The Fifth Illusion

28 4 11
                                    

"Everything That Happens Is Not A Mere Coincidence"

***

"Libur telah tiba ... libur telah tiba ... hore! Hore! Hore!"

Tawa riang anak-anak panti membuatku ikut tertawa kecil. Mereka senang sekali bisa kembali bermain saat pagi dan sore hari tanpa perlu mengkhawatirkan tugas. Bukan hanya adik pantiku saja yang merayakannya, bahkan yang seusiaku atau di atasku pun ikut merayakannya.

Kami membuat beragam daftar rencana selama liburan. Ada yang berniat memasak bersama di dapur, berjalan-jalan ke kota, bermain ke kota sebelah, dan masih banyak lagi. Bahkan ada satu anak yang mencetuskan ide uji nyali.

"Ada-ada saja," komentarku saat mendengar ide itu.

Kami tetap duduk di ruang makan meski makan malam telah usai. Apalagi jika bukan membahas rencana libur semester itu. Aku lebih memilih diam dan memperhatikan dibanding ikut terlibat dalam percakapan mereka. Sesekali mengangguk atau menggeleng saat dimintai pendapat atau saat terjadi voting dadakan.

Bahkan mereka sempat-sempatnya membuat ulah agar salah satu temanku yang sebentar lagi berulang tahun pergi sebentar dari ruang makan. Di saat temanku itu sudah pergi dan salah seorang memastikan dia tidak terlihat di pandangan mata, yang lainnya langsung memajukan wajah mereka. Saling mendekat satu sama lain dan mulai berbisik-bisik di atas meja.

Aku mengikuti mereka hanya agar tidak canggung karena berbeda sendiri. Ini terlalu berlebihan, sungguh.

"Jadi, kalian ada rencana untuk mengerjainya?" tanya Kak Fhani.

"Bagaimana dengan hadiahnya? Dia suka apa?" sahut Sia.

"Bukankah kamu dekat dengannya? Kenapa malah balik bertanya?" ujar Hana merespon perkataan Sia.

"Tidak. Aku tidak sedekat itu dengan Violet."

"Masa, sih?" respon kami semua serempak. Termasuk aku. Sia terlihat salah tingkah.

Diam-diam kami menahan tawa kami meski tetap ada yang tidak menahannya. Kami tahu Sia dan Violet saat ini sedang bertengkar. Alasannya? Karena mereka mengidolakan orang yang sama. Sepele memang, tapi tetap saja bisa menjadi masalah yang serius ketika terlalu berlebihan.

Mereka berdua itu unik. Saling klop, tapi juga penghuni yang paling sering bertengkar. Aku menyukai keduanya meski ketika berisik, bisa membuat telingaku seperti mendengar suara speaker yang saling diadu satu sama lain.

"Eh, aku ada ide. Mau dengar?" tawar Kak Dhea. Kami semua langsung refleks menoleh ke arahnya.

Ini juga merupakan sebuah ritual yang wajib dilakukan oleh para penghuni panti. Mereka akan merencanakan sebuah keusilan yang luar biasa menyebalkan bagi penghuni panti yang berulang tahun. Di sini tanggal lahir bukanlah sebuah privasi. Semua penghuni hafal tanggal ulang tahun satu sama lain. Bahkan beberapa tahu mengenai tanggal ulang tahun penjaga panti. Kami pernah mengerjai beliau hingga mendapat omelan tiada ampun.

Tapi, harus kuakui, ini hal yang menyenangkan. Aku serasa berada di antara orang-orang yang saling menyayangi satu sama lain. Hal yang membuatku lebih hidup dibandingkan sendirian di sebuah istana raksasa seperti para tuan putri yang ada dalam dongeng.

Kami menghentikan acara menyusun plot itu ketika Violet kembali ke dalam ruang makan. Semuanya langsung bersikap seolah baru saja merencanakan acara berlibur yang menyenangkan padahal diam-diam saling menahan tawa di dalam diri masing-masing.

Tentu saja, pola cahaya mereka yang memberitahuku. Aku sudah mengatakan jika aku tidak bisa menembus otak dan membaca isi pikiran mereka.

Masih beberapa lama kami duduk di sana, kali ini tidak akan ada yang menyuruh kami untuk segera tidur karena besok libur, kami dibolehkan bangun terlambat selama belum melewati jam sarapan pada hari libur.

Chaos IllusionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang