The Eighth Chaos

15 3 7
                                    

 "Rejecting A Request is Not A Mistake"

***

Sekolah sekarang menjadi hal yang menyeramkan. Semenjak kerja kelompok di rumah Nata, aku benar-benar merasa Nata sering mengawasiku diam-diam. Meski begitu, dia terlihat sangat tidak peduli denganku. Terbukti ketika kami mempresentasikan tugas kelompok kami, Nata mengambil alih banyak hal dan hanya memberikan kami sedikit peluang untuk berbicara.

Padahal, aku sudah diam-diam berbicara dengannya saat anggota yang lain mempresentasikan tugas agar memberikan beberapa bagian kepada yang lain termasuk aku supaya kami juga mendapatkan nilai tambahan.

Belum lagi, dia terkesan menjauhiku. Meski aku tidak bisa mengambil kesimpulan seperti itu hanya karena dia yang selalu berdiri berseberangan denganku saat presentasi dan tidak pernah berbicara lagi denganku setelahnya, tapi tetap saja itu sangat terang-terangan menurutku.

Bagi orang lain mungkin tidak ada yang berbeda, tapi bagiku sangat berbeda. Sebelumnya, Nata terlihat biasa saja, bersedia berbicara atau berdiri dekat selama presentasi atau saat disuruh maju. Kali ini benar-benar berbeda.

Apa yang sebenarnya terjadi dengannya?

Dia terlihat seperti seseorang yang sedang merajuk. Tapi, aku tahu dia tidak sedang merajuk. Setiap aku menatap matanya dan membaca isi hatinya dengan perantara pola cahaya itu, aku menemukan banyak perasaan yang bercampur aduk dalam dirinya.

Terkadang khawatir, penasaran, marah, kesal, tapi juga takut.

Aku bingung dengan beragam isi hatinya itu saat aku tidak sengaja mendapatinya menatapku diam-diam. Apa yang ada dalam pikirannya itu sehingga isi pikirannya bisa muncul beragam perasaan sebanyak itu.

Dan lagi, dengan fakta jika itu berhubungan denganku, membuatku sedikit tidak nyaman. Membuat orang lain khawatir saja sudah membuatku merasa sangat tidak enak. Apalagi dengan bermacam-macam perasaan itu.

Aku tidak pernah berhubungan lagi dengan Nata semenjak perkataanku saat presentasi itu. Bahkan ketika kami satu kelompok lagi, dia tidak terlihat berminat berbicara padaku atau saat aku diminta untuk pindah tempat duduk bersamanya saat Ryana tidak masuk.

Waktu itu, kami harus mengerjakan sebuah tugas bersama teman semeja. Terpaksa aku melakukannya dengan Nata karena Ryana tidak masuk. Hasil akhir dari tugas itu tidak terbentuk sedikit pun. Aku akhirnya menyelesaikan tugas itu bersama Ryana.

Saat itu, aku memberanikan diriku untuk bertanya pada Nata setelah mengajaknya berdiskusi. Tidak ada jawaban. Dia bungkam sepanjang jam pelajaran itu dan membiarkanku bertanya dan berbicara sendirian.

Itu menyebalkan dan sangat mengecewakan. Dengan keadaan itu, sudah bisa dipastikan ada sesuatu yang menyangkutku setelah insiden di rumah Nata. Aku sangat yakin. Tapi tentang apa, aku juga tidak mengerti.

Seandainya aku bisa membaca pikiran orang lain sama seperti membaca isi hatinya, mungkin aku bisa mendapatkan jawabannya.

***

Waktu melesat dengan cepat tanpa disadari. Duduk sendirian di tengah keramaian selalu membuat perasaan yang tidak nyaman bagiku. Seperti kesepian. Menurutkan keinginanku akhir tahun lalu, aku ingin sekali membaca salah satu teman panti untuk menemaniku menunggu Kak Jill di depan kelas, tapi kenyataannya hal itu tidak terlaksana.

Aku hanya bisa duduk sendirian di kursi semen depan kelas seperti pengambilan rapor pertama kali dan memandangi orang-orang. Bedanya, kali ini aku sempat membawa sebuah buku dan bisa menghabiskan waktu membacanya selagi menunggu Kak Jill.

Kami datang lebih awal dari jadwal dan ternyata setelah aku mengintip ke dalam kelas, pembagian rapor belum dimulai. Kulihat wali kelasku yang tengah berdiri di depan kelas dan menjelaskan beberapa hal.

Chaos IllusionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang