Senjak malam itu, Yura hanya melamun memandang keluar jendela ... memang apa yang ia pandang? Matanya saja tidak bisa melihat apapun, Hanya ada warna hitam di penglihatannya.
Jin memandang pilu ke arah wajah Yura yang begitu murung. Ia melepas sepatunya dan berjalan hati-hati untuk berdiri di samping gadis yang hanya diam termenung.
Wajah cantik nampak layu saat air mata itu terus turun dari pelupuk matanya, "Kamu menangis lagi, Ra," batin Jin tersayat tidak tega melihat layu wajah Yura. Ia mengangkat tangannya ingin mengusap air matanya yang terus mengalir perlahan.
'Brukkk'
Yura menjatuhkan tubuhnya kelantai yang dingin, tatapan mata kosong dengan isakan yang semakin kencang, "Akhh!" raung Yura.
'Hikss'
Isak Yura meringkuk dan membenam kan wajah ke pahanya. "Kamu jahat Yoongi-ah, kamu jahat sama aku!" Yura sambil terisak memukul tubuhnya sendiri.
Jin hanya diam, dia tidak mampu menengkan nya. "Apa yang harus aku lakukan?"
Jin mengenggam tangan gadisnya yang kini terasa begitu dingin. "Ra, aku mohon berhentilah menangis."
Yura terdiam dan segera melepas genggaman itu kasar. "Sedang apa bapa di sini?"
"Masa depan kamu itu masih panjang Ra, jangan begini dan aku janji, aku akan menjagain kamu Sampai kamu sembuh."
Yura hanya diam tanpa mangangkat kepalanya.
"Ra, di sini dingin, aku tutup jendelanya yah ... ayo bangun." Jin membangunkan tubuh Yura yang sudah dingin.
"Menyedihkan sekali bukan. Pasti kamu kasihan ngeliat aku begini, iyakan?" sela Yura menyulut pembicaraan.
"Nggak, kok," balas Jin tersenyum lega saat Yura sudah mau berbicara.
"Aku sangat membencimu, tapi kenapa kamu selalu ada dan menolongku. Pak, aku tidak pantas mendapatkan pertolongan itu."
"Kamu pantas Yura. Karena kamu adalah gadis yang baik," balas Jin. Sesampainya di kamar ia membaringkan tubuh Yura perlahan, "Tidurlah, aku akan menunggumu sampai kamu tertidur," katanya melepas genggaman nya dari tangan Yura.
Yura hanya diam dan memalingkan tubuhnya membelakangi Jin, Jin berdiri berjalan dan duduk di meja belajar Yura. "Aku tau kamu tidak tidur Yura, aku tau kamu berbohong dan kamu menangis lagi, iya kan?"
Tangan Jin ingin sekali menyentuh dan mengusap air mata itu. "Asst." decak Jin berjalan menjauhi Yura keluar kamar karena ia tidak berani menyentuh walau itu hanya sekedar wajah.
Jin kini memandang langit malam yang begitu gelap tanpa kerlap kerlip bintang 'Begitu dingin.'
Tepukan bahu menyadarkan Jin dari lamunan nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Muridku Yadonger
De TodoNC 21+!! 👆🔞🚫 BERBIJAKLAH DALAM MEMILIH BACAAN (TIDAK UNTUK DI CONTOH KAUM BALITA ATAU REMAJA) Vote dulu, baru coment. dukungan kalian berpengaruh untuk kelanjutan cerita!