1 | HIM/HER🥀

2.5K 212 9
                                    

Menjalani hari dengan bahagia adalah sebuah impian semua orang. Untuk itu, berbahagialah. Tidak hanya untuk dirimu sendiri, melainkan juga untuk orang yang menginginkan kamu bahagia.

🥀🥀
______

Seseorang menuruni anak tangga dengan sangat cepat. Langkah kakinya begitu jenjang, ketukannya yang cepat menandakan bahwa ia sedang terburu-buru.

"Pagi, Bunda," sapa Felix.

"Pagi, Bang. Kamu buru-buru banget, pelan-pelan," tegur sang Bunda saat melihat Felix yang memakan roti sembari berdiri.

Felix menggeleng. "Abang udah telat, Bun. Abang duluan, ya," pamit Felix, ia menyalami sang Bunda dan keluar dari rumahnya. Tak lupa ia juga mengucapkan salam sebelum keluar rumah.

"Ayah, Abang berangkat dulu," sapa Felix pada sang Ayah, ia menyalami sang Ayah yang tengah duduk santai didepan rumah.

"Jangan berlarian di dalam rumah, Felix. Sudah berapa kali Ayah bilang," ujar sang Ayah melihat kelakukan putra sulungnya.

Felix menangkupkan kedua tangannya sebagai permintaan maaf. Ia menaiki motor dan menggunakan helmnya. Tanpa basa-basi lagi, ia langsung menancap gas dan keluar dari perkarangan rumahnya.

Berselang dua puluh menit, Felix sampai di perkarangan sekolahnya dan memarkirkan motor kesayangannya.

Tanpa berpikir panjang, ia langsung berlarian ke koridor sekolah. Sudah menjadi kebiasaan jika anak-anak dikoridor terus menerus menggosipinya setiap pagi. Entah apa yang mereka gosipkan, Felix sama sekali tak ingin mendengarnya. Karena pasti mereka menggosipi wajahnya yang sangat tampan.

Karena memang kenyataannya ia sudah tampan sejak lahir.

Felix menuju perpustakaan dan langsung masuk tanpa ada perintah, ia mengeluarkan bukunya dan memencet tombol berwarna merah. Ia melihat kearah monitor yang ada di depannya.

"07:30 pas!" seru Felix.

Seorang wanita paruh baya keluar sesaat Felix menekan tombol itu, ia tersenyum penuh arti dan duduk di kursi petugas.

"Hari ini nggak telat lagi, ya? Takut di denda pasti," ujarnya. Ia mengambil buku yang ada di tangan Felix dan men-scannya dengan alat khusus.

Felix mengatur napasnya dan mengangguk.

"Kali ini saya nggak telat, Bu. Jadi, saya boleh kan minjem buku lebih dari 3?" tawar Felix.

Bu Nana, pustakawan yang bekerja di bagian perpustakaan sekolah pun mengangguk.

"Iya, boleh. Karena hari ini kamu nggak lalai dan tepat waktu mengembalikan buku. Lain kali, kalo kamu yang pinjam, jangan suruh Ben yang balikan, tanda tangan kalian beda walaupun kalian saudara kandung," ujar Bu Nana.

Felix terkekeh dan mengangguk. "Iya, Bu. Terimakasih ya, nanti saya balik lagi pas jam istirahat."

Felix melambaikan tangannya dan keluar dari perpustakaan, ia sempat terkejut saat melihat Ben berada di ambang pintu perpustakaan.

"Oh, udah dateng, Bang?" tanya Ben.

Felix menatap Ben tajam. "Kenapa nggak bangunin gue pas gue tidur lagi habis shubuhan?" tanya Felix.

Ben mengangkat kedua bahunya. "Lo budeg, Bang. Gue males. Lagian, Ciara udah bangunin lo tadi pagi sebelum dia berangkat sekolah. Tapi lo cuma ham hem ham hem," protes Ben.

"Terus, kenapa lo berangkat duluan?"

"Gue bareng Cia, Cia nggak dianter Ayah hari ini. Ayah mau ke Bandung, makanya santai kan tadi dirumah. Lo nggak liat?" tanya Ben.

PATH OF DESTINYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang