Bagaimana bisa aku menjalani semua ini? Jawabannya simple. Karna kamu mampu dan kamu kuat. You deserve it! And I know, you can do it!
🥀🥀
_____Felix masuk ke dalam kantin setelah bel istirahat berbunyi. Felix duduk ditempat yang biasa ia dan teman-temannya duduki.
"Es teh manis satu ya Mba Vee," pesan Bondan.
"Saya thaitea rasa milo ya, Mba," pesan Devon."
"Si ganteng Felix mau beli apa, Nak?" tanya Mba Veelia.
Felix terkekeh pelan. "Bakso sama cola. Yang kayak biasa aja, Mba," kata Felix.
"Yang lain pada nggak punya uang ya? Kok cuma pesan minum aja?"
"Miskin tuh, Mbak," celetuk Bondan.
Devon melotot. "Lo juga anjir, kok jadi gue doang."
"Tambah dua lagi, Mba, baksonya. Buat duo ini," tambah Felix.
Devon dan Bondan menatap Felix secara bersamaan, dengan wajah yang sudah dibuat dramatis. "Yang ini yang gue maksud ya Tuhan."
Bondan mengangguk setuju. "Yang peka dan punya banyak uang buat jajanin gue. Walaupun sekedar bakso."
Felix menggelengkan kepalanya. "Lo pada bukan dari keluarga yang ekonominya kurang, lupa? Sini biar gue ingetin." Felix mengambil ponselnya dan mengetik sesuatu disana.
"Devon Julian Syaraga, putra tunggal dari pemilik Ragas' Hotel. Memiliki 4 cabang diindonesia dan 1 cabang di Amerika," jelas Felix sembari melihat wajah Devon dan menunjukan foto orang tua Devon.
"Bondan Prameswara, putra bungsu dari keluarga Prameswara, salah satu investor terkenal. Walaupun hanya terkenal dikalangan pembisnis, tapi duitnya bejibun," sambung Felix pada Bondan.
"Dan lo, Felix Hardhan Angkasa. Putra sulung dari keluarga Angkasa yang punya beberapa perusahaan lokal dan asing," ujar Devon tak mau kalah meroasting sahabatnya itu.
"Wessss.. Tongkrongan kami, bukan tongkrongan biasa, BIASA!" teriak Bondan.
Devon menoyor kepala belakang Bondan. "Malu ege."
"Oh iya, gue lupa kalo gue ganteng."
"Nggak ada hubungannya, keket," ujar Devon malas.
Felix melirik kearah pintu masuk kantin. Sudah ada Ben dan beberapa temannya yang mulai masuk ke dalam kantin. Felix mengangkat tangannya, berharap adiknya itu bisa melihatnya. Benar saja, Ben melihat kearahnya dan membalas dengan mengangkat tangan seperti Felix.
Ben terlihat mendekat kearah Felix, ia duduk disampingnya dan melihat temannya satu per satu.
"Happy banget, lagi bahas apa, Bang?" tanya Ben.
Devon menatap Ben tak suka. "Kepo lo kaya Mak gua, Ben," celetuk Devon.
"Dev," tegur Felix.
Ben terdiam sebentar lalu tersenyum. "Iya, gue emang kepoan orangnya. Maklum ya."
Felix menggeleng, ia menepuk pundak Ben dan memberi kode agar ia pergi dari mejanya. Karena jika tidak, Devon pasti akan mengeluarkan kata-kata mutiaranya.
KAMU SEDANG MEMBACA
PATH OF DESTINY
Teen Fiction[Spin Off My Future Story] 🥀🥀 "Kenapa harus aku orangnya?" "Karena itu kamu, Felix." "Apa nggak ada pilihan?" "Ada, ikuti takdir atau menyerah." Felix Hardhan Angkasa namanya, seorang putra sulung dari keluarga ternama. Laki-laki yang memiliki seg...