~•10•~

375 58 4
                                    

~~~•🌼•~~~


"Syania, mama boleh masuk?"

Mama mengetok pintu kamar ku sambil meminta ijin untuk masuk

"Masuk aja ma."

Aku menjawab tanpa membukakan mama pintu, karena aku sedang sibuk menata peralatan lukis yang satu minggu lalu aku beli bersama Angkasa
Iya, aku baru sempat menata nya sekarang

"Ada apa ma?"

Aku bertanya saat mama sudah duduk di kasur ku

"Mama mau tanya sesuatu, boleh?"

Aku mengernyitkan dahi ku heran, biasanya juga mama langsung bertanya tanpa meminta ijin lebih dulu

"Boleh, nanya aja ma."

Balasku masih sambil menata dan membelakangi mama

"Soal kamu dan Angkasa, bagaimana perkembangan kalian?"

Aku menghentikan aktivitas ku, berfikir sejenak tentang pertanyaan yang diajukan mama

Perkembangan ku dan Angkasa?

"Sini duduk di samping mama."

Melihatku yang terdiam, mama menepuk-nepuk sisi kasur yang kosong disebelahnya.
Merasa bahwa pembahasan ini mungkin akan serius, aku memilih mengiyakan dan duduk di sebelah mama

"Kenapa mama nanya gini?"

"Mama perhatikan akhir-akhir ini kamu mulai dekat dengan Angkasa, dia juga sudah antar-jemput kamu kan?"

Aku menghela nafas lelah, dekat yang dimaksud mama disini adalah jarak antara aku dengan Angkasa
Yang sebelumnya kita hanya berinteraksi saat ada pertemuan keluarga saja, kini Angkasa memang sudah lebih sering main ke rumahku, tetapi sungguh aku masih merasakan hal yang sama seperti pertama kalinya

Dia masih dingin, dan tak tergapai

"Iya..." Jawabku lirih

Mama tersenyum dan membelai pelan rambutku

"Bagus dong sayang, itu tandanya kamu perlahan-lahan bisa mulai masuk ke dalam hati Angkasa."

Aku sedikit kesal mendengat perkataan mama kali ini, aku merasa mama memiliki maksud tersendiri dari kalimat yang ia lontarkan

"Ma... Angkasa punya pacar."

"Tapi Angkasa sendiri kan yang memutuskan untuk tetap mencoba menjalin hubungan dengan kamu? Terus masalahnya disini dimana?"

Aku melirik malas mama, selalu, selalu saja topik ini yang dibahas, aku mengerti sekarang maksud tersembunyi mama

"Kenapa mama dukung banget kalau aku jadi pelakor?"

Kali ini, mama yang menghela nafas panjang dan menatapku penuh sorot kelelahan

"Bisa enggak kamu jangan sebut diri kamu sendiri pelakor?"

"Mama sendiri, bisa enggak jangan terus-terusan bahas masalah ini? Aku bingung ma, dan tolong jangan buat aku jadi orang jahat."

Aku menundukkan kepala saat merasa mataku mulai memanas, aku benci menangis di depan orang lain, termasuk keluarga ku sendiri

"Syania, mama itu sayang sama kamu, mana mungkin mama mau merubah kamu menjadi orang jahat nak? Yang mama mau itu cuma satu, kebahagian kamu."

"Tapi enggak dengan merebut kebahagiaan orang lain ma..." Aku membalas dengan sangat lirih, tetapi aku tau mama mendengarnya

RUMIT [PSY•LJN•HYJ]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang