JEVIN POV
" Sabuknya . . . " ucapku memasangkan sabuk pemgaman milik Valerie, membuat gadis itu menatapku dengan cara yang aneh. " ada apa ? " tanyaku, membuatnya menggeleng ragu. " bukankah anda terlalu, berbeda dari sebelumnya ? " ucapnya membuatku menatapnya tajam.
" Jevin, atau Jev atau J , atau bahkan sayang , kau bisa memanggilku dengan cara seperti itu dibandingkan anda mulai sekarang " perintahku membuat Vale menatapku dengan alis yang berkerut. " kenapa ? " tanya nya lagi. Aku membuang nafas berat sebelum menjawab pertanyaan nya barusan. " karena kau miliku, wanita ku tentu saja , bukan kah aku sudah mengkonfirmasinya tadi ? kau mau aku melakukan nya lagi ? " tanyaku mendekatkan wajahku padanya, membuat jarak wajah kami hanya terpisah beberapa centi.
Vale mendorongku pelan sebelum mengalihkan pandangan nya ke luar jendela mobil. " tidak perlu, aku mengerti " jawabnya lirih, membuatku tersenyum.
- - -
" kita ketempat semewah ini hanya untuk makan malam ? " tanyanya membuatku terkekeh. " dan dress nya juga , bukan kah ini sangat berlebihan ? kita bisa membuat ramen atau nasi goreng dan memakan nya di depan televisi di rumah , kenapa harus se formal ini hanya untuk makan malam ? " runtukknya, membuatku menahan lengan nya dan menghentikan langkahnya.
Aku menatap gadis didepanku dengan seksama.
" cantik, sempurna dan sangat pantas "ucapku membuatnya menatapku sebal. " ayah dan ibuku merayakan anniversarry mereka, dan mereka memintaku membawamu " jelasku membuat gadis itu menatapku dengan mata nya yang membulat kali ini.
" mati aku , bukan kah seharusnya kita membawa hadiah ?" tanyanya membuatku tersenyum.
- - -
Valerie memang orang yang pandai bergaul. Dia bahkan terlihat lebih akrab dengan orang tuaku dibanding diriku. Bukankah ini sudah cukup sempurna bagi anak yatim piatu sepertiku ?. Menemukan sebuah keluarga dan akhirnya mendapatkan seseorang yang membuatmu merasakan cinta. Seandainya saja tidak ada penyakit aneh ini, aku pasti merasa sekarang hidupku sempurna.
V POV
Aku, Boss Jev . . . maksudku Jevibn dan kedua orang tuanya berpisah didepan restaurant dan kembali dengan mobil masing-masing.
Jevin hanya tersu tersenyum beberapa kali selama didalam mobil ketika dalam perjalanan kembali kerumah.
Apa yang sedang ada didalam pikiran nya saat ini, batinku. " kita akan pulang " ucapnya membuatku mengangguk ragu. Tentu saja , selain pulang kita mau kemana lagi ?.
- - -
" Itu . . . anu . .. kau . . tidur dimana malam ini ? " tanyanya begitu kami sampai dirumah. Itu dia, aku tahu apa yang ada dalam otak nya selama mengemudi tadi. Apa yang dia bayangkan ?. " kau mau aku tidur dimana ? " tanyaku membuat pria itu terkejut dan tiba tiba mengulas sebuah senyum penuh arti. " kamar . . . eh . . . kamarku ? " tanyanya lagi. Aku mengangguk, membuatnya tersenyum lebar.
" aku tidur dikamarmu, dan kau . . . bisa tidur dikamarku , bagaimana ? " balasku menatapnya tajam, membuatnya mendengus sebelum berjalan mendahuluiku.
- - -
" tidak . . . jangan . . . tidak . . ". 2.15 am , aku melirik kesamping nakas dan menemukan jarum jam berada dia ngka dua saat ini. Jam dua malam. Siapa yang berisik semalam ini ?, batinku. Aku turun dari tempat tidur dan mencoba mencari sumber suara yang terdengar begitu jelas dari kamar Jevin.
Aku mencoba mengetuk tapi tidak ada jawaban. Haruskah aku mendobrak pintunya, batinku. Aku memilih untuk mencoba membukanya , dan untung saja pria itu tidak ,mengunci pintu kamarnya. Aku mencari Jevin di tempat tidur tapi tidak menemukan nya. Dimana pria itu ?.
Kamar mandi. Aku membuka pintu kamar mandi dan menemukan pria itu disana. Dia sedang menangis etakutan seperti seorang anak kecil. " jevan ? " panggilku ragu, membuat pria itu berlari memelukku. " kakak cantik, tolong aku " ucapnya membuatku terkejut.
Jevan lagi ? bagaimana bisa ? bukankah dia tidak merasa tertekan atau ketakutan hari ini ? bagaimana bisa berubah ?
KAMU SEDANG MEMBACA
CEO'S SECRET (COMPLETED )
RomanceCEO muda dan tampan berhati dingin dan sama sekali tidak memiliki toleransi terhadap orang lain , menemukan hidupnya berubah total sejak seorang gadis masuk dalam ruang lingkupnya. Pekerjaan yang mengharuskan mereka bersama, membuat mereka dekat sat...