39. Tambahan (1): Kalau Ada Kehidupan Nanti

2.3K 130 3
                                    

Semua orang berkata, ketika almarhum baginda raja masih hidup, pangeran yang ada di dalam istana sulit berumur panjang, dari sepuluh orang ada tujuh yang tidak bisa menghindar dari nasib meninggal pada usia muda.

Untungnya, dia adalah seorang putri raja.

Untungnya, abang yang paling dia sukai adalah putra mahkota.

Ibunda selir kaisar hanya mempunyai dia seorang anak perempuan, dari sekian banyak selir kaisar, ibunda selir kaisar termasuk yang paling mendapat kepercayaan permaisuri. Abang putra mahkota ketika masih berstatus pangeran kecil, tinggal bersama-sama dengannya di istana kediaman ibunda selir kaisar. Waktu itu, badan abang ini sangatlah lemah, memakan obat lebih banyak dibanding memakan makanan, ibunda selir kaisar setiap hari ketika mengawasinya meminum obat, dia akan bersandar di pinggir ranjang abang, memainkan lengan bajunya.

Setelah memelintir dan memutarnya tidak menentu, maka lengan bajunya akan digulung di jarinya.

Kalau menariknya sedikit saja, mangkuk obat yang dipegang abang akan menjadi goyah, jadi cairan obat yang berwarna coklat akan tumpah sedikit mengenai selimut brokatnya, sehingga membuat ibunda selir kaisar menjadi tertawa dan mengomel. Hanya pada saat ini, sepasang mata abang yang cantik dan hitam seperti tinta baru ada sedikit pandangan senyum.

Baginda raja meninggal, pangeran menjadi putra mahkota, sejak itu dia tidak pernah lagi menemui abang.

Hanya pernah mendengar sekali ketika ibunda selir kaisar bercerita kalau putra mahkota harus berdiri sambil memegang mangkuk obat di depan pintu istana sepanjang malam, tidak boleh bergerak dan tidak berani bergerak juga. Dia sendiri sungguh ketakutan membayangkannya, jadi diam-diam tinggal di depan pintu istana, melihat bayangan putih yang memegang mangkuk obat senilai emas.

Malam itu tidak ada bulan.

Abang putra mahkota berumur tujuh tahun, dia enam tahun.

Beberapa tahun sesudahnya kalau dia mengingat kembali malam itu, ingatannya sangat jelas seperti baru terjadi kemarin. Dia, putri raja Xing Hua sejak hari itu, menjadi mengerti tentang kehidupan.

Setiap hari yang paling dia pikirkan hanyalah abang putra mahkotanya ini. Apakah putra mahkota dihukum oleh ibunda raja, apakah mendapat pujian dari guru kaisar, apakah memakan makanannya, apakah tidurnya agak tenang sedikit, semua informasi ini didapat dari menyogok orang di samping ibunda raja dengan perhiasan rambutnya, hanya orang di samping ibunda raja baru tahu dengan jelas semua rutinitas dan kehidupan putra mahkota, bahkan sampai setiap patah perkataannya.

Kemudian, dia jadi tahu kalau putra mahkota sudah mendapat seorang permaisuri putra mahkota.

Ada orang yang membawa selembar lukisan, seorang anak gadis biasa, selain wajahnya yang tidak bisa menyembunyikan senyumnya yang lembut, terlihat sedikit polos, terlihat sedikit keras kepala. Semua sifat yang tidak pernah dia punyai, karena sejak umur enam tahun ketika melihat bayangan abang berdiri sendirian di depan pintu istana, semuanya sudah perlahan menghilang dan lenyap.

Sejak saat itu, dia tidak lagi menjadi satu-satunya anak gadis yang dikenal oleh abangnya, juga bukan lagi seorang adik perempuan yang menjadi tempat dia bergantung.

Mungkin, putra mahkota bahkan sudah lupa mempunyai seorang adik perempuan seperti dia.

Sejak dia menjadi putra mahkota, satu-satunya waktu ketika dia dekat dengannya, adalah ketika ibunda selir kaisar meninggal dunia malam itu. Ketika dirinya sedang menangis sampai matanya kabur, sepertinya mendengar ada orang yang berseru: "Yang mulia putra mahkota."

Forever and Ever / One and OnlyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang