The Second Illusion

29 7 9
                                    

"Coincidence is Just Another Word for Planned Appearance"

***

Aku terdiam membaca pesan yang baru saja kuterima. Pesan yang ternyata sangat penting itu sudah dikirim sejak beberapa hari yang lalu dan aku tidak menyadarinya sama sekali setiap membuka akunku di komputer panti.

Meski aku pusing dengan bahasa yang tertulis di sana, aku bisa memahaminya dengan cukup baik. Tapi yang membuatku lebih pusing adalah, rasa malu yang kini menyerangku secara spontan.

From : rainofsky2110

To me

Hello.

I'm the one who received your letter before. There, you wrote for someone called Harmony, right? Sorry beforehand, but it looks like you got the wrong address. The address you wrote down is my home address. Our family does not have a daughter named Harmony. Also neighbour around the house.

I rushed to tell you after reading your letter, sorry too that I opened it. I offer to help, maybe you can double check the address in this letter, I will help you send this letter to the correct address.

(picture)

Thank you.

Aku rasanya sangat ingin mengubur diriku sendiri. Bagaimana bisa aku salah menuliskan alamat?!

Tanganku bergegas membuka notes yang selalu kubawa. Notes pemberian anak-anak panti sebagai hadiah ulang tahunku yang kesepuluh. Aku membuka halaman paling belakang dan menyamakan alamat rumah yang ada di sana dengan alamat rumah yang ada pada surat dalam foto.

Tidak ada kesalahan. Nama jalan, blok, nomor, nama kota, kode pos. Semuanya benar. Lalu mengapa suratku bisa salah alamat?

Reply to : rainofsky2110

Hello.

Is it true? But in my notes the address is correct. There is no mistake. I also copied it straight from one of the important documents here. Are you sure there isn't someone named Harmony around there? Maybe you don't know her yet because she just moved out a few weeks ago.

Aku mengetiknya dengan hati-hati, khawatir membuat siapapun dia yang berada di Inggris sana kebingungan dengan susunan kalimatku yang salah dan acak-acakan. Semoga saja Bahasa Inggrisku tidak seburuk itu.

Aku menutup wajahku dengan kedua tangan dan meletakkannya di atas meja komputer. Sungguh, aku benar-benar sangat malu. Aku sudah merepotkan orang ini dan membuatnya kebingungan dengan menerima suratku. Untung saja aku menuliskan surat itu dalam Bahasa Indonesia, jika tidak .... Ah, tidak tahulah.

Harmony, kenapa juga aku harus kehilangan kontakmu. Ceroboh, Laila. Kamu ini benar-benar ceroboh. Kenapa saat itu kamu tidak menyalin ulang alamat email yang Harmony berikan melalui kertas di notesmu?

"London," gumamku sembari membayangkan seperti apa kota itu. Aku pernah mencari tahu gambar-gambar kota London dan benar-benar menarik perhatianku. Gedung-gedungnya, ciri khas kotak telepon dan bus merah. Aku ingin sekali pergi ke sana, mungkin mengunjungi Harmony.

Mengingat soal keberadaan kota London, aku jadi teringat jika perbedaan waktu antara kota itu dengan kotaku cukup jauh. Aku bergegas mencari tahu seberapa lama perbedaan waktu di antara kedua kota itu. Melihat hasilnya langsung membuatku agak kecewa.

Berbeda tujuh jam. Tujuh jam lebih lambat. Itu artinya jika sekarang pukul dua siang, di sana masih pukul lima pagi. Masih terlalu pagi untuk membuka komputer dan melihat email. Orang itu bahkan mungkin masih tidur.

Chaos IllusionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang