Dengan diammu, kupikir kita sudah sepakat untuk terus dekat. Saling mengenal dan bisa mengisi satu sama lain. Sangat menyenangkan bukan?
🥀🥀
__________Felix pergi ke sekolah seperti biasa. Hari ini ia tak membawa kendaraan ke sekolah. Ia akan kembali di antar jemput seperti biasanya.
Felix masuk ke dalam kelas. Ia terkejut saat kedua temannya langsung mengambil tas dari pundaknya.
"Kalian berdua apaan sih, masih pagi," kesal Felix. Mereka langsung mencari sesuatu di tas Felix.
"Gue cuma mau cocokin aja, jawaban lo sama gue sama atau nggak," elak Devon. Ia mengambil buku dan juga pulpen milik Felix, ia juga langsung menulis jawaban yang sama seperti milik Felix.
Felix memutar bola matanya dan duduk disebelah Bondan. Lelaki itu pun ikut menulis jawaban milik Felix dengan cepat.
"Kalian nggak ada niatan untuk ngerjain tugas sendiri kah?" tanya Felix, ia masih kesal atas perbuatan mereka dipagi harinya yang cerah ini.
"Niat Fel, tapi semalem gue pulang malem banget. Tuh si Bondan, malah kencan buta sama anak sekolah sebelah," ujar Devon.
Bondan yang dituduh dan tidak terima langsung menoyor kepala Devon. "Enak aja. Lo juga anjir!"
Felix menggeleng dan memilih untuk menenggelamkan wajahnya di meja dengan tangan sebagai tumpuan. Ia memejamkan matanya, membiarkan teman-temannya asik mencontek jawabannya. Sekarang ia hanya ingin tidur. Semalam ia tidur hampir jam 3 pagi dan bangun jam 5 subuh. Ia hanya tidur dua jam dan sekarang ia benar-benar mengantuk.
"Fel?"
Felix menghela napas. Baru saja ia hendak tidur, sudah ada gangguan. Felix mengangkat kepalanya dan melihat Fani yang tengah tersenyum padanya.
"Kenapa, Fan?" tanya Felix datar.
Fani masih tetap tersenyum. "Lo udah sarapan belum?" tanyanya.
Felix menegakkan tubuhnya. "Fan, gue nggak bisa makan sembarangan."
"Gue tau," sambung Fani. "Makanya ini gue masak sendiri. Gue pake bahan-bahan premium kok. Gue tau kalo lo suka makan di kantin. Di kantin kan juga sembarangan, buktinya lo bisa makan? Masa masakan gue, lo nggak bisa makan."
Devon yang sedari tadi sibuk menulis akhirnya menoleh kearah Fani. Sudah hampir satu bulan gadis itu tidak masuk sekolah. Tapi sekalinya masuk, ia kembali berulah.
Devon tau jika Fani menyukai Felix sejak kelas 10, namun Felix terus menerus menolak. Tapi sekuat apapun Felix menolak, Fani semakin mendekat kearahnya.
"Fan, udahlah, Felix tuh nggak suka diganggu, apalagi sama cewek kayak lo. Felix ngantuk mau tidur," sarkas Devon, ia kembali menulis setelah berbicara itu pada Fani.
"Gue--"
Kala menarik lengan Fani untuk sedikit menjauh dari Felix. "Fan, lo nggak malu? Lo baru aja masuk sekolah. Jangan ganggu Felix lah, kasihan. Lo nggak liat dia keliatan ngantuk?" Kala melirik kearah Felix yang tengah tersenyum tipis kepadanya. Kala ikut tersenyum sebelum akhirnya kembali menatap Fani.
Kala tau jika Felix mungkin sangat lelah pagi ini. Kala memang satu tempat les dengan Felix. Kala melihat semalam Felix pulang larut. Kala tidak sengaja melihatnya, karena kebetulan bukunya tertinggal, jadi ia harus kembali ke tempat les dan melihat Felix. Kala hendak menyapa, namun Felix sudah lebih dahulu masuk kedalam mobilnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
PATH OF DESTINY
Roman pour Adolescents[Spin Off My Future Story] 🥀🥀 "Kenapa harus aku orangnya?" "Karena itu kamu, Felix." "Apa nggak ada pilihan?" "Ada, ikuti takdir atau menyerah." Felix Hardhan Angkasa namanya, seorang putra sulung dari keluarga ternama. Laki-laki yang memiliki seg...