"Saya pikir entah bagaimana, kita belajar siapa diri kita sebenarnya dan kemudian hidup dengan keputusan itu." - Eleanor Roosevelt
___________🥀🥀
Yura mengetuk pintu ruangan Ben, ia melirik kearah Tasya yang tengah menunggu seseorang dari dalam sana membuka pintu. Yura bisa saja masuk tanpa mengetuk pintu, namun disini ada Tasya yang notabenya bukan keluarga. Jadi, Yura takut mengganggu privasi Ben.
Sella membukakan pintu saat ia mendengar ketukan pintu. Yura tersenyum saat melihat Sella tersenyum hangat padanya.
"Yura? Kamu disini? Mau jenguk Ben, ya? Tapi katanya kamu abis jatuh dari motor. Kamu baik-baik aja?" tanya Sella bertubi-tubi. Yura terkekeh dan menggeleng, ia menyalami Sella dan menepuk telapak tangan Sella dengan lembut.
"Yura baik-baik aja, Tante. Tante nggak usah khawatir. Im strong, you know it," ujar Yura berusaha meyakinkan Sella.
Sella terkekeh dan mengusap lembut rambut Yura. Namun, matanya teralihkan karena ada seorang gadis disamping Yura.
"Eh, kamu kesini bawa temen? Maaf Tante nggak lihat," ucap Sella ramah.
Tasya tersenyum dan menundukkan wajahnya sekilas dan mengangkat kembali. "Tasya, Tante," ujar Tasya memperkenalkan diri.
"Kamu cantik sekali," ucap Sella tulus. "Ayo masuk, Ben lagi istirahat. Tapi dia udah bangun kayaknya. Ayo ayo," ajak Sella.
Yura dan Tasya mengangguk bersamaan kemudian masuk kedalam. Mereka bisa melihat Ben, Elang dan juga Felix yang tengah menatapnya.
Dan untuk pertama kalinya, Tasya percaya jika Felix adalah saudara Ben. Karena pada awalnya, Tasya tak percaya jika Felix adalah saudara kandung Ben. Sifatnya jauh berbeda, itu first impression Tasya pada Felix.
"Tasya? Yura?" panggil Ben.
Tasya menoleh, mengalihkan pandangannya dari Felix. Ia tersenyum dan mendekat kearah Ben, meletakkan parsel buah, dan mengusap bahu Ben.
"Lo udah better, Ben?" tanya Tasya.
Ben mengangguk. "Gue nggak papa, lebih better juga. By the way, thanks ya Sya. Lo udah panggilin Felix dan akhirnya Felix bisa nolong gue," kata Ben.
Tasya mengangguk dan tersenyum. "Sama-sama. Lo juga udah baik sama gue sebagai ketua kelas. Masa gue nggak bantuin lo sama sekali, apalagi kemaren lo sakit. Siapapun yang liat lo kayak tadi, pasti nolongin kok."
Elang yang mendengarkan pembicaraan keduanya akhirnya bangkit. Ia mendekati Tasya dan tersenyum ramah pada gadis itu.
"Terimakasih banyak ya, Tasya. Kamu udah bantu Ben. Secara nggak langsung, kamu juga udah nyelamatin nyawa anak saya."
Tasya tertegun. Ia melihat wajah Elang dengan sangat detail. Jantungnya berdegup sangat kencang. Tidak, ia tidak jatuh cinta, tetapi ada perasaan aneh dalam dirinya saat pertama melihat Elang.
Tasya tersenyum dan kembali mengangguk. "Sama-sama, Om."
Kali ini Sella yang mendekat, ia mengusap lembut rambut Tasya sembari tersenyum. "Kamu anak baru, ya? Ben pernah cerita tentang kamu. Terimakasih ya."
KAMU SEDANG MEMBACA
PATH OF DESTINY
Teen Fiction[Spin Off My Future Story] 🥀🥀 "Kenapa harus aku orangnya?" "Karena itu kamu, Felix." "Apa nggak ada pilihan?" "Ada, ikuti takdir atau menyerah." Felix Hardhan Angkasa namanya, seorang putra sulung dari keluarga ternama. Laki-laki yang memiliki seg...