10. Kalian salah

613 89 8
                                    

Helaan napas terdengar semakin sering, entah untuk yang keberapa kali dari cowok yang kini tengah duduk bersandar di kepala ranjang.

"Berisik," sinis Haruto menatap datar Alska yang duduk di depannya. Mood-nya sedang tidak bagus sekarang.

Alska menoleh. "Emangnya gue stres begini gara-gara siapa?!"

Haruto menaikan alis. "Ini masalah gue, njir. Jangan ikut campur."

Alska kembali menghela napas. "Harusnya lo nggak ngomong sekasar itu, dia Abang lo."

Haruto mendengus, "Dia kelewatan."

Alska menggeleng, "Mungkin berlebihan, tapi gue bisa liat dia cuma nggak mau adiknya salah jalan, karena sebagai abang gue juga bisa ngerasain apa yang Kak Yoonbin khawatirin."

"Salah jalan? Apa maksud lo ngomong kaya gitu?" tanya Haruto tak suka.

Alska merapatkan bibir.

Haruto menaikan alis menunggu lalu menghela nafas. "Bang Yoonbin tuh nggak tau apa-apa tentang lo. Jangan dengerin dia. Gue tau siapa yang terbaik buat jadi temen gue, dan lo salah satunya." lantas dengan lempeng mengimbuhkan, "Lagi pula, dia nggak ada hak buat hidup gue."

"Lo sebenci itu? Dia abang lo."

"Persetan sama kata 'Abang'. Lo liat sekarang, bahkan setelah dihajar habis-habisan lo masih belain dia. Bukannya ini udah cukup untuk bilang lo itu baik."

Dahi Alska mengerut, ia membasahi bibir bawah lalu berucap kembali. "Ru, mungkin lo nggak tau, tapi gue sama Kak Yoonbin tuh selalu barengan? Maksud gue sewaktu gue lindungin lo, Jeongwoo, atau Junghwan hampir di setiap kesempatan gue juga liat Kak Yoonbin. Terutama kalau nyangkut elu, dia sering banget bertindak di luar sepengetahuan lo. Diem-diem." Alska mencoba menjelaskan, karena bagaimanapun dua kakak-beradik ini sedang bertengkar hebat sekarang dan semua karena dirinya.

"Alska, nggak usah bela dia."

"Kak Yoonbin aslinya sayang sama lo, dia perhatian kok, tapi pakai cara dia sendiri. Mungkin dia nggak bisa nunjukin terang-terangan karena hubungan lo sama Kak Yoonbin nggak pernah akur, kan? Renggang. Gengsi dong kalau tiba-tiba sokap, kesannya nggak banget."

Haruto tak setuju.

"Ka, lo tuh nggak tau. Dia nganggap gue Adek aja enggak. Gue udah cerita belum sih yang kemarin gue, Jeongwoo, dan Junghwan harus nyebur ke kolam renang buat nyari kunci kamar gue yang Bang Yoonbin sembunyiin, tapi ternyata tuh kunci dia bawa? Gue udah cerita belum sih yang kemarin makanan kantin dibeli semua sama Bang Yoonbin, tapi gue sama sekali nggak dibolehin makan? Atau, gue udah pernah cerita belum sih tentang Bang Yoonbin yang sengaja nginjek rem mendadak buat gue kejedot kaca jendela mobil?! Dia senyebelin itu. Dia sengeselin itu. Dia nggak nunjunkin sifat-sifat sayang kaya Kakak - Adek yang lain."

"Semua sifat jahil dan setan dia itu bikin gue benci! Gedek banget bawaannya. Dia nggak pernah lembut ke gue atau nunjukin perhatian dia sebagai Abang, yang ada tiap hari ngajak ribut tanpa jeda."

Alska maju untuk menyentil pelan dahi Haruto. "Udah? Marah-marahnya udah?" tanya Alska membuat Haruto cemberut dengan mata berkaca-kaca. "Gue cuma nanya, nyet. Jangan ngamuk ke gue!"

"Lo-nya mancing-mancin!" sewot Haruto yang samar suaranya bergetar. Ia menunduk mengusap-usap dahinya yang berdenyut pelan.

Alska menatap kasihan, ia turun dan maju. "Nggak usah nangis," ucapnya lembut memeluk kepala Haruto, mengusap pelan rambut belakangnya. Namun, yang terjadi justru sebaliknya. Haruto menangis beberapa detik setelah Alska mengucapkannya.

Alska semakin mendekap cowok itu. "Gue, kan, bilang jangan nangis, malah kejer. Cup, cup, cup .. malu sama Kak Maya."

"Jangan bilang gitu! Nanti gue tambah nangis, Alska!" Haruto sesegukan dan menangis lebih keras.

ABANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang