"Dalam konsep ilmu Matematika ada yang yang namanya Limit tak hingga, sedangkan dalam kamus cinta, ada yang namanya cinta karena Lillahita'ala." ~Aks Jingga.~
Orang bilang kalau sudah tau cinta, maka seseorang tak akan pernah menemui titik salah dari sosok yang ia cintai, seolah-olah dia begitu sempurna, tak ingin di bantah. Cinta membutakan mata orang lain, semuanya dia lakukan karena candu itu tadi. Pernah kau temukan Gula yang pahit? Atau asam yang terasa manis? Tentu saya tidak.
Semua akan kembali pada posisi awalnya, namun siapa sangka cinta yang manis dapat membuat seorang itu trauma? Begitulah sosok Gus Ilham, yang takut untuk mencintai karena takut hanya di permainkan lagi. Seolah lolipop yang tak pernah basi, tapi cinta bisa berujung pahit. Ingin mengiba tapi mungkin itu adalah jalan takdir beliau, harus menempuh lika liku yang panjang untuk di pertemukan dengan sosok cinta sejatinya.
Ning Fatimah menjadi contoh, kini telah di pinang lebih dahulu oleh Gus Ali. Ya, adiknya lebih dahulu ingin di persunting oleh sang pujaan hati, sedang sang kakak tengah menunggu sang permaisuri. Acara lamaran itu memang cukup mewah, mungkin karena Ning Fatimah adalah putri satu-satunya di antara kedua saudaranya tersebut. Pria jangkung itu berjalan dengan senyum menaiki pelaminan yang telah di dekorasi sebagus mungkin, walaupun hanya acara pertunangan, tapi sudah serasa seperti acara resepsian, bedanya kedua insan itu belum bisa bersentuh tangan.
Senyum tak pernah lepas dari wajah cantik milik Ning Fatimah, 'ku akui gadis itu memang sudah cantik bahkan tanpa hiasan make up sedikitpun, namun ketika di poleskan berhasil membuat kami pangling. "Gus Ilham nddak masalah ni di tikung Adiknya deluan? Apa yang lamaran deluan Ning Fatimah, trus yang akad nya malah keduluan Gusnya?" Kyai Hasan terlihat menggoda Gus Ilham, Pria galak itu terlihat sedikit salah tingkah.
"Nggak masalah siapapun yang mau deluan Bah, asal srek aja di hati."
Seluruh ruangan tertawa setelah mendengar jawaban dari beliau, jarang-jarang sekali Gus Ilham jadi korban buly-an. "Kalau sudah bertemu yang srek dihati, boyo langsung dilamar to Gus." Lagi-lagi Gus Ilham kembali salting, entah siapa wanita yang berhasil membuat Pria itu menurunkan harga dirinya, bahkan tiap harinya pria itu mempunyai hobi marah-marah. "Sudah bertemu, tapi tunggu sesi yang tepat."
Ya salam, bergurau dengan Gus Ilham tentang masalah hati memang tiada ujungnya, lagian kenapa tidak langsung di pinang saja, agar wanita itu tidak keduluan di pinang pria lain. Nanti giliran sudah menjadi milik orang lain, langsung keluar qoute-nya, 'Yang baik dimataku, belum tentu yang terbaik dimata Allah." dengan hesteg jodoh masih nyangkut.
Receh memang, kenapa sepulang mendaki beliau malah sedikit bucin? Atau jangan-jangan kerasukan hantu bucin?
Tatapanku dan Gus Ilham tak sengaja berujung temu, sialnya kenapa aku malah salah tingkah. Ya Rabb kalau bisa tenggelamkan saja lelaki ini? Berpose sedikit songong memang, sok-sok merapikan kopiah padahal masih rapi. Image nya sedikit hancur ketika pria itu tersenyum, ya walaupun sedikit menggoda.
Disatu sisi Aku tersenyum ke arah kang Fatih yang tak jauh jaraknya dari Gus Ilham, pemuda itu semakin tampan ketika mengenakan koko putih dan salung bercorak batik. Lelaki jawa tulen itu memang banyak di idam-idamkan kaum Hawa, termasuk juga aku. "Mata wanita itu lebih tajam dari silet, sekali tatap bisa membuat terpikat. Awas, nanti salah sasaran." 'Ku tatap Siti dengan tatapan aneh. "Bisa tidak, sehari saja biarkan aku bahagia. Jangan ganggu, karena pemandangan itu tidak boleh di lewatkan."
"Hati-hati terhadapnya, air yang tenang aja bisa buat tenggelam. Siapa tau dia kelihatannya baik, ternyata sifatnya serupa dengan bunglon."
"Iya iya, tapi aku cocok kan kalau sama Dia?"
"Ya salam, Fatih itu kembaran Gus Ilham yang ke seratus Al, ya masih cocok sama kamu Gus Ilham."
Karena kesal tanpa sadar aku sedikit berteriak. "Aku tidak suka Gus Ilham, tapi sukanya Kang Fatih."
Mbak Ayumi tiba-tiba menyorotku dengan tatapan tajam, apakah gadis itu juga ada menyimpan rasa terhadap kang Fatih?
•••|||•••
Mengaji malam ini terasa cukup Khitmat, apalagi pelajaran yang di pelajari cukup mudah. Gus Ilham membahas tuntas mengenai mata pelajaran Fikih Bab Harta warisan, walaupun agak rumit menghitung pada saat pembagian harta warisannya, tapi hal ini cukup mudah ketika Gus Ilham mampu mengolah dengan kata lebih sederhana.
"Masih marah dengan saya?" Tanya beliau kala kami tak sengaja bersamaan hendak keluar dari kelas.
"Siapa yang bilang? Souzon!"
"Buktinya sekarang ngegas pol ngomongnya."
"Suka suka saya. Ustadz mending pergi saja sana deluan."
Dia hanya menghela napas kasar. "Jangan terlalu dekat dengan lelaki itu, nanti patah hati nangis," nasehatnya yang masih enggan meningalkanku.
"Kang Fatih?" Pertanyaanku hanya di balas kedipan sekali olehnya. "Dia lelaki baik kok, soleh, pintar ngaji, kalau azan suaranya bagus, vocalis hadroh, punya tanggung jawab yang tinggi, pokoknya dia sempurna."
"Kalau saya?"
"Kalau Ustadz itu agak lain, sulit memang menemukan laki-laki seperti Ustadz."
"Tentu sudah saya duga, and syukron."
"Afwan Ustadz Afwan. Lantas Ustadz itu nyebelin, galak, tukang takzir handal dan tingkat pede-nya itu lebih tinggi." Penilaianku ternyata berhasil membuat sosoknya mangut-mangut. "Dan jangan lupa, saya ini tampan."
Mataku lantas melebar setelah mendengar ucapannya, sudah umur jelang Kerala tiga juga, masa masih mau di bilang tampan?
"Iya, iya iya, Ustadz Ilham memang tampan."
"Tentu."
"Kalau di lihat dengan mata tertutup sebelah."
Ya Rabb, kenapa lelaki di hadapanku ini tidak marah-marah? Dan malah larut dalam percakapan receh kami.
"Tapi saya serius Al."
"Saya juga lebih serius, Ustadz tampan."
"Bukan itu. Tapi alangkah baiknya jangan terlalu dekat dengan Fatih."
Tak ingin menganggap ucapannya serius, lantas aku hanya membercandainya. "Ustadz cemburu ya?"
"Idih, ge'er."
"Makanya jangan suruh saya untuk berhenti mencintainya."
"Cinta kamu akan sia-sia jika dia hanya mengajakmu bercanda ria."
Sang putra kyai itu langsung beranjak pergi setelah mengatakan itu. Tadi, Siti bilang hati-hati, Gus Ilham juga bilang hal yang sama. Memang sebenarnya Kang Fatih kenapa?
KAMU SEDANG MEMBACA
Santriwati Tomboy VS Ustaz Galak (On Going)
RomanceDimana cinta harus di mulai, pada pertemuan pertama kali di gerbang Penjara suci. Pertemuan seorang Gadis Tomboy, dengan seorang Ustaz muda yang menjiwai sifat galaknya itu. Cemburu tak karuan saat mengetahui Sang Ustaz galak telah menghitbah gadis...