"Gue gak tahu sekarang perasaan Laras gimana. Gue juga gak tahu harus bersikap apa ke Laras, sedangkan dia jauh, semakin jauh. Bukan hanya raganya mungkin jiwanya pun menjauh dari gue." Pasrahnya ketika bercerita dengan Sandy.
"Sebenernya lo tuh punya perasaan kayak apa sih ke Laras, kalo misalkan nge bentuk sebuah objek nih kayak apa? Lo jelasin dong, jangan hanya memberikan sebuah harapan sama seorang peremuan apalagi Laras." Jelas sandy.
"Gue gak bisa mengibaratkan apapun tentang perasaan gue ke Laras, dan gue pun gak pernah memberikan harapan apapun ke Laras. Lo tau kan, gue gak pernah memberikan perhatian apapun sama Laras. Dan lo juga tau sikap gue sama orang-orang apalagi sama seorang perempuan, apalagi menyakiti perasaan seorang perempuan! Lo juga tau kan prinsip gue yang masih sekolah ini, gue fokus untuk mengejar cita-cita gue. Tapi kenapa semenjak Laras pergi, terus dia nulis surat itu buat gue. Perasaan gue berkecambuk, beberapa hari ini gue gak fokus buat belajarpun gak fokus." Bima yang dari tadi berdiri dan terus larut dalam pembicaraannya dengan Sandy.
"Gue gak bisa bantu apa-apa Bim, dan tentang yang lo bilang tadi surat dari Laras gue gak tau menau. Gue hanya bisa ngesuport lo apa yang terbaik buat lo." Sandy mencoba untuk menenangkan Bima.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bima Dan Laras
Nonfiksi"Gak kecewa itu ketika lo enggak menaruh ekspektasi atau harapan setinggi mungkin sama seseorang, tapi berjuang dengan maksimal adalah keharusan lo, dan kalaupun dia anggap lo gak berhasil ya udah lo gak usah kecewa, ga usah ribet." ..... .....