Tujuh Belas

849 84 2
                                    

"Bashful lovers, just you and me
We take it slow, just you and me
Falling backwards, just you and me
Sink so low, just you and me."
— Shallou, You and Me


BUKANNYA langsung menemui Farhan, aku malah berpikir untuk menemui Riko dan Lendra lebih dulu. Aku sengaja menyiapkan Farhan untuk bagian terakhir karena aku ingin menyingkirkan Lendra dan Riko supaya ketika aku menerima Farhan, nggak ada lagi beban pikiran tentang bagaimana menolak mereka secara halus.

Sekarang aku lagi di kelas. Duduk manis menunggu bel tanda jam masuk sekolah berbunyi. Di sebelahku ada Bimo yang lagi asik kunyah-kunyah permen karet sambil sibuk mainin gadget-nya. Di pikiranku ada banyak kata-kata, bayangan-bayangan, dan harapan-harapan kabur yang sebentar lagi akan jadi kenyataan. Kata-kata penolakan halus yang sudah kususun semalaman, bayangan-bayangan tentang bagaimana ekspresi Lendra dan Riko ketika aku menolak mereka, dan harapan-harapanku tentang Farhan yang akan memeluk dan menciumku ketika aku menerima cintanya. Membayangkan dipeluk dan dicium Farhan membuat perutku geli.

Pagi-pagi sekali aku sudah kirim pesan LINE ke Riko untuk menemuiku di Dunkin Donuts jam setengah enam sore, dan dia membalasnya dengan antusias. Sekarang aku WA Lendra. Kukatakan padanya untuk menemuiku di Kopi Kini, tempat dia menyatakan cintanya padaku. Belum ada lima menit kemudian, Lendra menyetujui untuk datang ke Kopi Kini jam 7 malam.

Setelah Lendra, aku langsung nelepon Farhan. Aku harus menelepon sebanyak tiga kali sebelum Farhan menjawabnya. "Halo? Dino?" Dari suaranya, aku tahu kalau dia mengharapkanku untuk menghubunginya. Dan setelah dua hari nggak bertemu dengannya, aku jadi kangen juga sama suaranya.

"Ya. Nanti malem bisa ke kafe Sky View nggak?" Aku langsung ke topik pembahasan. Aku ingin sekali basa-basi, ngobrol banyak hal dengannya. Bahkan aku tergoda untuk mengatakan bahwa aku juga mencintainya. Tapi aku nggak mengatakan itu karena di sebelahku ada Bimo. Dia bisa kepo habis-habisan mendengarku teleponan sambil bilang I love you.

"Bisa. Jam berapa?"

"Jam 8."

"Oke," katanya dengan suara yang dibanjiri sukacita. "Kamu mau aku jemput atau gimana?"

"Ketemu di sana aja. Jam 8."

"Oke. Aku pasti dateng."

"Bagus." Karena nggak ada lagi yang mau kukatakan, aku berniat menutup telepon.

Tapi sebelum aku melakukannya, Farhan mencegahku. "Tunggu dulu, Dino."

"Ya? Apa lagi?"

"Kamu marah? Kamu ke mana aja? Aku kirim WhatsApp, aku telepon, aku sms, tapi satu pun nggak ada yang kamu respons. Kamu menghindar dariku?"

Aku ingin menjelaskan semuanya, tapi nggak jadi. Aku malah mengatakan: "Jam 8. Di Sky View. Aku bakal jelasin semuanya di sana."

"Oke. Sampai ketemu nanti malam."

"Bye." Kali ini aku yang memutuskan panggilan. Aku nggak mau jutek, aku pingin banget ngobrol sama Farhan, mendengarkan suaranya yang seksi dan menggoda itu ... tapi aku nggak bisa. Aku nggak boleh bicara dengannya dulu. Aku harus menyimpan Farhan untuk bagian terakhir.

"Siapa?" tanya Bimo.

"Temen gue. Gue ajakin main," kataku berbohong. Dan oh ya, tambahkan Bimo dalam daftar orang-orang yang sudah aku bohongi.

"Oh," ujarnya singkat.

Kemudian bel tanda jam belajar mengajar dimulai pun berbunyi.

~###~

Kamu & Aku #1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang