereka.
"Kau tahu apa yang menarik dari langit dan senja?"
Hyunjin hanya diam, karena ia tahu Jeongin akan menjawab sendiri pertanyaannya.
"Terkadang ia kelabu, gelap menyendu. Terkadang ia merah, merekah bahagia. Tapi langit? Ia menerima senja, apa adanya."
Nah.
Mata Hyunjin menyipit, ia terkekeh pelan mendengar untaian kata bak puisi yang dilontarkan kekasihnya.
"Begitukah?"
"Ya. Seperti aku dan kau."
Hyunjin mengatupkan bibir rapat-rapat. Ia bukan pria dengan kata—seperti kekasihnya. Ia tak tahu frasa yang tepat untuk mengatakan. Tapi Hyunjin tahu bahwa ia harus.
"Aku akan pindah ke kota sebelah."
Ia membuka suara setelah beberapa saat membiarkan diam menjadi penengah diantara keduanya. Pria yang lebih tua mengulum senyum pada parasnya yang menawan. Menyandar pada pembatas jembatan sedang disebelahnya sosok sang kekasih duduk manis dengan kaki menjuntai ke bawah.
"Kapan?"
"Minggu depan."
"Ah, selamat, Hyun."
Hyunjin lihat Jeongin ikut tersenyum. Tapi matanya—tidak demikian.
"Aku akan menjadi masinis yang hebat."
Senja masih belum datang, burung-burung terbang rendah di atas mereka. Beberapa duduk di besi jembatan, kemudian terbang lagi.
"Kau lihat kereta disana?"
Jemarinya menunjuk pada kereta yang melintas di sebrang jembatan. Seolah melayang di atas sungai yang menantulkan kilau jingga.
"—lima tahun lagi, aku yang akan mengemudikannya."
"Kalau begitu aku akan berada disini, lima tahun lagi."
"Ya."
Hyunjin merasakan kekasihnya ikut berdiri, menyandar disebelahnya seolah turut mengagumi semesta.
Yang lebih muda mulai mengajukan pertanyaan pada kekasihnya, "Kau tahu apa namanya?"
"Kereta itu?"
"Ya."
"Entahlah. Hanya kereta, dengan gerbong-gerbong penumpang seperti biasa. Itu saja."
"Pasti ada namanya. Bahkan kereta barang yang mengangkut minyak pun ada namanya.”
”Ketel maksudnya?”
”Ya.”
”Kalau begitu, anggap saja ini kereta kenangan.”
Ah, kenangan. Begitu ya? Senja dan kenangan—seperti roman picisan saja. Seakan-akan mereka sedang mengabadikan cinta dalam hitungan detik terbenamnya matahari.
"Senja masih belum nampak. Haruskah kita pindah?"
"Tidak. Kalau kau pindah, nanti aku susah memikirkanmu dalam bentuk yang seperti ini.”
Hyunjin mengulas senyum kecil. Tipikal kekasihnya sekali.
"Apakah aku boleh menunggu?"
"Jangan."
Tentu saja.
Jeongin sudah tahu jawabannya.
Pada akhirnya, senja mulai menampakkan diri. Mungkin pada suatu waktu Jeongin akan kembali kesini. Mengingat kenangan ketika mereka mengagumi senja dari balik jembatan.
Sepanjang angin berembus, Jeongin berharap bahwa Hyunjin akan tetap menjadi miliknya. Tapi Jeongin tahu pula bahwa semesta tidak mengaminkan keinginannya. Maka dengan lirih ia bersuara,
"Jadi, ini akhirnya?"
Kali ini, ludahnya terasa pahit ketika Jeongin memaksakan diri untuk merangkai frasa pun pedihnya raut Hyunjin yang masih mengulas senyum pada senja.
"Sabarlah, tunggu sampai senja selesai. Dan kau boleh tak mencintaiku lagi setelah ini."
Kenyataannya, cinta itu memang tentang jatuh dan merelakan.
Selesai.
Hai-hai ^^ mungkin ini bukan angst yang bisa bikin kalian nangis, tapi semoga paling ga bikin hati kalian berdenyut sakit ya HAHAHAHA
Terimakasih sudah membaca, tolong sempatkan untuk meninggalkan vote dan komen ya ❤
Oh btw, ini masih ada lanjutannya dibawah 😉
"Pa, lihat! Keretanya datang!"
Seorang anak berumur kisaran tiga tahun menarik tangan pria dewasa disampingnya untuk melihat kereta yang semakin dekat ke jembatan.
Si masinis melihat seorang laki-laki dan anak kecil sedang duduk di salah satu sudut jembatan itu, mereka melambai ke arah kereta, seakan tak peduli dengan kebisingan mesin lokomotif dan suara roda yang bergesekan dengan rel serta besi jembatan.
Masinis itu membalas lambaian mereka. Sementara di bagian kanan, warna merah pada langit dengan lapisan awan tipis membentuk garis-garis menggumpal yang artistik dengan warna merah saling tindih.
Tiba-tiba kejadian aneh terjadi, mesin lokomotif kereta itu mendadak mati, tenaga menurun drastis, kereta pun berangsur-angsur mengurangi kecepatan dan akhirnya berhenti tepat di tengah jembatan, tampak dari barisan jendela, para penumpang di dalam gerbong terkejut, penasaran ada apa, mengapa berhenti di tengah jembatan.
Apakah kereta tertahan sinyal masuk sebuah stasiun? Atau ada kejadian luar biasa di depan? Tapi kadang kita tak butuh jawaban untuk sebuah kenangan yang magis, bukan? Kereta itu, barangkali pernah memiliki kekasih pula, yaitu kereta lain yang selalu mengingatkannya tentang senja di mana pun ia melaju, agar berhenti sebentar untuk mengingat kekasihnya.
Laki-laki itu, Jeongin, berbisik lirih pada kereta kenangan—kata kekasihnya dahulu kala.
"Pada langit yang kau tatap, aku berharap ia menyampaikan rindu yang aku titip."
Real End.
Menegaskan aja, itu bukan anak Hyunjin sama Jeongin 🙂. Oh ya, sebagian besar cerita ini diambil dari cerpen "Serayu, sepanjang angin akan berembus" ya temen-temen, saya cuma mengubah alur cerita sedikit. Dan kata-kata terakhir Jeongin berdasarkan Quote Fiersa Besari.
Special A.N :
Stay! Terus support Hyunjin di platform manapun yang kalian bisa ya!
HYUNJIN BEST BOY!!
KAMU SEDANG MEMBACA
A Night Full Of Stars
FanficHyunjeong Short Story! In Bahasa. Hwang Hyunjin! Top Yang Jeongin! Bottom