Tanpa berkata-kata gadis itu langsung menaiki jok belakang, Bima melajukan motornya, setengah perjalanan Bima lupa ia tidak tahu rumah gadis tersebut.
"Kasih tahu alamat rumah lo" ucap Bima dengan nada dingin.
Gadis itu memberi tahu alamat rumahnya, tidak ada percakapan antara Bima dan gadis itu, hanya terdengar lalau lalang kendaraan lain. Kini motor yang di tunggangi oleh Bima dan gadis itu sampai di depan rumah yang halamannya penuh dengan tumbuhan Bunga. Gadis itu turun dari motor Bima, sedangkan Bima masih memperhatikan bunga-bunga yang menyegarkan matanya.
"Makasih buat tumpangan lo" ucap gadis itu yang mematung di hadapan Bima.
Bima hanya mengangguk dan membunyikan klaksonnya saat melaju pergi meninggalkan gadis tersebut. Meskipun sikapnya dingin tapi Bima masih punya etika dan tatakrama yang baik terhadap orang-orang.
Di tempat lain seorang gadis yang kini berbaring di kasur menatap atas langit-langit kamar dan memikirkan kejadian tadi ketika ia di antar cowok yang super dingin.
" Masih ada ya, cowok kek gitu dingin banget lebih dari es batu. Gue kira Cuma ada di novel sama film doang" gumamnyan dalam hati.
Gadis itu terus memikirkan cowok yang telah mengantarnya pulang, da nada sesuatu yang lupa gadis itu tidak tahu nama cowok yang telah mengantarkannya
KAMU SEDANG MEMBACA
Bima Dan Laras
Non-Fiction"Gak kecewa itu ketika lo enggak menaruh ekspektasi atau harapan setinggi mungkin sama seseorang, tapi berjuang dengan maksimal adalah keharusan lo, dan kalaupun dia anggap lo gak berhasil ya udah lo gak usah kecewa, ga usah ribet." ..... .....