5. Kebelet kawin?

1.4K 109 16
                                    


"Kamu yang ingin menikah, kenapa aku seakan dilema?"
-Alma-



"Katanya tadi malam Gus Ilham udah lamaran." Mendengar ucapan Khanza barusan, sontak membuat Aku dan para Mbak-mbak Santri lainnya terkejut.

"Eleh-eleh, jangan asal ceplos atuh Za. Darimana kamu tau kalau Si Gus udah lamaran?" tanya Siti pada Khanza.

Khanza terlihat celingak-celinguk, seperti mencari-cari seseorang. "Duh, Ning Fatimah dimana sih? Perasaan tadi disini. Tapi aku nddak bohong kok, wong Adiknya sendiri yang bilang," terang Khanza.

Kami yang berada di situ kompak ber 'oh ria. Kemudian, kembali terfokus pada nampan yang masih berisikan kerupuk. Sendari tadi, kami memang tengah melahap makan malam berjamaah, sebelum nantinya akan kembali menyerap pelajaran Nahwu, sorof. Hari ini memang tak ada pelajaran si Ustaz Galak, karena beliau pemegang mapel Fiqih dan Bahasa Arab. Sehari tak berjumpa, berasa ada yang kurang, walaupun Beliau terkenal dengan julukan galak dari Para Santri lainnya dan julukan nyebelin dariku, Pria itu terlihat sedikit berbeda.

Oh ya, sudah lima bulan lamanya nyantri, ternyata begitu asik. Suasana kekeluargaan yang terjalin, seolah bisa menghapus rindu dengan keluarga. Jangan heran dengan gaya bahasaku sekarang, karena yang tadinya sempat menggunakan kata gue-lo, terpaksa diganti menjadi aku-kamu. Ini semua, karena keseringan di takzir oleh Ustadz galak, aku sungguh bosan bila setiap harinya harus berendam dalam empang.

"Wallahu a' lamu bi soab, wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarokatuh." Aku terkejut kala mendengar Kang Arman yang telah menutup, mata pelajarannya.

Para Mbak Santri telah siap mengemasi kitab-kitab di atas meja. Kenyataannya itu hanyalah sebuah prank belaka, Kang Arman dengan sengaja berucap seolah-olah ia akan mengakhiri mata pelajarannya, karena melihat banyaknya para Santri yang kurang fokus. "Ana baru saja datang lima belas menit yang lalu, tetapi tak ada seorang pun Santri yang hendak menyimak penjelasan Ana sendari tadi. Kalian sudah tau 'kan jika pelajaran Nahwu dan sorof, itu masuk ke otak, jika tidak di simak?Sampai kalian ketinggalan dengan materi ini, bisa-bisa materi selanjutnya, kemungkinan besar kalian tidak akan paham."

Di luar dugaan, ternyata Kang Arman sendari tadi, memperhatikan gelagat para Santrinya. Kami hanya diam, tak berani membalas ucapan beliau. "Apa yang sebenarnya mengganggu pikiran kalian semua? Jujur?" Nada bicaranya sedikit memaksa.

"Jujur, Ana lagi galau Kang. Seorang calon suami yang selama ini Namanya selalu ana langitkan, justru tadi malam telah mengkhitbah wanita lain." Shireen, gadis yang duduk di depanku inilah yang tengah berbicara sekarang. Kang Arman terlihat mengerutkan dahi. "Gus Ilham?" tebak Beliau.

"Na'am. Jadi benar Ustaz Ilham udah lamaran?" tanya Shireen sedikit memastikan.

Kang Arman terlihat mengangguk. "Tadi malam, beliau memang sudah melamar Ning Sofia, putri bungsu Kiyai Hasyim dan Bu Nyai Asiah," jelas Beliau.

Jantungku berdetak lebih kencang dari biasanya, dengan napas naik turun. Bukan karena baper, tetapi ... sudahlah, begitu sulit untuk dijabarkan. Apa aku sedang cemburu? Tetapi percayalah, ini hanya akan bersifat sementara.

"Sudah-sudah, dari pada kalian semua Gegana, lebih baik kita kembali ke pelajaran. Kalian taukan, kalau pelajaran ini sudah kita ulangi berulangkali? Siapa yang selalu merengek? Ya, kalian!" Kang Arman menyindir, pasalnya jam pelajaran Beliau harus dihabiskan dengan membahas lamaran sang Gus.

"Fi'il madhori' yakni fi'il, yang menunjukkan masa sekarang dan masa yang akan datang. Sedang pengertian dari Fi'il madhi, adalah fi'il yang menunjukkan masa yang telah lampau," terang Beliau.

Tiba-tiba, Kang Arman beranjak dari tempat duduknya. "Teruntuk Mbak-mbak Santri rohima humullah ... aku tak ingin mencintai kalian seperti fi'il madhi, tetapi aku ingin mencintai kalian bak fi'il madhori'. Kenapa ... karena jika aku mencintai kalian seperti fi'il madhi, nanti malah dibilang Ustaz gagal move-on, mending aku mencintai kalian seperti fi'il madhori', yang berlaku di masa sekarang dan masa yang akan datang. Tetapi ... yang Akang pilih teh cuma salah satu di antara kalian, ya 'kan takut nggak bisa adil." Sontak, kami para Mbak Santri tertawa puas, lantaran mendengar gombalan dan pengakuan dari Kang Arman barusan.

"Ampun Bang Jago ... sorry Bang Jago.
Ampun Bang Jago ... tew-tew-tew ...."
Shireen malah bernyanyi lagu ala anak Tik-tok-er, padahal tadi gadis itu tengah gegana lantaran Ustaz galak yang telah melamar wanita lain.

•||•

Rintik hujan kembali kami rasakan pada pagi hari ini, enggan rasanya untuk bangkit dari kasur, bahkan untuk menunaikan shalat subuh sekali pun. Astaghfirullah hal'azim ... Santri Oleng. Padahal hari ini ada setoran Nadhoman sama Si Ustaz galak.

"Bangun Al, awas ... nanti malah kena takzir lagi. Lumayan kan, kalau sampean di rendam lagi di empang. Bisa-bisa beku nanti, mana udaranya dingin banget." Mendengar ucapan Mbak Fifi barusan, aku langsung bangkit dari kasur dan bergegas menuju kamar mandi, sedang ia tengah sibuk memasang mukena.

Ternyata antrian masih begitu panjang, mengingat kamar mandi disini hanya tersedia tiga. Mau tak mau aku tak ikut menunaikan ibadah shalat subuh berjamaah di masjid. Duh, siap-siap saja kamu di takzir kalau begini.

"Tadi kenapa nggak ikut jama'ah? Mentang-mentang Seksi keamanan."

'Deg'

Benar ucapan Mbak Fifi tadi, sekarang aku tengah di takzir oleh Ustadz galak. Memang tak disuruh nyebur ke empang, melainkan di mintai membaca Nadhom Ala-ala di depan asrama Santri putra. Bukan masalah tak hafal Nadhomnya, tetapi mengingat harus melantunkannya di depan mereka semua. Pastinya 'kan harus siap menanggung malu.

Ada berbagai macam ekspresi yang diperlihatkan oleh mereka, ada yang nyengir, ada yang senggol kanan senggol kiri, bahkan ada pula yang setia menundukkan pandangan.

"Alala tanalul 'il, ma Illa bisittati ...." Begitulah lalaran Nadhom alala yang aku lantunkan di depan mereka. Dengan perasaan malu sembari menunduk.

Detik Selanjutnya, dapat aku dengar tawa dari Pria di sampingku. Busyet ... bahkan malunya sampai ke ubun-ubun. Awas aja kau Ustaz galak, mentang-mentang udah kebelet kawin.

Next?
Kritik dan saran?

Rabu, 19 Mei 2021

Santriwati Tomboy VS Ustaz Galak (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang