𝑩𝒓𝒐𝒌𝒆𝒏 𝒉𝒐𝒎𝒆 𝒅𝒂𝒏 𝑺𝒆𝒎𝒃𝒖𝒉𝒏𝒚𝒂🩹

250 40 3
                                    

Playlist || Andra and The backbone: Sempurna

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Playlist || Andra and The backbone: Sempurna.

            Samboja menikmati bubur ayamnya dengan lahap tanpa sungkan di depanku, aku menjadi nyaman karena aku pun tidak ikut sungkan juga. Aku menyantap roti bakar selai nanas ini dengan lahap, ternyata roti bakar buatan Bi Tati sangat enak.

Tidak ada obrolan di antara kami, kami hanya menyantap makanan kami masing dengan hikmat sampai sebentar lagi mau habis, teh tawar hangatnya pun sisa setengah. Ternyata kantinnya Bi Tati sangat nyaman, tidak seperti kanti di dalam sekolah sana. Di sini anak-anaknya jauh lebih santai dan terkesan tidak mengurusi orang lain, bahkan ada juga yang dari sekolah lain makan di sini, tapi mereka semua santai.

Makanan aku dan Samboja sudah habis, sepertinya hari ini aku mengenal diri Samboja lagi. Kalau dia jika sedang makan tidak suka bicara. Karena sedari tadi Samboja tidak berbicara sedikit pun, aku menghormatinya. Itu sikap yang bagus menurutku.

"Benaran enak 'kan masakannya Bi Tati?" Barulah Samboja berbicara setelah selesai makan dan minum.

Aku mengangguk. "Enak, roti bakarnya juga beda, tekstur luarnya garing, nggak sayang sama selainya juga", balasku.

Samboja tersenyum sambil menatapku, tatapan yang penuh akan sebuah arti di sana.

"Tadi katanya minggu kamu ada bakti sosial. Bakti sosial apa?" Tanyaku untuk berusaha menetralkan diriku karena menjadi serba salah jika terus-terusan di tatap gitu dengan Samboja.

"Bakti sosial biasa kok, bagi-bagi rezeki sama bagi-bagi ilmu juga", jawabnya.

"Kamu sama geng kamu yang ngadain ini semua?"

Samboja mengangguk. "Tapi ada beberapa donatur juga", jawabnya lagi.

Kalian bisa lihat sendiri, dia bukanlah seorang yang ada di pikiran Hafifah, Hafifah itu salah telah berpikir buruk tentang dirinya.

"Kalau lo mau ikut, hari minggu jam 2 siang gue jemput. Gimana?"

Tanpa mikir panjang aku mengiyakan ajakan Samboja untuk ikut bersamanya ke bakti sosial hari minggu.

Sejenak keheningan terjadi lagi, kami berdua sama-sama berdiam. Aku tidak tau mau bicara apa lagi, atau aku tanyakan soal Samudra saja. Karena sedari kepalaku terus berputar tentang dirinya yang begitu dingin padaku.

"Eum, Sam?" Samboja menatap ke arahku.

"Kenapa, Ra?" Tanyanya.

"Teman kamu yang bernama Samudra itu sepertinya tidak suka sama aku, pas kenalan tadi dia dingin banget sama aku, kaya nggak suka gitu", aku katakan yang sejujurnya dengan Samboja.

SAMBOJA [Lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang