Dua Belas

768 75 3
                                    

"You can keep me warm on a cold night." — HONNE, Warm on a Cold Night


KEMBALI ke sekolah aku merasa lebih semangat. Tadi pagi aku sampai di parkiran tepat ketika Farhan juga sampai. Motor kami parkir sebelahan, dan dia menyapaku selamat pagi setelah melepas helmnya. Sapaan itu yang membakar semangatku hari ini.

Di kelas, anak-anak mulai heboh ngobrol sana sini. Kebanyakan obrolan membahas kemah bersama. Ada yang ngobrol sama temannya sampai ngotot banget. Ada yang ngakak-ngakak. Ada juga yang menangis. Semua sibuk dengan ceritanya masing-masing. Sementara anak-anak yang nggak ikut kemah cuma bisa mendengarkan dan bersungut-sungut menyesal karena nggak ikut acara tersebut.

Retno di sana. Di kursi paling ujung di pojok kelas. Dia tertawa bersama teman-temannya dan—sepertinya—baru kali ini aku benar-benar memperhatikan dia. Aku menatapnya dari kursiku yang berada di ujung kelas yang lain. Dia masih tertawa. Lalu nyaris saat itu juga dia menolehkan kepalanya ke arahku. Mata kami bertemu, bertatapan. Kemudian dia menyunggingkan senyum, aku balas tersenyum dan mengangguk kecil padanya. Dia menoleh kembali ke teman-temannya, melanjutkan tawa bersama mereka.

Artinya Retno sudah paham dan mengerti. Artinya dia sudah dewasa, sudah mengerti bahwa aku memang bukan tercipta untuknya, dan aku senang akhirnya bisa berdamai dengannya. Sebenarnya aku sih welcome kalau dia mau jadi temanku, asal please jangan terus godain aku. Sama seperti kejadian di awal cerita ketika dia menggodaku, mencolek pipiku, itu kan buat aku risih! Dia itu perempuan, harusnya dia lebih punya harga diri! Tapi sudahlah, itu kan masa lalu. Sekarang aku nggak terlalu membencinya lagi.

"Nanti malam mau ikut, nggak?" tanya Bimo, yang entah dari mana datangnya tahu-tahu sudah duduk di kursi sebelahku.

"Ke mana?"

"Mekdi," jawabnya sambil membuka bungkus permen karet dalam genggamannya. Oh ya, for your information lagi guys, si Bimo ini kalau lagi bosan di kelas, dia pasti ngunyah permen karet—karena merokok di dalam kelas itu haram.

"Ngapain?"

"Ngemis," jawabnya asal-asalan, sambil kunyah-kunyah permen karet yang sudah masuk ke mulutnya.

"Gue serius, Bego!" Aku menggebuk belakang kepalanya.

Dia meringis kesakitan. "Egy sama Ellen anniversary 2 tahun hari ini. Mereka mau traktir kita makan sepuasnya di Mekdi."

"Wah, serius nih traktir sepuasnya?"

Bimo lagi asik kunyah-kunyah sambil mainin hapenya. "Suwer deh," katanya, mengangkat dua jari tangannya membentuk suwer, tapi matanya masih asik melototin layar hapenya. "Egy sendiri yang nyuruh gue ngasih tahu lo sama Lendra buat datang ke Mekdi Kedaton jam tujuh malam ini."

"Oke, deh. Gue dateng," kataku tanpa pikir panjang lagi.

~###~

"SENYUM, ya ... 1, 2, 3, cheeese!"

JPRET!

"Mana, coba gue lihat!" Kurebut iPhone-ku dari tangan Bimo. Kupandangi fotoku bersama Lendra yang baru saja diambil tadi. "Ini bagus," komentarku. Memang, foto ini bagus banget. Aku dan Lendra yang duduk sebelahan memasang muka dengan seganteng-gantengnya. Tangan kananku melingkar di leher Lendra, merangkulnya sambil nyengir memamerkan gigiku yang putih dan rapi, sementara Lendra cuma tersenyum simpul, tangan kanannya memegang minuman bersoda. Foto yang bagus. Cocok. Kulihat teman-temanku untuk menangkap ekspresi mereka.

Egy dan Ellen tersenyum melihat kami. Mereka berdua tampak bahagia, terutama Ellen yang baru saja mendapat boneka Ice Bear dari We Bare Bears ukuran besar, kue tart bertuliskan 'Happy 2nd Anniversary, My Sweet Babygirl', dan sebuket mawar merah yang wanginya benar-benar memabukkan dari Egy. Sahabatku itu merangkul kekasihnya dengan sangat romantis. Mereka memang pasangan yang cocok. Ellen cantik, Egy juga ganteng. Egy bisa pacaran sama Ellen awalnya dari iseng-iseng kenalan lewat Tinder. Saat itu Ellen baru pindah dari Jakarta, dan Egy yang emang doyan sama perempuan cantik dan montok kayak Ellen langsung nekat menyatakan cinta pada hari ketiga setelah mereka ketemuan. Dan hasilnya cukup bagus. Mereka bertahan pacaran sampai sejauh ini.

Kamu & Aku #1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang