Song of the Sea

757 110 39
                                    

Hyunjin hanya melihat biru, biru, dan biru semenjak ia masih kecil. Hidupnya terombang-ambing diatas perairan, menatap horizon yang terbentang luas—seluas rumahnya—

'Hanya orang hebat yang mampu menaklukkan lautan.'

Kata-kata itu tertanam dalam benaknya, seolah menjadi alasannya untuk tetap bertahan, tak menginjakkan kaki di daratan.

Hyunjin tak pernah menemukan lagu yang lebih indah dibanding suara debur ombak tatkala kapalnya yang megah membelah lautan. Tak juga menemukan sesuatu yang lebih ia inginkan selain mendapatkan semua harta dunia.

Hyunjin menarik senyum separo, mengangkat teropong kecil sebatas matanya dan menemukan kapal lain melaju kearah yang sama dengannya.

Kompas ditangannya berhenti menunjukkan arah Utara, ia sudah tiba ditujuan.

Well, laut memang menyimpan banyak misteri didalamnya.

.

.

.

"Kapten!"

Hyunjin menoleh kearah sumber suara, menemukan awak kapal yang biasa ia panggil Chris lah yang berseru kepadanya.

"Ya?"

"Arah pukul empat, ada kapal lain yang menuju kemari."

Hyunjin mengangguk, menyandarkan punggungnya pada batas kayu yang berada di anjungan kapalnya.

"Aku tahu."

"Kita biarkan saja, Kapten?"

Kapten kapal itu bangkit dari posisi bersandarnya, melangkah menuruni tangga yang langsung menghubungkan ke arah geladak, kemudian mengambil alih kemudi yang semula berada dibawah pimpinan Chris.

"Kau tak lihat benderanya?"

Hyunjin menyeringai kecil, namun tak sedikitpun netranya beralih pandang dari lautan yang terhempas luas dihadapannya.

Awak kapalnya itu mengernyit singkat sebelum mengarahkan teropong. Wajahnya tak mampu menyembunyikan keterkejutan tatkala matanya membelalak lebar menemukan perpaduan warna antara ungu dan hitam berkibar tertiup angin laut.

"Endeavour?"

"Tepat."

Tepat sekali, kapal yang menuju kearahnya adalah Endeavour, dibawah pimpinan Kapten Yang.

Musuh bebuyutannya.

"Turunkan jangkar!"

Suara kapten kapal itu lebur bersama debur ombak namun masih terdengar begitu tegas ditelinga awak kapal Black Pearl.

"Kapten, sebenarnya apa yang ingin kau lakukan di daratan? Jangan bilang—"

"Daerah kekuasaanku berada di lautan, aku tak akan melakukan apapun di daratan. Turunkan tangga!"

Persekon setelah lelaki bersurai arang itu berkata demikian, sosoknya yang gagah dibalut kemeja putih dan rompi hitam itu tak lagi tertangkap pandangan ketika ia berlalu menuruni tangga.

Angin dari arah Barat berhembus kencang menerbangkan helaian rambut hitam kepunyaan Kapten Hwang itu, serta menyingkap sedikit bagian bawah kemejanya, menunjukkan jam emas kecil yang selalu ia gantung pada celah sabuknya.

Kala itu suara debur ombak yang menabrak darat pun karang terdengar bersautan dengan gesekan pasir putih dengan sepatu boots kulit berwarna hitam mengkilat yang Kapten Hwang itu kenakan.

A Night Full Of StarsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang