13

4 1 0
                                    

"Mengapa Tuhan pertemukan
Kita yang tak mungkin menyatu
Aku yang tlah terikat janji
Engkau pun begitu

Ku tahu kau bukan untukku
Mustahil ku hidup denganmu
Satu hal yang harus kau tau
Ku mencintaimu
Ku mencintaimu" dentuman musik yang membuat lamunan Bima semakin dalam.

"Hooouuoooooo"tepat teriak sandy di telinga Bima membuyarkan lamunannya.

"Ck" decak bima.
"Lamun aee, sadboy"
"Liriknya dalem banget.." jawab Bima
"Orang nanya apa jawab apa. Udah kalo misalkan dia jodoh engga bakal kemana, kalo belum bisa bersama pasti suatu saat takdir memihak, mungkin sekarang lo harus merelakan dulu. Laras pasti baik-baik aja tenang, dia ada yang jagain pasti tapi..." Sandy sedikit menjeda perkataannya dan memberikan tatapan meledek "di jagain pacarnya maksudnya wkkk" Sandy lari terbahak-bahak menghindari Bima.

Kali ini Bima seperti meng iya kan perkataan sandy, padahal itu hanya lelucon. "Iya juga, kalau jodoh engga akan kemana, kalau memang di takdirkan pasti akan kembali. Tapi jika bukan tolong hilangkan perasaan ini Tuhan, aku tidak bisa hidup dengan rasa bersalah seperti ini bahkan aku tidak tahu apa kesalahanku pada Laras sampai dia benar-benar memilih pergi dari kehidupanku begitu saja tanpa alasan, tanpa pemberitahuan kepadaku Laras...." gumam hatinya.

"Mas, Macchiato nya dua"
"Oh oke mba" lamunan bima kembali pecah ketika wanita berambut bondol itu memesan kopi.

Seperti biasa caffe itu ramai oleh pembeli dari semua kalangan.
Caffe yang terletak di ujung gedung-gedung tinggi, dengan lahan terbatas itu dalam sehari bisa di kunjungi oleh 30 orang bahkan lebih.
Bangunan caffe dengan konsep post modern urban dan sentuhan warna furniture yang unik membuat orang-orang semakin nyaman disana.

Bima dan Sandy merintis usaha ini semenjak lulus sekolah, sembari meneruskan pendidikannya di universitas ternama.
Walaupun di masa pandemi Bima dan Sandy tetap yakin untuk mempertahankan caffe ini. Katanya rezeki tidak akan tertukar, toh sekarang semua sudah serba digital memudahkan para pembeli untuk memesan tanpa bertatap muka langsung.

Sandy terlihat sibuk mencari sesuatu yang sepertinya membuat Bima menghampiri nya.

"Nyari apa san?"
"Espresso abis ya"
"Ada kok kemaren gua taro di, dii.." Bima sendiri lupa menaruh espresso yang di cari sandy.
"Da di da dii, tua lu"
"Ck, gua yang cari dah. Lo bikin yang lain dulu buat pelanggan" langkah bima menuju ruangan tempat menyimpan kopi.

"Mas, Matcha Latte nya satu"

Sandy seperti tahu pemilik suara itu, tidak asing. Setelah ia berdiri, sandy terkejut melihat siapa yang ada di depannya.

"Laraaasss????"

"............"




(Kenapa malah sandy yang ketemu larass wkk, Bima cepetan ngambil espresso lama bet dah, keburu pergi tu Laras 😓)

Bima Dan LarasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang