Part 9

6 1 0
                                    

"Pagi ayah bunda" ucapku menyapa orang tuaku.
"Widih cepat banget bangunnya dan tumben rapi amat biasanya telat, acak-acakan lagi" ucapku ngeledek abangku.
"Ya iyalah ini hari pertama gue sekolah di sekolah baru harus dong cepat datangnya biar tau suasana sekolah dan gue harus rapi. Nanti kalau udah lama gue kayak dulu lagi kok. Slow dong" jawabnya sambil sok merapikan dasinya biasanya ke sekolah ngak pake dasi, baju keluar dari celana, dan belagu padahal baru smp gimaan sma.
"Sudah makan buruan, nanti telat loh" ucap bundaku sambil memberikanku sebuah roti yag telah di lumuti oleh selai ovomaltine kesukaanku. Setelah itu aku menghabiskan makananku. "Ef.... lams woyy, nanti gue telat" ucap abangku yang sudah ada di luar dengan teriak.
"Sabar napa, aku ngak budek ini lagi ambil sepatu, buru-buru amat ini baru jam 06.50. Lagian perjalanan paling 20 menit" celotehku.
"Bawel banget sih lo buruan naik ke mobil" ucap abangku.
"Yah bun aku dan abang pergi dulu" ucapku kepada ayah dan bunda.
"Belajar yang baik dan jaga abang kamu nanti dia buat masalah lagi. Ayah dan bunda juga akan pergi ke Surabaya ada urusan selama 3 hari" ucap ayah.
"Ayah aku bukan anak kecil yag harus di jaga" celoteh abang saat mendengar perkataan ayah dari mobil. Aku segera naik ke mobil setelah pamitan. Mobilku segera berangkat menuju ke sekolah. Disusul mobil ayah yang akan menuju ke kantor dengan bunda.

Tak lama kemudian setelah 20 menit perjalanan aku dan abangku tiba di sekolah. Aku pun turun dari mobil. Tidak seperti abangku yang masih marapikan rambutnya. Dan aku membuka pintu depan mobil tempat abangku duduk.
"Buset lama banget turunnya" ucapku kepada abang. "Sabar dong rambut gue rapikan udah kerenkan gue udah gantengkan" sambil merapikan rambutnya. Memang sih abangku ganteng tapi mungkin kah kelas 9 itu masa dimana seseorang sudah merasakan asmara. Mungkin aku juga merasakan seperti abangku lakukan, lupakanlah. Akukan baru kelas 7 yang masih dapat proses merenjak remaja. Aku langsung menutup pintu dan meninggalkan abangku, tanpa ku sadari ternyata ketika aku tutup pintu abangku mengeluarkan kakinnya sebelah dan berteriak "aasgghhhhh dasar lu Eff kalau nutup pintu itu liat-liat dong kalau kaki gue luka gimana" omelnya. Untung aja sekolah masih sepi kalau ngak suaranya akan terdengar oleh siswa-siswi di sekolah.
"Ya maaf soalnya abang dari tadi ngak keluar jadi aku tutup pintunya" jawabku membela diri. Abangku itu lebay banget hal kecil di besarin, hal besar tambah di besar besarin. Punya kakak begitu di satu sisi menyebalkan, tapi di sisi lain bisa bikin ngakak dengan tingkahnya. "Woy ngelamun lagi, ayo nunjukin gue di mana ruang gurunya" sambil menepuk bahuku yang membuatku kaget.

"Efeny, hai! Ke kelas bareng yuk"ucap Rea menegurku dan mengajakku. Aku membalas dengan ucapan yang sama dan senyum kepadanya "tung-".
"Aduh ni bocah tunggu ya Eff ingin nemanin gue dulu. Lo bisa ke kelas sendirikan" sambil menarik tanganku dan melangkah menjauhi Rea dengan langkah terburu-buru.
"Aduh abang itu kan teman aku. Aku belum selesai ngomong tau" ucapku kesal.
"Ngak usah. Lo habisnya sih terlalu lama nanti kalau ngobrol lama lagi, nanti gue telat, nanti bisa dimarahi, inikan hari pertama gue sekolah di sini" dengan celoteh yang panjang abangku tidak melihat seseorang dan menabraknya hingga makanan dan minuman yang ia bawa jatuh. Dan itu ternyata adalah temanku Andrea. Dia membawa 2 buah makanan dan minuman. Aku yakin yang satu lagi punya kakaknya Olivia Voliona. Aduh bisa jadi Perang Dunia ke-III, setauku sifatnya kakaknya Andrea itu ngak bisa di ucap dengan kata-kata. Apa lagi abangku ini 11-12 lah dengan sifat kakanya Andrea.
"Andrea maafin abangku yang ngak sengaja nabrak makanan dan minuman milikmu dan jatuh"ucapku meminta maaf sama Andrea.
"Iya gue salah gue minta maaf ya. Gue bakal gantiin makanan dan minuma lo"ucap abangku yang dengan ekspresi tidak meminta maaf dengan tulus. Tiba-tiba kak Oliv datang dan melihat apa yang telah terjadi.
"Oh astaga, kok bisa jadi begini?!"ekspresi Oliv saat melihat apa yang telah terjadi. Lagi-lagi aku yang harus meminta maaf duluan ke kak Oliv. Abangku tidak pernah memulainya deluan "kak Oliv maafin abang aku ya, soalnya tadi kami buru-buru"ucapku merasa bersalah.
"Iya gue minta maaf kedua kalinya karna gue ngak sengaja" dengan gampangnya mengekuarkan maaf tanpa merasa bersalah.
"Lo enak banget ngucapin maaf seenaknya kayak ngak ikhlas banget sih. Emangnya maaf lo bisa ngembaliin sesuatu yang telah terjadi" dengan ekspresi marah.
"Kan gue udah bilang nanti gue ganti deh emang berapa sih"dengan ucapan sombong.
"Ini bukan soal berapa harga makanan dan minumannya ini masalah bikinnya lama tau. Lo liat sekarang jam berapa, lagi 15 menit masuk"dengan nampak seperti orang tinggi darah. "Kak udah nanti kita bisa makan kalau lagi istirahat"ucap Andrea.
"Tuh liat adek lo ngerti banget. Ngak kayak kakanya, nanti kalau marah terus cantiknya hilang loh"ucap abangku yang setuju dengan ucapan Andrea dan sedikit menggombal kak Oliv. Dasar abang soal gituan nomor satu
"Gombalan lu basi tau"ucap kak Oliv yang tidak terpancing gombalan abangku
"Emang makanan pake acara basi segala"ucap abang ngeledek
"Aduh dari tadi ini masalah ngak kelar lagi padahalkan udah mau masuk" ucapku dengan gelisah dan melirik ke arah jam yang melekat pada tanganku. Dan akhirnya bel pun berbunyi yang tandanya setiap kelas sudah memulai pembelajaran. Abangku menarikku dengan tergesa-gesa meninggalkan Andrea dan kak Oliv.
"Dasar cowok gila siapa sih dia nyebelin banget" ucap Oliv kekesalannya semakin menambah. Tetapi disamping itu Oliv termakan gombalan lelaki itu tapi dia tidak menampakkannya "memang sih orang itu ganteng" dalam hatinya
A

ku segera menunjukkan ruang guru kepada abang dan sebelum tiba di sana Mam Tika menegurku"Efeny, kok tergesa-gesa", "iya mam soalnya aku ingin antar abangku ke ruang guru untuk tanya di mana kelasnya"ucapku dengan menjelaskan. Mr.Wasley mendengar dari kejauhan dan berjalan mendekatiku dan Mam Tika"Tadi ada yang bilang siswa baru?".

"Iya Mr ini abang saya siswa baru disini tapi dia ngak tau kelasnya dimana"jawabku
"Sini ikut saya. Saya akan tunjukkan dimana kelasmu karna saya telah dipesan oleh kepala sekolah ada seorang siswa baru yang sekaligus saya akan mengajarnya di kelas itu juga" jelas Mr. Wasley. Abangku pun ikut ke Mr. Wasley untuk mengetahui kelasnya. Aku pun juga kembali ke kelasku bersamaan dengan Mam Tika karna dia yang akan mengajarku untuk jam ini.

Abang dan Mr. Wasley masuk ke kelas yang di tuju.
"Murid-murid ini adalah murid baru di kelas kalian. Silahkan perkenalkan dirimu"ucap Mr. Wasley. "Ternyata gue satu kelas lagi sama si mulut bercon itu"ucapku terdiam tanpa sadsr Mr. Wasley yang menyuruhku memperkenalkan diri.
"Hmm"suara sahut Mr. Wasley menegurku
"Perkenalkan nama gue Alvareza Fernando. Panggil aja Alvarez" ucapku untuk memperkenalkan diri. Silahkan Alvarez kamu bisa duduk di antara Oliv dan Jhon.
"Astaga dia lagi dia lagi bisa ngak tenang hidup gue nih dengan kehadirannya. Tuhan kenapa engkau ciptakan manusia seperti ini" ucap Oliv dalam hati tanpa terdengar oleh siapa-siapa
"Mr di belakang ada bangku yang masih kosong kok kenapa ngak di belakang" saran Oliv
"Bacot loh. Kalau Mr nyuruh gue di situ emang kenapa"ucapku ngeledek. Aku segera duduk di tempat yang telah di sediakan. Seluruh siswa memperhatikan penjelasan Mr. Wasley. Dan ia memberikan soal untuk dijawab diatas. Dan aku menjulurkan tanganku untuk menjawabnya. Aku pun naik untuk mengerjakan. Oliv memperhatikan Alvarez mengerjakan soal, ia berkata dalam hati"menyebalkan sih iya tapi dia pintar juga".
"Hmmm" ucap Rany memberi kode kepada Oliv yang dari tadi ia kira memperhatikan Alvarez
Aku pun kembali ke tempat duduk setelah mengerjakan soal.
"Lo gue perhatiin dari tadi ngeliatin Alvarez terus"ucap Rany salah seorang sahabat Oliv
Alvarez sedikit mendegar ucapan namanya dan mulai menguping
"Ngak gue perhatiin dari tadi gimana cara kerjanya gila bukan orangnya"ucap Oliv membela
"Cieee yang perhatiin gue, kagum sama gue udah ganteng, pinter lagi. Udah ngak usah lebay emang gue ditakdirin jadi cowok idaman setiap cewek di muka bumi" ucapnya dengan nada yang sombong
"Idih pd amat sok kegantengan lagi najis liat muka lo"ucap Oliv yang sebenarnya setuju dengan perkataan Alvarez sebenarnya namun ia tidak mau mengungkapkannya soalnya nanti kepalanya besar kalau di puji

Bel istirahat berbunyi. Seorang lelaki mendekati Alvareza "Hai brother, nama gue Renon. Ini teman gue namanya John, Brayen, Aldy, dan Ernest. Lo mau gabung ngak dengan kita" ucap Renon memperkenalkan diri dengan teman-temannya. "Kalau gue sih netral mau sama siapa aja. Terserah lo mau gabungin gue, up two you" ucap Alvarez
"Okay, lo jadi ketuanya"ucap Renon dan disusul oleh persetujuan keempat temannya
"Ke kantin yuk"ujar Aldy. Akhirnya keenam orang tersebut jalan bersama menuju kantin. Setelah itu ia kembali lagi ke kelasnya

*****

Bel pulang berbunyi semua siswa bersiap-siap untuk pulang sambil menggendong tas yang dibawa. aku yang ditemenin Shofia, Andrena, Velyn, dan Rae menuju gerbang sekolah. Akhirnya meraka semua pulang satu persatu. Tak lama kemudian mobil aku datang. Tapi, abang belum muncul. Effeny membuka pintu mobilnya dan menyimpan tasnya lalu mencari abangnya itu. Ia telah keliling kelas dan ternyata abangnya udah di depan gerbang.
"Gila lo bang gue cari dari tadi keliling capek tau" ucap Effeny
"Jangan bawel dah baru gitu juga ngeluh"jawab Alvarez abangnya itu
Mereka berdua naik ke atas mobil dan menuju pulang. Sesampai di rumah aku dan abang masuk ke dalam dan menuju kamar masing-masing. Setelah itu mbak mengetok kamar kami dan menyuruh kami makan. Aku dan abang pun turun. Aku dan aabng menyantap makanan kami. "Abang gimana sekolahnya tadi?"tanyaku penasaran. "Gimna apanya gila gue satu kelas sama si mulut bercon itu shit"ucap abang dengan nada jengkel. "Maksudnya kak Oliv?" Jawabku. Abang menjawab dengan nada nyaring "ya iyalah siapa lagi". "Jodoh kali abang" jawabku dengan menyerngit. "Apaan si lo jodoh dari hongkong. Lagian pula kalau gue sama dia telinga gue bisa tuli harus selalu ke dokter THT lama-lama tau" ceplos abang. Keadaan menjadi hening

Efeny IslandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang