The Eighth Illusion

23 4 6
                                    

"Everyone Has a Different Definition of Fear"

***

Aku menatap penghuni panti yang lagi-lagi asyik bermain di halaman depan panti. Aku sedang tidak tertarik melakukan apapun karena itu aku hanya duduk di ayunan depan panti sembari menggoyang-goyangkannya sedikit.

Kejadian menyebalkan sekaligus menyeramkan itu kembali lagi. Kali ini bukan sekali dua kali seperti dulu, seminggu berturut-turut aku mengalaminya tanpa jeda.

Seminggu ini aku merasa sudah pergi ke padang bunga itu. Berkali-kali pemikiran dan ingatanku mengatakan seolah aku baru saja pergi ke padang bunga itu. Akan tetapi, tidak seluruhnya, tapi sebagian besar kurasa hanyalah mimpi belaka.

Aku benar-benar bingung. Aku bisa merasakan dinginnya udara malam hari di tengah padang itu, bisa merasakan sentuhan lembut ilalang dan berbagai macam bunga. Aku juga merasa sangat ketakutan seperti yang bisa kurasakan sewaktu aku pergi ke padang bunga itu terakhir kali. Semua perasaan itu seolah nyata kualami.

Namun, aku selalu berakhir di atas tempat tidur, di sofa saat siang hari, termasuk tempat paling mustahil, ruang komputer dengan layar monitor yang menyala.

Apa yang sebenarnya terjadi?

Dalam mimpi itu, aku akan bertindak seperti diriku sendiri, berpikir sebagaimana biasanya aku lakukan ketika sadar. Semua yang kulakukan di dalam mimpi itu pasti akan kulakukan di kehidupan nyata seandainya dihadapkan dengan situasi yang sama.

Anehnya, saat aku merasa takut dan menutup mata demi menghindari perasaan takut di tengah padang bunga, aku akan berpindah tempat. Bukan hanya tempat, tapi juga waktu. Aku seperti mengulang kembali cerita lama. Benar-benar mengulang cerita lama tanpa mengingat jika aku sudah pernah melewati cerita itu dalam hidupku. Persis seperti mimpi yang ditujukan oleh alam bawah sadar dan aku tidak memiliki kendali atas pemikiranku.

Terlebih lagi, saat aku terbangun dari mimpi itu aku melupakan semua hal yang kulakukan sebelum bermimpi. Benar-benar lupa dan tidak mengingatnya sedikit pun. Seolah aku memang tidak pernah melakukan hal apapun sebelum tertidur di sana dan hanya yang ada di dalam mimpi itu lah yang kulakukan.

Apa ini? Apakah kali ini aku terkena sindrom 'tidak bisa membedakan mana mimpi dan mana kenyataan'?

"Menyebalkan," gumamku pelan.

Dulu sewaktu kecil aku pernah ketakutan karena mimpi semacam ini. Apalagi saat aku bertanya pada teman satu pantiku apa yang aku lakukan sebelumnya. Tidak ada satupun yang tahu aku ada dimana dan sedang apa. Hal terakhir yang mereka tahu tentangku sama persis seperti hal terakhir yang kuingat sebelum entah mimpi atau bukan itu terjadi.

Seperti, bagaimana bisa aku bangun tidur di ruang mendongeng dan tidak ada satupun yang tahu atau melihatku pergi ke sana sebelumnya? Padahal tempat itu persis ada di tengah panti, di jalan utama yang menghubungkan seluruh panti, selalu ramai dilewati banyak orang.

Saking kesalnya, aku sempat mencari tahu soal lucid dream kemarin. Aku membaca banyak sekali artikel tentang bagaimana cara mengambil alih kesadaran di dalam mimpi. Mungkin itu bisa membantuku mengalahkan mimpi yang mengesalkan itu.

Kutundukkan kepalaku dan menatap kedua kakiku yang tergantung. Sudut mataku memperhatikan kalungku yang memantulkan cahaya siang hari yang terik.

Huft, liontin kristal emas itu membuatku semakin kesal. Entah kenapa aku selalu berurusan dengan benda berwarna emas. Apa jangan-jangan warnaku memang warna emas?

Bahkan bunga matahari yang menjadi kesukaanku pun berwarna kuning. Meski bukan emas, itu tetap mirip dengan warna emas, kan.

Malam ini apa yang akan terjadi? Aku berniat untuk kembali lagi ke padang bunga itu. Namun, jika selama seminggu ini saja aku mengalami kejadian aneh itu, aku tidak terlalu yakin jika malam ini aku tidak bermimpi lagi.

Chaos IllusionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang