10. Santriwati tomboy VS Gus Galak

1.1K 83 18
                                    

"Ustaz Ilham, kok makin hari makin ganteng aja sih? Alma boleh jatuh cinta nggak?"

Ucapanku seketika menghentikan langkah sang Guru yang baru saja hendak pergi, meninggalkan teras masjid. Beliau melayangkan dengan tatapan tajam, tapi bukan Alma namanya jika nyalinya langsung menciut saat memandang wajah tampan milik beliau. "Ustaz, jangan galak-galak dong kali ini aja bantuin Alma, biar di traktir Ajeng seblak gitu."

"Apa? Anti menghargai saya seharga seblak yang per-porsinya hanya lima belas ribu?"

Pemuda itu terlihat tak terima, bahkan beliau berjalan menuju ke arahku. "Mau seblak?"

"Mau!"

"Mau di takzir (hukum)?"

Aku menggeleng kuat, lalu mundur beberapa langkah."Baru aja tadi Alma bilang jangan galak-galak, ih masa iya udah galak aja?! Ustaz ganteng jangan marah-marah dong."

Karena uang jajanku mulai menipis, mau tak mau aku harus menerima tantangan dari Ajeng, karena katanya jika aku berhasil menerima tantangan ini Gadis itu akan membelikanku seporsi seblak. Salah satu tantangan yang harus 'ku terima, yakni menggoda si Gus galak tersebut. Tadinya 'ku pikir singa itu mulai jinak, tapi tampaknya telisirku salah, Ustaz Ilham ternyata telah berdiri tegak dihadapanku,dengan kedua tangan yang menyilang di dada. Lagi-lagi aku hanya bisa mundur, namun Ustaz galak malah maju.

"Tadz, boleh mundur dikit nggak?"

"Kenapa, kamu takut?"

Sontak aku menggeleng kuat."Nggak gitu juga konsepnya."

"Trus?" Alisnya terangkat sebelah, seolah tak sabar menunggu jawaban dariku.

"Soalnya gantengnya kelewatan!"

Aku berlari menuju Asrama, setelah lancang berucap demikian. Demi apapun, aku nggak mau deh berulah lagi, siap-siap aja di jemur di lapangan atau malah di rendam di Empang. Ini semua karena Mama yang telat kirim uang jajan mingguan, akhirnya Si anak mau makan pun harus negosiasi dulu sama Mbak Santri lain untuk pinjam uang, eh yang mau minjamin uang pun harus pake tantangan, mana di tambah bakal di traktir seblak lagi.

•||•

"Gila kamu Al, bisa-bisa Gus Ilham jatuh cinta beneran tuh kalau di godain terus," celetuk Ajeng, setelah menerima pesanan yang di request olehnya. Disinilah kami, minta izin keluar Pondok hanya demi makan semangkok seblak yang begitu menggoda hati.

"Bersyukur padamu ya Allah ... andai nih ya, kalaupun si Ustaz galak betulan jatuh cinta, aku malah terima aja."

"Eh,mimpimu itu loh Al,Mbak Nisa aja ya yang udah lama mepet Gus muda tau-taunya lah nggak di lirik sama sekali. Hatinya juga potek karena si Gus mau akad," ucap Siti.

"Aku cuma bercanda Sit, siapa juga yang betulan suka sama Gus Ilham? Bisa perang dunia kedua tiap menit kita berdua!"

Kami berdua tertawa renyah, tapi sebelum namaku di panggil menggunakan pengeras oleh pengurus, yang katanya Mamaku datang untuk kunjungan. Ah, tentunya aku sangat bahagia, ketika uang jajanku habis, Mamaku datang dengan tepat waktu. Bergegas aku pergi ke suatu tempat yang memang sudah disediakan untuk para wali santri menjenguk. Pelukan ini yang berhasil membuatku rindu, padahal belum lama liburan pondok sudah berlangsung.

Aku langsung menanyakan dimana sosok papaku, tumben sekali wanita paruh baya itu pergi sendiri menjengukku disini. "Papamu masih ada urusan di luar kota sayang. Jadi, mama sendiri ke sini."

Setelah lama melepas rindu dengan orang tuaku, akhirnya aku pun memutuskan diri untuk segala pergi ke asrama, sambil membawakan dua buah paper bag yang isinya berupa makanan ringan yang dibawakan khusus oleh Mamaku. "Alma Nurul Hidayah!"

Masih terus melangkah sebelum akhirnya aku berhenti karena namaku di panggil untuk yang kesekian kalinya. "Ustaz---Ilham?"

"Temui saya di masjid sebelum azan magrib berkumandang, atau ... siap kena takzir keliling lapangan sepuluh kali."

•||•

"

Alam nasroh la kasodroh, Wawa dho' na, ang kawizrok ...."

Sialan memang Ustaz Ilham, hari ini aku kembali dibuat malu karena harus melantunkan ayat suci Alquran dari surah waddhuha ke bawah, bahkan aku sampai tak berani menjeda hapalan, karena tangan Ustaz Ilham sudah siap memegang rotan. "Baca yang serius atau mau saya pukul?" Begitulah ancaman yang diberikan olehnya.

"Udah dong Ustaz, masa mau murojaah surah Yasin?" Aku memasang wajah memelas agar sang Ustaz merasa iba. "Janji tidak akan mengulanginya lagi?" tanyanya sambil menatapku tajam.

"Ih, kan Ustaz yang ajarin kalau kita itu nggak boleh janji, nanti kalau ingkar dosa jatuhnya," balasku dengan enteng. Teras masjid yang memang sendari tadi dipenuhi oleh beberapa deretan santri, akhirnya mendadak riuh sekejap. Dimana salahku? Bukannya kita harus menyampaikan suatu hal yang jujur?

Tampak jelas, wajah tampan milik Ustaz Ilham berubah menjadi merah padam. "Iya Ustaz saya nggak akan mengulanginya lagi. Karena apa? Karena Ustaz Ilham selalu mengatakan hal yang benar dan Alma selalu salah."

Sang guru muda menyunggingkan senyum, walaupun tak terlalu terlihat jelas, tapi ini merupakan suatu momen yang langka. Usut punya usut, katanya aku adalah santriwati pertama yang selalu menjadi buronan oleh Gus muda itu, di tambah lagi sikapnya yang banyak bicara ketika bersamaku membuat para santriwati lainnya tercengang. Rekor pertama mendapatkan sebuah predikat yang menurutnya aku adalah seorang santri tomboy nan unik, hanya diriku yang bisa mendapatkan, karena Gus Ilham sebelumnya terkesan acuh dan hanya mementingkan urusannya sendiri.

"Mas, sudah di tunggu di rumah." Ning Fatimah datang dengan napas yang kelihatannya masih ngos-ngosan, sepertinya sang putri Kyai itu berlari demi mencari keberadaan sang Kakaknya yang galak bin nyebelin ini.

"Ada apa?"

"Sampean di cari Kyai Muntaha, katanya ada hal penting yang harus dibicarakan."

Akhirnya pemuda itu setuju mengikuti langkah sang Adik, namun sebelum pergi beliau terlebih dahulu menatap ke arahku. "Hapalkan surah Al-waqiah, ba'da subuh setoran ke saya."

Mampus! Baru saja berbahagia karena ntu orang akhirnya pergi dari sini, harus menghapalkan surah panjang lagi aku?

"Ekhem, semangat ya cantik!" Fatih, ya dia adalah pemuda yang waktu hari pertama sempat berpapasan denganku, wajahnya yang begitu manis sedikit membuatku tak mampu mengalihkan pandangan. "Modus sampean Kang! Ayo Al, mending bantu saya buatkan kopi, assalamualaikum ...."

Ning Fatimah kemudian menarik tanganku paksa, agar ikut bersamanya. "Fatih itu emang playboy kelas kodok Al, jangan kemakan sama gombalannya," peringat Ning Fatimah saat kami berjalan beriringan menuju ndalem.

"Ciee, Ning Fatimah pernah ya di rayu?"

"Bahkan hampir semua santriwati Al."

Ah, mau playboy atau tidak dia lebih menggoda dari pada Gus Ilham yang lengendanya hampir menempuh kepala tiga. Kang Fatih, aku padamu!

 Kang Fatih, aku padamu!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Santriwati Tomboy VS Ustaz Galak (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang