JEVIN POV
Aku mengetuk pintu kamar Vale yang masih ditutup sampai jam sembilan siang. Bukankah biasanya dia sudah akan turun dan membuat sarapan ?. Kita juga harus pergi ke kantor sekarang. Kenapa gadis itu tidak juga membuka pintu ?
Aku mencoba mendorong gagang pintu kamarnya dan berhasil, dia tidak mengunci pintunya. Bukankah tidak aman bagi seorang gadis yang tinggal bersama pria untuk membiarkan pintu kamarnya dalam keadaan tidak terkunci ?.
Aku tidak mengatakan, bahwa aku memiliki niatan buruk terhadapnya, tentu saja tidak. Hanya saja, bukankah itu har normal yang biasanya harus dilakukan gaids-gadis ?. Tidak membiarkan siapapun bisa memasuki kamar mereka dengan bebas.
Alih-alih tidur di kasur mahal yang sudah kubelikan untuknya, aku malah menemukan gadis itu tertidur di meja riasnya, dengan alas sebuah buku sebagai penyangga wajahnya.
Tunggu ini bukan buku . . .
Ini proposal bisnis yang kuberikan padanya kemarin , aku tidak menyangka dia benar benar ingin mempelajarinya.
Aku menyentuh pundaknya dan mencoba membangunkan nya tapi sepertinya sia sia saja. Sampai akhirnya aku memutuskan mengangkat tubuh rampingnya, dan memindahkan nya keatas tempat tidur.
Sebenarnya dia terlihat cukup manis, ya ... selama dia tidak menghancurkan wajahmu dengan beberapa pukulan dan tendangan, batinku. Aku merapikan selimut ditubuhnya dan terkejut begitu jari jariku menyentuh wajahnya yang terasa begitu panas.
Dia demam ?.
- - -
Aku membatalkan seluruh meetingku setelah memanggi dokter dan menjaga Vale seharian, meski demamnya tak kunjung turun.
Aku mencoba menggunakan kompres untuk mengurangi demam yang diderita Valerie tapi sepertinya tidak berhasil. Haruskah aku melakukan nya ? Apa yang dilakukan Ayahku sewaktu aku terserang demam saat kecil ?.
Tidak . . . itu beda cerita , ayahku pria dan aku juga pria, lagi pula aku anak-anak saat itu. Vale adalah perempuan, dan kami sudah dewasa. Tapi, bukankah itu juga bernilai seperti CPR ?. Lakukan saja Jevin . . . lakukan saja, batinku mulai menarik turun risleting gaun yang dikenakan Valerie.
V POV
Kepalaku pusing dan sangat tidak nyaman, membuatku sangat sulit untuk membuka kedua kelopak mataku dengan benar saat ini.
Dimana aku ? kamarku . .. ? benar , ini kamarku.
Aku merasakan semilir angin menyentuh kulitku dan terasa begitu jelas. Tunggu kenapa rasanya dingin sekali, batinku. Aku baru menyadari kalau kulit tangan dan pundaku begitu terbuka saat ini. Aku melihat dari balik selimut dan menemukan hanya tank top dan celana pendek saja yang sedang kukenakan saat ini , dimana pakaianku? Aku ingat aku mengenakan dress pink semalam.Tapi itu bukan point penting nya. Mataku membeliak begitu menemukan seorang pria tidur disampingku hanya dengan kaos dalaman yang sangat tipis.
Boss jevin ? Kenapa dia bisa disini ?. Aku berteriak dan refleks menendang pria yang sedang pulas itu sampai terjatuh kelantai dan membuatnya memaki karena kesakitan.
" apa yang anda lakukan disini bos ? " tanyaku menatapnya marah. Pria itu berdiri dan hanya mengenakan boxer dibagian bawah tubuhnya, membuatku membuang pandangan refleks ke arah lain.
" kau . . .! " dengusnya , " ah . . . pinggangku " runtukknya, masih tidak memperdulikan pertanyaanku tadi. Pria itu menatapku marah dan mendekatkan wajahnya padaku. " apa kau berpikir aku macam macam denganmu ?"tanyanya membuatku gugup tiba tiba. " aku hanya berusaha menurunkan demamu dengan skin to skin contact . . . dan itu . . ." Boss Jevin mempertemukan dahinya dengan miliku, seolah dia sedang menyamakan suhu tubuh kami saat ini," berhasil " ucapnya membuat tatapan kami bertemu. " begini baru macam macam " imbuhnya, mendaratkan satu kecupan di bibirku, membuatku terkesiap.
" Je . . .van ? " tanyaku ragu begitu pria itu memundurkan wajahnya sedikit untuk menatapku. Aku melihat pria itu tersenyum dan menggeleng, " Jevin " ucapnya lirih, sebelum kembali mempertemukan bibir kami, dan menciumku seolah aku miliknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
CEO'S SECRET (COMPLETED )
Lãng mạnCEO muda dan tampan berhati dingin dan sama sekali tidak memiliki toleransi terhadap orang lain , menemukan hidupnya berubah total sejak seorang gadis masuk dalam ruang lingkupnya. Pekerjaan yang mengharuskan mereka bersama, membuat mereka dekat sat...